BS 46 : Ambisi

1.6K 241 21
                                    


Kabar mengenai Naruto adalah anak perempuan yang menyamar menjadi anak laki-laki dan merupakan putri bangsawan tingkat tinggi sudah menyebar ke seluruh akademi bahkan guru-guru yang meremehkan Naruto mulai tidak tenang.

Loceng jam istirahat telah berbunyi beberapa detik yang lalu. Kiyomi sudah pergi lebih dulu meninggalkannya menuju perpustakaan karena harus kerja kelompok bersama teman-temannya, jadilah Hinata duduk sendirian di taman dengan kotak bekal dan botol air mineral.

Hinata mengedarkan pandangannya dan terhenti pada sosok Kurama yang berjalan melewati koridor.

Dia terlihat sangat tampan dengan seragam Ksatrianya dan mantel biru tuanya sesekali melayang di tiup angin mengikuti langkahnya.

Kurama berhenti melangkah saat merasakan seseorang memperhatikannya dan ketika dia menoleh, dia melihat Hinata memperhatikan dirinya.

Hinata membuang muka kearah lain. Sebenarnya dia ingin mengejenguk Naruto tapi terlalu malas berurusan dengan Kurama dan memikirkan kapan Kurama tidak akan berada di rumah.

Kurama melanjutkan langkahnya tanpa menghampiri Hinata. Saat ini mereka saling membutuhkan waktu agar bisa saling mengerti.

“Dia memang tidak punya hati meski malam itu dia terlihat sangat serius.” gumam Hinata melihat kepergian Kurama, “Aku harus mengajak Kiyomi untuk mengajak Naruto. Apa Sasuke senpai ikut juga?” gumamnya pelan mengingat kabar dari Kiyomi bahwa Sasuke juga sudah sadar kemarin.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?”
Hinata tersentak dan mendongak melihat kehadiran Kiyomi yang membawa kotak bekal dan botol air minum.

“Bukankah kamu di perpustakaan?” tanya Hinata.

“Ya tidak terlalu lama, kami hanya mencari beberapa buku sihir dan besok setelah akademi selesai baru akan di kerjakan, kalau sekarang waktunya sangat terbatas.” jelas Kiyomi seraya membuka kotak bekalnya.

“Oh.” Hinata mengangguk mengerti, “Bagaimana sepulang ini kita menjenguk Naruto? Apa Sasuke senpai mau ikut serta?” tanya Hinata.

“Kau benar! Kita harus melihat keadaan Naruto, aku dengar dia sudah sadar tadi malam. Kak Sasuke tidak bisa ikut, dia masih harus istirahat dan pemulihan mana.” jawab Kiyomi.

“Mereka berdua memang mencari mati.” gerutu Hinata dan Kiyomi hanya tertawa pelan mendengarnya, mereka benar-benar bersyukur dan lega karena keduanya baik-baik saja.

Sepulang dari akademi sihir dan masih mengenakan seragam, keduanya memutuskan datang berkunjung ke mansion Namikaze bersama dengan Gaara.

“Naruto ada di kamarnya, ayo langsung saja naik ke atas.” ajak Gaara antusias.

Keduanya sangat menyadari bahwa Gaara benar-benar bahagia karena adik bungsunya di temukan. Kamar Naruto berada di lantai dua bersebelahan dengan Kurama.

Tok! Tok! Tok!

“Naruto?”

“Masuk!” itu suara ibunya.

“Hinata? Kiyomi?” tebak Naruto dari aliran mana yang sangat dia kenali.

“Hi Naruto!” Hinata segera masuk dan terkejut melihat sosok Naruto yang duduk bersadar. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan rambut panjang sepunggung, poni menutupi dahi dan sepasang manik biru laut sama seperti ayahnya. Dia terlihat seorang Dewi yang baru saja turun dari langit.

“Naruto, kamu sangat cantik sekali.” puji Kiyomi jujur terpesona dengan sosok di depannya sangat cantik.

“Silahkan duduk Tuan Putri, Hinata-chan.” Kushina segera bangun meninggalkan kamar agar mereka memiliki privasi untuk berbicara.

Beautiful Sapphire [TERSEDIA PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang