"Kalian berdua lama sekali!" ujar Hinata menatap marah kearah Naruto dan Sasuke yang baru saja tiba di depan pintu rumah. Keduanya bergandengan tangan dan baru saja hendak mengentuk pintu tapi sudah lebih dulu terbuka oleh Hinata.
"Ada banyak monster yang harus kami bunuh." ujar Naruto dengan sombong.
Hinata mendengus, "Cepat masuk dan kita makan malam!" ujarnya ketus.
"Em kami tadi baru saja sele-"
Naruto dengan cepat menutup mulut Sasuke, "Senpai! Kita harus ikut makan malam bersama mereka, mereka sudah memasak dan menunggu kita untuk makan malam bersama. Jadi lebih baik kita juga ikut makan untuk menghormati usaha mereka." ujarnya menasehati.
"Kau benar." Sasuke tersenyum tipis. Keduanya masuk ke dalam rumah. Sudah ada Sarutobi beserta istri dan empat orang yang tidak Sasuke kenal.
"Yang Mulia perkenalkan ini anak, menantu dan cucu-cucu saya." ujar Hiruzen memperkenalkan keluarganya.
"Salam kenal Yang Mulia nama saya Sarutobi Asuma dan istri saya Sarutobi Kurenai. Lalu anak kami yang masih kecil ini Sarutobi Mirai." ujarnya memperkenalkan diri dengan sopan.
"Senang berkenalan denganmu."
"Terima kasih sudah mau berkunjung ke rumah kami yang jauh dari kata layak ini." sahutnya merendah.
"Yang Mulia, nama saya Sarutobi Konohamaru. Saya lahir di Konoha dan karena itu kakek memberi saya nama Konohamaru." pemuda itu tersenyum lebar.
"Bersikap sopan!" tegur Asuma dan keponakannya itu hanya tersenyum malu.
"Kedua orang tua Konohamaru sudah lama meninggal jadi dia tinggal bersama kami." ujar Hiruzen menjelaskan.
"Bukankah dia cucu anda yang pernah anda bicarakan?" tanya Sasuke.
"Benar Yang Mulia, Konohamaru sangat berbakat dalam menciptakan batu penerangan." jawabnya.
"Bagus, saya memiliki banyak bahan untuk membuatnya maka kau harus membuatnya dengan baik." ujar Sasuke melirik Konohamaru.
"Baik akan saya laksanakan dengan baik Yang Mulia!" ujarnya penuh semangat.
Hiruzen tertawa pelan karena merasa bangga kepada cucunya. Mereka makan malam dengan tenang meski di warnai perbincangan Naruto, Hinata dan Konohamaru. Suara mereka terdengar cukup keras tapi bagi mereka itu bukan suatu masalah, karena hal itu membuat mereka semakin dekat.
Selesai makan, Hinata menawarkan diri untuk membantu membersihkan tapi di tolak oleh Kurenai. Jadilah mereka berkumpul bersama di ruangan tamu yang cukup luas setelah membersihkan gigi, muka serta kaki dan tangan sebelum tidur.
"Hinata-sama, tidurlah di kamarku. Aku akan tidur di luar bersama dengan laki-laki lainnya.
"Hm baiklah terima kasih Konohamaru." Hinata mengacungkan jempolnya.
"Naruto kau juga." ujar Sasuke tiba-tiba mengagetkan mereka semua.
"Eh?" Naruto kebingungan.
"Hah?" Konohamaru melongo.
"Yang Mulia?" Gaara menatap Sasuke heran.
"Oh apa? Hm tidak ada." Sasuke berdehem pelan dan membuang muka.
"Sepertinya Pangeran sedang sakit dan butuh obat demam." Naruto terkekeh pelan. Benar, Sasuke sudah tahu identitasnya.
"Baiklah! Hinata masuk dan tidurlah!" ujar Gaara.
"Maafkan kami karena tidak memiliki alas tidur yang layak." ujar istri Hiruzen lemah.
"Tidak apa-apa, bibi. Ini sudah cukup." jawab Gaara membaringkan dirinya di sebelah Naruto yang baru saja berbaring di dekat dinding kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sapphire [TERSEDIA PDF]
FanfictionShonen, Fantasy, Supernatural, Drama, Romance SasuFemNaru Dia di benci karena kelahirannya di anggap sebagai kutukan. Dia terlahir buta. Semua orang membencinya tapi dia tetap semangat dan menunjukkan kepada semua orang bahwa dia tidaklah lemah.