𝟒𝟑

565 122 14
                                    

























❝ who am i ❞
























"... canggung sekali." [ m.name ] angkat bicara sambil melihat sekeliling pada semua orang yang hadir dalam pertarungan, para pahlawan dan penjahat yang terengah-engah itu menatap sang penjahat muda.

"kayak, woah aku merinding, ada yang sama?" tanya [ m.name ] sambil menunjuk kepada beberapa pahlawan yang melakukan kontak mata dengannya.

"kalian.. kalian mengkhianati kami?" tanya uraraka sambil melihat ke arah teman-teman kelasnya yang berdiri melawan mereka.

"woah woah woah, tidak perlu saling menunjuk. aku sama bingungnya seperti fandom naruto ketika sasuke nembak sakura. jadi mari semua tarik nafas dalam-dalam dan duduk melingkar sambil berpegangan tangan lalu membicarakan perasaan kita? aku akan pergi dulu, aku cukup yakin sebagian besar timku sedang gila sekarang. termasuk aku? who knows?" ucap [ m.name ] sambil mencoba mencairkan suasana.

"sepertinya ada perubahan peristiwa, perubahan peristiwa yang drastis." ucap nezu yang muncul entah dari mana, ia berdiri di depan [ m.name ] yang mengalihkan perhatiannya ke binatang itu.

"sial! apa-apaan kau?! jangan muncul begitu saja!" teriak [ m.name ] dengan tangan di dada, mengatur nafasnya.

"kau tidak apa-apa?" tanya dabi dengan ekspresi tidak tertarik.

"tidak! ada tikus seukuran anjing yang bisa berbicara di depanku!" jawab [ m.name ] sebelum menatap tajam ke arah tikus itu, "kau, apa urusanmu, aku ragu ada yang senang jika dengan tiba-tibanya datang winnie the pooh entah dari mana."

"saya adalah kepala sekolah di sekolah ini." nezu memperkenalkan dirinya.

"oh... jadi apa kau benar-benar binatang?" tanya [ m.name ].

"siapa tahu?!" seru nezu.

"... oke jadi aku butuh jawaban. karena kupikir kau adalah pria kecil berkostum binatang yang berpura-pura menjadi hewan peliharaan, dan berjalan di sekitar lingkungan sekolah dengan menyamar. seperti seorang pedo." jelas [ m.name ].

"seorang.. pedo?" tanya nezu.

"seperti pedofil akut, aku dapat merasakan bendera merah saat kau berjalan. jadi aku perlu, ehh, tes darah? pawang hewan, siapa yang harus kuhubungi saat ini?"

"berhenti main-main." ucap aizawa.

"kau juga tidak terkecuali, dirty jesus." ucap [ m.name ] sambil menunjuk.

"cukup [ m.name ], menyerahlah. dan kalian para siswa ua, kalian punya beberapa detik untuk kembali, dengan begitu aku akan melupakan apa yang telah kalian lakukan." ucap machima sambil berdiri tegak dengan darah berceceran di wajah dan di tangannya, cipratan darah itu bukan miliknya.

"kembali? serius? setelah semua omong kosong yang telah ditamparkan di wajah kami?!" teriak bakugou dengan tangan yang mengeluarkan percikan api.

"semua yang diajarkan kepada kami, semua yang ditakdirkan untuk kami ikuti, semuanya adalah kebohongan sejak awal. dan kau ingin kami kembali kepada kebohongan?" tanya kirishima dengan air mata membanjiri sudut matanya, "aku menaruh kepercayaanku pada para pahlawan, berakhir dengan kenyataan bahwa mereka tidak berbeda jauh dengan penjahat!"

"aku tinggal di bawah atap yang sama dengan pria yang terkait dalam pembantaian itu, dan kau berdiri di sana seolah itu adalah hal yang normal? kami telah dipengaruhi oleh para pembunuh!" gabung todoroki sambil menatap ayahnya.

"waktumu habis." hela nafas machima sambil menarik pistol dan menembak dengan kecepatan yang menyilaukan.

kirishima menutup matanya dengan insting, dan membukanya kembali ketika sama sekali tidak merasakan sakit.

[ m.name ] berdiri di depannya, dengan peluru berhenti beberapa inci dari wajahnya.

"here we go again, dengan bualan lama yang sama di hari yang berbeda. judul terbaru! 'mahasiswa ua melawan dan dipaksa untuk berhenti!' berharap warga kota terkutuk ini percaya padamu. ini adalah aliran tanpa akhir yang sama, ya? bunuh, bunuh, bunuh, lalu tutupi dan beri label untuk dirimu sendiri sebagai pahlawan. saat pembunuhan yang kami lakukan tidak sesuai dengan persyaratanmu, kami di cap sebagai orang terburuk yang pernah dilahirkan." ucap [ m.name ] sambil menunjuk timnya yang berdiri di belakang.

"kau diciptakan untuk para pahlawan. kau tidak pernah diizinkan untuk memiliki kehendak bebas, memiliki pilihan selain mengikuti perintah kami. kau dibuat menjadi mesin pembunuh, itulah satu-satunya tujuanmu. dan dengan keegoisanmu, kau melarikan diri dari desa itu. itulah yang membunuh keluargamu, kau membuat kami melepaskan tembakan di hari itu. karena sejak awal, kau adalah milik kami." ucap machima, keheningan yang memekakkan telinga muncul di antara semua orang yang hadir.

para penjahat memucat pada kata-kata yang diucapkan dari wanita itu, para pahlawan juga tampak terkejut mendengar motif mereka, membuat rasa bersalah menjadi jauh lebih buruk.

[ m.name ] tertawa pelan sebelum mulai melayang, perlahan naik dan menatap ke bawah.

"kau, beraninya mengatakan itu di depanku. tidak ada hak untuk membuat pilihan sendiri? omong kosong. diciptakan untuk menjadi mesin pembunuh? kedengarannya benar, karena aku akan membunuh kalian semua. dan kau tidak berhak untuk mengatur siapa diriku." ucap [ m.name ] sambil mendongak.

machima tersendat dalam netra dingin yang bersinar dengan niat jahat itu.

[ m.name ] muncul di depannya dan meraihnya menuju udara, pertempuran kembali dimulai dengan siswa ua yang juga bergabung dalam perkelahian.

"kau memaksa tanganku saat kau membunuh semua orang yang berharga untukku." ucap [ m.name ] ketika machima mencoba membebaskan dirinya, keduanya dapat mendengar semuanya dari tempat mereka berada.

"ssst, kau dengar itu?" tanya [ m.name ] membuat wanita itu berhenti melawan, seruan bergema dari para warga musutafu terdengar mengatakan hal yang sama secara berulang-ulang.

nama keluarga [ m.name ], amitayus, dilantunkan seperti tanda perang, seperti tanda sebuah awal yang baru.

"kalian sudah tamat, kalian semua. kau membuat orang membayangkan sosok yang mereka cintai dibantai 'kan? itu quirk mu? masuk ke dalam pikiran seorang amitayus seperti diriku cukup sulit ya? tidak ada yang kau tunjukkan membuatku seperti di neraka. aku sudah pernah melaluinya, jadi kupikir itu adil jika kau juga melihatnya sendiri." bisik [ m.name ].

"tunggu, tidak, tidak, tidak-!" teriak machima ketika keduanya mulai kembali pada daratan pada kecepatan penuh.

[ m.name ] memberikan senyum dingin terakhir kepada machima, sebelum mengarahkan tubuh mereka agar wanita itu bisa menyentuh tanah terlebih dahulu.

retakan muncul di beton, cipratan tubuh machima hancur bercampur dengan sisa-sisa pahlawan lain yang berdiri tepat di bawah ketika mereka jatuh.

"bersenang-senanglah di neraka" bisik [ m.name ] dan ia berani bersumpah, ia dapat merasakan rantai yang menahan keluarganya dari kedamaian runtuh.
























banner infinity gue ilang ngab

ada pertanyaan?

𝐈𝐍𝐅𝐈𝐍𝐈𝐓𝐘 , mha ( ON REV ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang