DUA PULUH DELAPAN 🌱

174 33 0
                                    

Ada rasa sesak membelenggu cowok bermata sipit yang kebingungan mencari sosok mungil dan tengil yang tadi ia bentak.

Entah perasaan apa yang muncul di hati cowok itu, rasanya tidak enak sekali.

Perasaan bersalah mungkin? Entahlah itu semua sudah bercampur bersama deretan perasaan yang tersusun rapih dibingkai hati seorang Niki.

Matanya menangkap sosok tengil itu di trotoar jalan. Membiarkan dirinya tertimpa buliran tawar yang jatuh dari langit.

Buru-buru ia menghampiri dan melindungi tubuh itu dari hujan walau sudah basah kuyup, setidak nya ia bisa menghalangi ribuan buliran tawar menghantam Ara.

"Ngapain? Bangun!" Dua kalimat itu berhasil membuat Ara menegang dari ujung kaki hingga kepala.

Entah kenapa suara berat itu tidak bisa membuat Ara membantah, lantas ia bangun dengan gerakan ragu.

Niki membawanya meneduh di depan sebuah minimarket yang terdapat kursi panjang.

Segera ia melepas jacket nya dan ia pakaikan ke Ara.

Tidak ada yang memulai pembicaraan. Niki tengah merutuki dirinya didalam hati karena selalu saja tidak bisa menghilangkan rasa gengsinya.

Dia juga bingung mengapa Ara hanya diam sambil menunduk memandangi sandal jepitnya, biasanya Ara akan nyerocos tanpa henti didepan dirinya.

Niki muak dengan situasi ini akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke minimarket tersebut untuk membeli minuman hangat.

Setelahnya ia membawa dua kopi hangat di cup kecil.

"Nih, biar lebih anget"

Ara mengangkat kepala nya menatap Niki "ngapain liatin gue? Ini ambil"

Dengan tangan basahnya Ara meraih cup itu.

"Thanks" satu kata berhasil lolos dari mulut Ara sejak dirinya bersama 20 menit lalu.

"Ekheem" Niki berdehem.

Dalem hati, Ara sebenarnya tengah misuh-misuh karena Niki belum juga memulai percakapan.

"Hmm, sorry ya soal tadi" akhirnya topik dimulai. Namun Ara memilih untuk diam dulu.

"Gue cuma refleks bentak lo karna panik tadi" sambungnya.

Ara menghela nafas dan menoleh kearah Niki "santai aja kali, gue gak permasalhin sama sekali" ucapnya.

"Tapi tetep aja, gue bikin lo sakit hati"

Plak

"Aww kok di geplak gue" ringis Niki sambil mengelus lengannya yang digaplok Ara. Sebenarnya tidak sakit, hanya saja basa-basi.

"Udah deh gausah bahas lagi, gue gamasalah sma yg tadi. Gue pergi keluar juga mau cari udara seger, eh malah keujanan"

Niki tersenyum menatap Ara yang tengah misuh-misuh, ternyata masih sama cerewetnya. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa Ara memang baik-baik saja. Padahal Ara memang pandai menutupi apapun dari dirinya.

"Cerewet bgt ne lampir, tadi diem aja"

"Sembarangan lo! Heh gausah ngelunjak, gue lebih tua dari lo"

"Iya deh yang tua"

Niki lega akhirnya bisa menyelesaikan masalahnya dengan cepat.

Kini keduanya kembali tenggelam dalam diam menatap rintik hujan yang tidak kunjung berhenti.

"Ra"

"Hmm"

Niki ragu mengatakan ini, tapi sebenarnya ia sudah berencana mengatakannya sejak lama. Mumpung ada kesempatan akhirnya ia memutuskan untuk mengatakannya saat ini juga.

BITTER TEA || Kim Sunoo ENHYPEN [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang