28 : Kesadaran

3.6K 245 46
                                    

Seorang gadis dengan surai rambut panjang yang indah terurai itu, berjalan tergopoh-gopoh menuju dalam gedung rumah sakit dengan wajah panik yang terpatri jelas diwajahnya.

"Mbak, kamar atas nama Frans Christian Ardhias ada dimana ya?"

"Sebentar ya kak, saya cek dulu." Sang perawat mengetikkan nama yang sudah disebutkan tadi dan menjawab, "Di lantai paling atas, kamar VIP nomor satu kosong tiga kak."

"Makasih mbak!" Kemudian dengan segera mencari lift dan menekan tombol lantai paling atas, setelah keluar dari lift ia berjalan, tidak, sudah tidak sempat ia berjalan, gadis itu berlari dengan langkah lebar dan segera mencari kamar yang diucapkan perawat tadi.

"Satu kosong dua, satu kosong tigaa!"

Cklek!

"Kak! Lo gimana sekarang? Mana yang luka? Apa yang sakit? Siapa yang nabrak lo?!" tanya Freya beruntun menghampiri kakaknya.

"Ssshh! Ssshhh! Lo mau jengukin gue apa bikin gue trauma sih?" balas Frans yang memasang wajah yang menyebalkannya itu, seolah patah tulang yang ada di daerah pergelangan kaki juga lengan tidak ada apa-apanya.

Bahkan wajahnya yang penuh luka itu juga tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Lo luka sebanyak ini, masih bisa ngeladenin gue buat berantem? Hm?" geram Freya.

"Huft, dedek ku sayang, kakak tampan lo ini gak bakal mati cuman gara-gara ketabrak motor doang, jadi gak usah ya nangis-nangis," ucapnya lembut penuh peringatan saat melihat kedua mata milik adiknya itu mulai berderai keluar.

"Tapi luka lo sebanyak ini oon! Ya gimana gue gak khawatir hah?!" Sambil mengusap kasar air matanya yang tak sengaja tumpah itu.

Luapan emosi dihatinya sudah lebih baik saat air matanya jatuh, kesal, khawatir, lega semua mencampur jadi satu setelah melihat keadaan sang kakak yang nyatanya tidak separah apa yang ia pikirkan.

Ya gila aja, gue udah panik selama perjalanan takut dia kenapa-napa, tapi pas udah gue datengin malah asemnya kayak ketek onta! Kan bete!

"Yang lain pada kemana?" tanya Freya yang celingukan mencari teman-teman kakaknya yang juga merupakan sahabatnya sendiri.

"Gue usir cari makan."

"Si kembar juga?" Yang dibalas anggukan dari Frans.

"Terus lo liat orang yang nabrak lo gak? Atau plat nomor mungkin? Ciri-cirinya?"

"Susah Frey." Frans memejamkan matanya sebentar lalu melanjutkan ucapannya lagi, "hm, tapi gue cuman liat orangnya pake jaket coklat, pake helm full face, platnya D dua sembilan," jelas Frans yang memutar kembali kejadian kecelakaannya tadi.

"Kok lo bisa inget platnya? Lo ngarang ya?" Heran Freya.

"Gigi lo ngarang! Orang platnya sekumpret gitu ya masa gak inget! Bego-an dia lah, masang plat gampang diinget!" ejek Frans.

"Gila!"

Hening.

Suasana yang hening mulai melingkupi keduanya. Hanya ada suara nafas diantara keduanya yang mengisi keheningan.

"Mulai sekarang dan kedepannya gue cuman mau lo lebih hati-hati, terlebih lagi sama orang yang ada disekitar lo, okay?"

Freya menganggukkan kepalanya ragu untuk mengiyakan hal tersebut. Ia merasa ada yang janggal disini, kenapa perkataan kakaknya sama dengan David? Seolah mereka semua sedang mencoba untuk melindungi dirinya.

Ditengah lamunan dirinya, Frans mengatakan sesuatu yang membuat Freya semakin mengernyitkan kedua alisnya dan kebingungannya.

"Teman terbaik, bisa jadi musuh terbaik lo."

ZEUS✔️ [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang