NASI PADANG 2

20 1 0
                                    

"Untung gue baik banget orangnya, kalo engga lo udah gue maki-maki, lo- Kan." gerutu Lea sembari tetap melangkah menenteng keresek nasi padangnya.

Lea tak bisa menolak seseorang yang meminta bantuannya, walaupun tidak sopan sekalipun. Hal ini yang membuat dirinya selalu dimanfaatkan siapapun.

"Neng, mau kemana neng." Lea tak menggubris godaan dari pengemudi motor yang sudah dia dengar untuk ketiga kalinya.

Beberapa meter lagi Lea sampai dibasecamp Arkan.

Bahkan basecamp itu sudah terlihat, karena cukup terang.

"Mau kite anterin ga neng?"

"Ngga bang, makasi."

"Ayolah neng, nambah satu ditengah pasti anget nih neng."

Lea mempercepat langkahnya, dan motor itu juga terdengar mempercepat lajunya.

"Lari nih gue." gumam Lea dalam hatinya, lalu mempercepat langkahnya menjadi berlari.

Ia tetap akan kalah dengan laju motor tersebut, setidaknya sudah berusaha.

Lea yang tak berhati-hati, tersandung ranting dan terjatuh dengan mengenaskannya.

"Neng sih, ngapa pake lari."

Lea masih diam diposisinya, melihat bungkusan nasi yang juga ikut terjatuh hanya dapat merutuki dirinya.

Arkan pasti akan memarahinya lagi.

"Sini neng abang bantu."

Lea dapat melihat lelaki itu mengulurkan tangannya. Lea tak tau harus apa, dia hanya masih terdiam dan merunduk.

"Sombong amat sih." ucap lelaki itu karena uluran tangannya tak dihiraukan.

Sebelum pergi, lelaki itu menendang bungkusan makanan yang dibawa Lea, dan tentunya mengenai Lea dan membuat isinya benar-benar berhamburan.

***

Arkan mengedarkan pandangannya untuk mencari Lea, tak habis pikir dirinya dengan gadis itu. Perkara kurang lima belas ribu saja, gadis itu menjaminkan mobil yang apabila dijual dapat membeli rumah.

Arkan melihat sepeda motor yang terhenti disebrang jalan, lalu mencari putaran terdekat untuk memutar haluan motornya.

Belum sempat Arkan berhenti dan menanyai pengendara motor itu, dia sudah pergi bersama temannya dan perginya pengendara motor itu membuat Arkan mempercepat laju motornya.

Dia melihat seorang gadis yang terduduk mengenaskan, sudah pasti itu Lea.

Arkan menghentikan motornya disamping gadis itu.

"Lo diapain?" tanya Arkan datar saat dirinya sudah berada disamping Lea.

Arkan dapat melihat bungkusan nasi padang yang sudah hancur, dan beberapa nasi yang berhamburan dipakaian Lea.

"Le?"

Arkan dapat melihat Lea melirik sejenak, sepertinya gadis ini ingin memastikannya.

"Ini gu..."

Belum sempat Arkan menyelesaikan perkataannya, Lea memeluknya dengan erat, sembari sesegukkan dipelukan Arkan.

Arkan menghembuskan nafasnya cukup berat, "Lo ga diapa-apain kan?"

Arkan dapat merasakan Lea menggelengkapn kepalanya sebagai jawaban.

"Maafin gue, nasinya gabisa dimakan lagi."

Arkan memejamkan matanya, menetralisir kekesalannya.

Arkan sangat cemas, takut Lea kenapa-kenapa karena ini ulahnya, dan kini gadis yang dicemaskannya malah memikirkan nasi yang tak seberapa itu.

Sembari merangkul Lea dengan sebelah lengannya, sebelahnya lagi merogoh sakunya untuk menelfon temannya.

"Bim, gue minta tolong lo cariin warung padang yang ada BMW Lea parkir didepannya, bayarin sisa yang belum dibayar Lea, habis itu jemput gue dijalan deket basecamp."  setelah mendapatkan jawaban dari Bimo, Arkan mematikan sambungan telfonnya.

"Lo gapapa?" hanya itu yang mampu ditanyakan Arkan.

Jika ingin mencecar gadis ini dengan semua pertanyaan dibenaknya juga percuma, nanti gadis ini bukan semakin membaik, malah semakin terpuruk.

Arkan merasakan Lea menganggukkan kepalanya.

"Masalah nasinya gapapa, nanti gue cari yang baru."

"Beneran?"

Arkan mengangguk, "Iya gapapa. Tapi lo gadiapa-apain kan sama mereka?"

Lea malepaskan pelukkanya, lalu menaikkan lengannya untuk mengusap air matanya.

"Ngga, gue ga diapa-apain. Cuma gue takut tadi, terus gue lari, terus gue kesandung, nasi lo jatuh, terus tadi orang itu mau nolongin gue, ngulurin tangan gitu, tapi gue gabales, eh dia malah nendang nasi lo, gue takutnya lo marah."

Arkan memandang takjub Lea, diposisi lain pastinya mereka lebih takut dengan keselamatan diri mereka sendiri, bukan yang lain.

"Gapapa, nanti gue cari lagi."

Tak berselang lama, mobil Lea datang.

ARIELLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang