Hari ini pelajaran olahraga, Lea yang notabenenya merupakan murid baru, dan belum memiliki baju olahraga, membuatnya harus terduduk dipinggir lapangan, sembari memperhatikan teman-teman kelasnya berolahraga.
"Lo yang di Blue Club's itukan?" tanya seseorang yang membuat Lea menaikkan pandangannya dari lapangan.
Lea berpikir sejenak, lalu menepuk dahinya, "Ah iya, gue lupa buat gantiin sepatu lo."
"Bukan, gue bukan mau minta ganti rugi."
Lelaki itu, yang paling terdzolimi.
Terduduk disebelah Lea, sepertinya lelaki itu memiliki jam pelajaran olahraga yang sama dengannya, terlihat dari baju yang dikenakan lelaki ini.
"Lo sekolah disini juga? Kok gue baru liat."
"Iya, pindahan."
Arkan menganggukkan kepalanya, dirinya jadi teringat tentang apa yang dikatakan Bimo tempo hari dikantin.
"Oh, lo cucu pemegang saham yayasan?"
Arkan melihat Lea memandanginya dengan raut wajah terkejut, "Lo tau darimana?" pertanya konyol yang diucapkan Lea.
"Ah, gue mohon jangan kasi tau siapa-siapa. Masalah di club itu juga."
Arkan memberikan senyuman tipisnya, "Bisa diatur."
Tanpa Lea sadari, detik ini juga dia sudah masuk didalam kehidupan Arkan.
***
"Eh lo murid baru."
Lea menghentikan langkahnya saat melihat gadis tempo hari yang bernama Amy itu, kini tengah memblock jalannya.
"Berani banget lo ngomong sama Arkan."
"Iya, lo gatau ya. Arkan itu kastanya tinggi, gapantes buat lo."
Lea memejamkan matanya, mencoba menetralisir keinginan untuk membunuh tiga orang dihadapannya.
"Lo kalo diajakin ngomong itu ya bales! Jangan bisanya diem aja, kaya patung."
"Maaf nih sebelumnya, gue gatau siapa yang lo bertiga maksud, tapi ini udah jam pulang, gue ada kerjaan, ini udah telat."
"Oh lo kerja? Pantes, keliatan ga mampunya."
Lea kembali terdiam, "Memang semua yang bekerja itu tidak mampu?" Pikirnya.
"Gue cuma mau peringetin aja, jauhin Arkan. Dia gapantes sama lo, ngerti?"
Lea menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan kembali langkahnya tanpa memperdulikan tiga gadis tidak jelas itu.
***
"Selamat datang di De-Cafe, ada yang bisa diban—" ucap Lea terhenti saat melihat lelaki itu, lelaki yang sama saat kedua temannya mabuk, dan lelaki yang sama saat dirinya berada dipinggir lapangan tadi.
"Gue mau Cappucino satu, sama kasi gue cookies satu."
Lea yang melihat lelaki itu tak ada ekspresi apapun, langsung menginputkan pesanannya.
"Oh, spesial request, harus lo yang anterin kemeja gue."
"Baik." ucap Lea sembari membungkukkan badan, didalam hatinya tengah merutuki lelaki itu.
***
"Dari sekarang, lo bakal gue maafin, selama lo terus nurut sama perintah gue. Gue juga bakal buat lo bebas dari bullyan Amy, selama masa akhir sekolah lo, gimana?"
Lea yang terduduk dihadapan Arkan hanya terdiam, ini ulah kedua kawannya, dan harus dia yang menanggung itu semua?
"Gini nih, bukan gue gamau ngelakuin itu, gue mau-mau aja, apalagi ada jaminan gue terbebas dari pembullyan. Tapi maaf-maaf ya, inikan yang salah temen gue, si Mita, ama si Selyn, kenapa ga minta langsung ama mereka aja ya?"
"Kan lo sendiri yang bilang ini urursan belakangan? Berarti lo yang jamin kedua temen lo kan?"
Lea memejamkan matanya frustasi, sudah pindah sekolah, jauh dari kedua kawan sialan itu, belum lagi kerjaannya, beban bukannya berkurang, malah bertambah lagi dengan datangnya Arkan dihidupnya.
"Iyadeh."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIELLEA
RomanceAriellea Anastasya, siswi pindahan dari SMA Internasional yang cukup pendiam dan dingin, nyatanya menyimpan banyak rahasia. Salah satunya diketahui oleh seorang murid nakal bernama Arkan Aryaputra. Hal ini yang membuat Arkan dapat menaklukkan seoran...