TITIK TEMU

12 2 0
                                    

"Jauh banget lo mainnya."

Lea memandang si pengemudi mobil yang baru saja berbicara padanya, Selyn.

"Lagi pengen jalan-jalan doang sih."

"Ohiya, gue ga mampir ya, mau balik nganter nyokap shopping." ucap Selyn sembari melajukan mobilnya.

"Oke."

***

Setelah berpamitan dengan Selyn, Lea melangkah memasuki lobby apartmentnya, sembari menenteng plastik belanjaan berisi barang yang tertukar tadi.

"Nona Lea?"

Lea memandang seorang karyawan wanita yang baru saja bertanya padanya.

"Iya."

"Ah, ini tadi ada titipan dari temannya."

Lea memandang plastik belanjaan itu, "Siapa ya?"

"Kurang tau, tadi ga sempat nanyain namanya. Tapi tadi dia dari lantai apartemennya Nona, setelah itu dia turun dan nitipin plastik belanjaan ini."

Lea menganggukkan kepalanya, lalu berterimakasi dan melangkah menuju lift.

Didalam lift, dirinya memeriksa isi dari plastik belanjaan itu, "Inikan yang tadi ketuker sama Bimo."

"Baik banget."

Ting..!

Lea keluar dari lift, baru selangkah dirinya keluar dari lift itu, dan terhenti melihat Arkan tengah berdiri didepan pintu kamarnya.

"Lo ngapain?"

"Ah, lo udah dapet plastik yang gue titipin?"

Lea menganggukkan kepalanya, "Lo ga nganterin?"

Arkan menganggukkan kepalanya, "Gue pikir kalo gue yang ngasi langsung, entar lo malah malu."

"Kenapa ga masuk?"

"Udah lama ga kesini, takutnya fingerprint gue udah ga kesimpen."

Lea melangkah mendekati Arkan, lalu meraih lengan lelaki itu, menyentuhkan ibu jari lelaki itu dengan tombol fingerprint.

"Di coba dulu, baru suudzon."

Lea masuk lebih dulu, dan melangkah menuju kamarnya.

"Masih sama." ucap Arkan sembari melihat kamar tamu yang sering ditempatinya.

Yang berubah hanya sprei dikamar itu sudah diganti dan dirapihkan.

Arkan memandang Lea yang baru saja keluar dari kamarnya. Gadis itu sudah berganti pakaian.

"Tadi lo mainnya jauh banget."

"Lo bertiga janjian ya? Bilang gue mainnya jauh banget."

"Bertiga?"

"Bimo, Selyn, Lo."

"Mau makan apa?" Lea berkata sebelum Arkan mengelurkan suaranya.

"Gue udah makan."

"Syukur deh."

Arkan merasa sikap Lea cukup dingin padanya, apa karena dirinya sudah lama tidak berbicara dan membuat semuanya menjadi canggung seperti ini.

"Gue mau minta maaf, buat semua salah faham yang udah gue buat."

Lea dan Arkan kini saling berhadapan satu sama lain, "Iya, gue udah maafin lo."

"Gue sama Queen gaada hubungan apa-apa."

Lea memandang Arkan cukup dalam, lalu merogoh ponselnya, "Nih."

Arkan memandang Lea cukup aneh, lelaki itu disodorkan ponsel oleh Lea.

"Masukkin nomer lo."

Arkan tersenyum tipis, lalu meraih ponsel Lea dan mengetikkan nomornya.

"Kenapa ganti nomer?"

Arkan menaikkan pandangannya, "Makasih."

"Ha?" Lea tak mengerti dengan perkataan Arkan barusan.

"Makasih udah mau maafin gue, Makasih udah nyoba buat nyariin nomor gue walaupun ga dapet, Makasih juga karena lo mau ngelakuin hal ini lebih dulu, makasih karena lo ga gengsian."

Arkan mengikis jarak diantara mereka, lalu meraih Lea memasuki pelukkannya.

"Gue sayang sama lo."

Arkan dapat merasakan Lea tersenyum dibalik pelukkannya.

"Lain kali, semua bisa diomongin baik-baik dulu, baru bisa ambil keputusan."

Arkan mempererat pelukannya saat mendengar perkataan Lea, "Iya gue bakal omongin apapun itu dulu, baru ngambil keputusan."

ARIELLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang