Kushina sedang merajut ketika suami dan anak-anaknya pulang membawa Naruto yang tidak sadarkan diri bersama Sakura, “Ada apa ini?” ia melirik suaminya.
“Kita bawa Naruto masuk ke dalam kamar dulu untuk istirahat.” ujar Minato dan istrinya itu mengangguk setuju, mengikuti mereka semua ke lantai dua.
Kushina semakin resah ketika Naruto di bawa ke kamar khusus untuk putrinya yang hilang. Minato menggendong Naruto dan membaringkannya tubuhnya di atas kasur, “Suamiku?” gumamnya dan Kushina terdiam melihat kalungnya melingkari leher Naruto.
“Putri kita, Kushina.” ucap Minato pelan.
Kushina syok dan menangis haru mengetahui hal ini. Kurama menceritakan semua kejadian dengan perlahan. Kushina hampir saja pingsan dan Sakura sesak napas mendengarnya.
“Anak nakal ini selalu saja membuat orang lain khawatir.” ucap Sakura pelan seraya mengelus dadanya.
“Sakura-san, bisakah kamu menceritakan tentang Naruto kepada kami semua?” pinta Kushina penuh harap menatap Sakura.
“Tentu tapi tidak disini. Naruto butuh istirahat, Nyonya.” jawabnya melirik semua orang.
Mereka keluar dari kamar untuk membiarkan Naruto istirahat. Shion yang melihatnya merasa kesal dan memilih mengurung diri di dalam kamar.
Mereka duduk di ruang keluarga dan para pelayan membawakan minuman serta kudapan ringan untuk mereka semua.
“Terima kasih.” Sakura meminum tehnya, aroma teh ini mirip dengan aroma teh yang pernah dia minum di awan.
“Saya berusia dua belas tahun dan masih tinggal di rumah bordil Kerajaan Awan ketika Nyonya Tsunade pulang membawa bayi yang begitu cantik. Rambutnya berwarna kuning cerah dan kulitnya bersih seputih salju, dia juga memiliki mata biru yang indah menakjubkan.” Sakura kembali mengingat ketika dia pertama kali mendengar Naruto menangis.
“Jiraiya-sensei memberinya nama Naruto karena mirip kue ikan.” Sakura tertawa pelan.
“Jiraiya-sensei?” Minato terkejut mendengarnya.
“Iya Jiraiya-sensei adalah sahabat baik Nyonya Tsunade. Setelah dia berhenti menjadi guru keluarga Namikaze dan melakukan perjalanan panjang, dia kembali ke Awan. Saya saat itu masih kecil tidak mengerti apa yang keduanya bicarakan tapi saya senang mendapatkan adik yang lucu namun juga sedih karena adik saya buta.” Sakura menghela napas pendek.
“Saya terus merawat Naruto. Mengajarinya duduk, mengajarinya untuk berjalan dan memberitahunya semua warna di dunia ini. Naruto selalu di hina sebagai anak buta tidak berguna, Naruto sedih dan sering mengurung diri. Dia takut keluar karena tidak punya teman hingga suatu hari dia pulang di antar oleh seorang bangsawan kecil yang berjanji akan menjadi teman Naruto jika Naruto menjadi anak yang kuat. Sejak saat itu Naruto berlatih sangat keras.
“Naruto tidak peduli lagi dengan hinaan semua orang. Dia belajar banyak hal termasuk sihir elemen angin. Saya menemaninya setiap hari dan memberikannya semangat, tapi ketika saya harus pergi ke Kekaisaran Api untuk menggantikan Nyonya Sara. Naruto sangat sedih tapi juga bahagia karena saya akan menjadi Nyonya.” Sakura kembali meminum tehnya, dia sangat merindukan Awan.
“Naruto anak yang nakal. ketika di larang maka larangan adalah perintah baginya. Dia selalu membuat orang lain cemas.” Sakura mengehela napas melirik semua orang, “Saya mengetahui jika dia seorang Namikaze setelah mencurigai banyak hal selama dia tinggal bersama saya. Saya hanya bisa berharap bahwa kalian semua akan menyayangi, menjaga dan mencintainya sepenuh hati.” Sakura membungkukkan badannya.
“Terima kasih sudah merawat putri kami, Sakura-san.” Mikoto menghapus air matanya yang mengalir.
“Naruto adalah adik saya, Nyonya.”
“Maaf jika selama ini kami bersikap kasar kepadamu, kami benar-benar sangat berterima kasih karena kamu sudah menyayangi dan menjaga putri kami selama ini.” Minato menundukan kepalanya dalam.
“Sama-sama, Yang Mulia.” Sakura mengangguk pelan.
“Menginaplah disini bersama kami, Sakura-san. Kamu bisa menjaga Naruto disini.” ujar Kushina.
Sakura menggeleng pelan, “Saya harus mengawasi rumah bordil saya dan lagi pula, disini banyak orang yang akan menjaga dan merawat Naruto. Saya akan berkunjung lagi besok.”
“Kalau begitu baiklah tapi saya mohon makan malam bersama kami sebagai bentuk rasa terima kasih meski ini masih kurang.”
“Baik. Terima kasih, Yang Mulia.”
.
.
Maaf pendek
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sapphire [TERSEDIA PDF]
FanficShonen, Fantasy, Supernatural, Drama, Romance SasuFemNaru Dia di benci karena kelahirannya di anggap sebagai kutukan. Dia terlahir buta. Semua orang membencinya tapi dia tetap semangat dan menunjukkan kepada semua orang bahwa dia tidaklah lemah.