BS 33 : Ayo menikah!

1.7K 259 18
                                    

Hinata mendengus kesal. Ia duduk termenung sendirian di taman mawar mansion Namikaze tanpa minat untuk masuk kembali ke dalam.

"Dia sangat menyebalkan sekali." gumam Hinata untuk kesekian kalinya.

"Sepertinya kamu sangat membenci Ino, Hinata."

Hinata sedikit terkejut dan menoleh cepat ke asal suara. Kurama berdiri tidak jauh darinya dengan ekspresi dingin seperti biasa.

"Aku minta maaf karena sudah sangat membenci adikmu." ujarnya seraya membuang muka dari Kurama.

"Aku tidak peduli tentang hal itu selagi kalian tidak saling membunuh." Kurama mendudukan dirinya di sebelah Hinata yang tertawa pelan dengan pernyataannya.

"Padahal dulu aku menyukainya. Dia sangat dewasa di usianya, dia sangat baik ketika berbicara tapi siapa yang mengira bahwa semua perkataannya adalah racun."

Kurama baru menyadarinya sekarang, dulu Hinata sangat dekat dengan Ino. Mereka berteman dengan baik dan entah sejak kapan mereka kini bermusuhan dan kepribadian Hinata yang dulu dia kenal sebagai gadis kecil yang anggun dan manis dari keluarga Hyuuga kini berubah menjadi gadis yang cukup liar dan juga tidak memiliki sopan santun lagi.

"Apa alasanmu membencinya?" tanya Kurama serius.

"Aku menyukai Sasuke begitu juga dengan Ino. Aku berteman baik dengan Sasuke, kami sering bersama ketika ayahku datang ke Istana. Ino tidak suka dengan kedekatan kami. Dia menyebarkan rumor buruk tentangku kepada teman-teman sebaya kami saat itu. Aku di jauhi semua orang hingga ayahku marah besar padaku saat mendengar rumor itu dan mengatakan bahwa aku gadis murahan." Hinata terkekeh pelan mengingatnya.

"Gadis Hyuuga yang manja dan suka berpura-pura lemah di hadapan Pangeran demi mendapatkan perhatian. Dia mengatakan kepada semua orang bahwa aku membullinya dan mengatakan bahwa dia tidak pantas bermain bersama Pangeran." lanjut Hinata yang kini melirik Kurama yang tidak mengalami perubahan ekspresi, "Kamu tidak cemburu karena aku menyukai Pangeran Keempat?" tanyanya menggoda Kurama yang terlihat biasa saja.

"Tidak!"

"Ah kau menyebalkan." Hinata mendongak menatap bulan di atas, "Aku terpuruk, semua orang mengatakan hal buruk tentangku begitu juga dengan ayah yang selalu mengatakan bahwa dia malu memiliki putri sepertiku. Karena mereka semua mengatakan aku murahan, maka aku pun menjadi murahan seperti yang mereka inginkan." kini dia menatap Kurama intens yang juga membalas tatapannya.

"Aku memutuskan untuk memotong pendek rambut panjang kesayanganku. Aku juga tidak pernah lagi mengenakan gaun dengan model yang manis dan tertutup. Aku lebih suka gaun pas di badan yang terlihat sexy dan juga elegan. Aku juga merubah cara bicaraku agar semakin terlihat tidak beradab dan juga kasar, aku membuang semua buku dongeng kesayanganku dan menggantinya dengan novel dewasa dan belajar menjadi wanita murahan yang sesungguhnya. Jika mereka terus berkata seperti itu maka mengapa tidak aku wujudkan saja agar mereka senang?" Hinata menyeringai senang saat mengatakannya namun di balik seringai itu tatapan matanya tidak bisa berbohong. Ada rasa sakit disana yang bisa Kurama lihat dengan jelas.

Dirinya masih ingat ketika menyelamatkan Hinata yang hampir jatuh dari atas kuda dewasa. Saat itu usia Hinata masih empat belas tahun, gadis itu senang karena dia selamatkan dan mengatakan bahwa dia menyukai Kurama.

Kurama pikir itu hanyalah sebuah bualan semata tapi siapa yang mengira bahwa gadis itu malah mengejarnya. Hinata sering datang kerumah dengan alasan bertemu Ino tapi nyatanya tidak, Hinata malah suka duduk menemani Kushina yang bermain boneka. Diam-diam Hinata selalu mencari keberadaannya hingga perasaannya di ketahui oleh Minato lalu mereka di tunangkan. Ayah tidak Hinata tidak bisa menolak karena itu lamaran dari seorang Duke yang terkenal kaya raya dan juga berpengaruh dalam dunia ekonomi dan politik Kekaisaran. Menjadi besan keluarga bergengsi seperti Namikaze, siapa yang berani untuk menolak?

Hinata benar-benar jatuh cinta kepada Kurama padahal usia mereka terpaut cukup jauh. Bahkan sekarang usia Hinata adalah enam belas tahun dan dirinya dua puluh delapan tahun.

"Aku minta maaf atas nama adikku kepadamu."

"Tidak perlu, aku sudah cukup puas membuatnya kesal." Hinata mendengus sinis.

"Lalu apa yang kamu pikirkan tentang pertunangan Ino dengan Putra Mahkota?"

"Dia menyukai Sasuke dan aku tahu bagaimana perasaannya itu untuk Sasuke. Jika dia berani menargetkan Putra Mahkota berarti ada yang dia kejar dan dia inginkan, aku pikir itu pasti berbahaya mengingat siapa ibunya." jawabnya Hinata melirik Kurama.

"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri?"

"Apa maksudnya?" Hinata mengernyit tidak mengerti.

"Kenapa kamu ingin menikah denganku? Bukankah aku kakak tertua Ino." Kurama terus menatapnya intens.

"Saat kamu menyelamatkanku, jantungku berdetak kencang. Kamu terlihat keren dan juga tampan, aku terpesona pada pandangan pertama. Kamu tidak mudah tersenyum bahkan ekspresimu tetap dingin meski orang lain tertawa keras. Aku pikir kamu pria yang unik dan aku menyukainya." Hinata tersenyum saat mengatakannya.

Gerakan Kurama begitu cepat saat ia menarik pinggang Hinata dengan lengan kirinya lalu tangan kanannya menaikan wajah Hinata.

Hinata yang syok hanya terdiam tidak mengerti dengan tindakan Kurama dan tubuhnya kaku seketika saat Kurama mencium bibirnya yang lama kelamaan berubah menjadi lumatan kuat. Hinata memejamkan kedua matanya dan memeluk leher Kurama untuk memperdalam ciuman mereka.

"Bukankah kau mencintai Nyonya Sakura?" tanya Hinata pelan saat ciuman mereka terlepas.

"Aku menyukainya bukankah suka dan cinta itu berbeda?"

Hinata terdiam menatap sepasang manik biru di hadapannya bingung, "Kamu ingin menikahinya." ucapnya pelan.

"Aku ingin menikahinya karena balas budi."

"Balas budi tidak harus menikah, memangnya apa yang dia lakukan?"

"Ayahnya, Ayah Sakura mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku ketika perang pecah sepuluh tahun yang lalu."'

"Apa Nyonya Sakura tahu hal ini?"

"Hm." Kurama mengangguk.

"Dia tahu pengorbanan ayahnya untukmu?"

"Hm."

"Lalu bagaimana sikapnya?"

"Ayahnya menyelamatkanku karena tahu bahwa aku masih muda dengan masa depan yang cerah. Aku bisa menjadi Ksatria yang hebat di masa depan berbeda dengannya yang sudah tua dan tidak berguna. Itu yang ayahnya katakan padaku dan aku katakan kepada Sakura. Sikap Sakura dia hanya tersenyum meski dia sangat sedih saat tahu ayahnya tewas dalam perang."

"Dia menuntut sesuatu?"

Kurama menggelengkan kepalanya pelan, "Dia gadis yang kuat dan bijaksana." ungkapnya.

"Jadi selama ini kamu selalu untuknya?"

"Menjaganya."

"Lalu perasaanmu padaku?"

"Aku tidak suka gadis kecil sepertimu tapi kamu selalu menganggu pikiranku sehingga aku hampir gila." ungkap Kurama jujur mengundang senyuman geli Hinata.

Hinata semakin menempel pada Kurama dan berbisik, "Bagaimana jika besok kita menikah dan membuat anak yang banyak?" ia menyeringai menggoda.

Mendengar suara Hinata yang sensual membuat Kurama sedikit panas dingin dengan keadaan saat ini, "Jangan memancingku atau kamu akan menyesal." balasnya.

"Aku pikir bukan menyesal tapi aku menyukainya."

.

.

Bersambung~

Beautiful Sapphire [TERSEDIA PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang