BS 29 : Cahaya Pertama

1.8K 293 31
                                    

Sekarang Kiyomi merasa aman karena adanya Kurama di antara mereka. Mereka segera pergi alun-alun kota yang sangat ramai sekali. Hinata, Naruto dan Kiyomi membeli apel yang di balutan permen berwarna merah.

"Ini sangat enak sekali!" Naruto terus memakannya.

"Itu apa?" tanya Kiyomi menunjuk stand permainan.

"Oh itu lempar panah, ayo kesana!" ajak Hinata ke tempat permainan.

"Selamat datang Jenderal! Tuan muda dan Nona-nona muda. Ayo silahkan bermain di tempat saya. Jika berhasil melemparkan sepuluh anak panah ke dalam bambu disana, hadiahnya adalah boneka kecil yang lucu ini! Dan kalau berhasil melemparkan dua puluh anak panah maka akan mendapatkan hadiah yang ini." ujarnya mnejelaskan dan menunjukan meja berisi boneka ukuran besar dan akesesoris.

"Kalau lebih dari dua puluh?" tanya Sasuke mulai mengeluarkan uang miliknya.

"Bebas pilih di hadiah di meja ini." pria paruh baya menunjukan sebuah meja dengan hadiah yang sedikit mahal dari yang lain.

"Peraturannya adalah di larang menggunakan sihir maupun mana." dan pria itu tersenyum lebar.

Sasuke memberikan beberapa uang perak dan mulai melempar anak panah.

"Aku juga!" Gaara mengeluarkan uangnya dan membayar untuk sepuluh anak panah.

"Aku juga!" Kiyomi.

"Aku juga ini uangku." Hinata memberikan uang miliknya kemudian melirik Kurama yang berdiri diam di sebelahnya, "Kamu tidak mau ikut bermain?" tanyanya.

"Tidak." jawab Kurama pelan.

"Ya sudah." mulai melempar anak panah dan ternyata tidak semudah yang di bayangkan.

Tidak menggunakan sihir adalah hal tersulit bagi Naruto meski tanpa mana sekalipun dia masih bisa merasakan kehadiran seseorang dengan getaran tapi tetap saja bambu itu berada di atas meja bukan di tanah, jika ia ingin melempar anak panah setidaknya dia harus melempar satu anah panah ke dalam bambu dengan tepat agar bisa memastikan dimana letak bambu itu. Karena suara benturan anak panah dan bambu pasti akan terdengar.

Jika dia ikut tanpa tahu dimana letaknya dan melempar dengan asal maka itu sama saja membuang uang karena sangat kecil untuk Naruto menang. Dari pada memusingkan permainan lempar panah lebih baik dia menikmati permen apel miliknya hingga habis tidak bersisa.

"Bukankah kau anak laki-laki? Kenapa memakai parfum dengan aroma Cherry?" tanya Kurama yang berdiri di sebelah Naruto.

"Karena saya suka dan saya juga membuatnya sendiri jadi tidak akan sama dengan parfum aroma Cherry yang di jual oleh orang lain." jawab Naruto.

Benar apa yang Naruto katakan, parfum milik Naruto memang berbeda dari aroma parfum Cherry pada umumnya. Parfum Cherry banyak di gunakan oleh gadis-gadis dari desa penghasil terbesar buah Cherry tapi aroma Cherry Naruto jauh lebih segar, manis dan juga menenangkan.

"Naruto?"

"Ya?"

"Dimana orang tuamu?"

"Saya tidak punya orang tua."

"Selamat anda berhasil memasukan dua puluh lima anak panah!" ujar pemilik permainan kepada Sasuke dan ternyata Sasuke mendapatkan boneka rubah berwarna orange.

"Aku juga berhasil!" Hinata melompat senang.

"Aku hanya sepuluh." Kiyomi mendengus pelan tapi ia cukup senang karena ini pertama kalinya dia bersenang-senang di luar Istana.

"Dua puluh." Gaara mulai melirik-lirik hadiah.

"Untukmu, aku tidak suka." Sasuke menyerahkan boneka miliknya kepada Naruto.

Beautiful Sapphire [TERSEDIA PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang