Lea datang dengan tiga pastik penuh camilan.
"Hai." sapa Lea dengan kepala menjulur untuk melihat situasi didalam basecamp.
Disana ada Arkan, Bimo, Cleo, Zero, beberapa anggota dan pandangan Lea terhenti pada lelaki yang tadi pagi dilihatnya dibasecamp.
Mareka yang terngah asik dengan kesibukan masing-masing, kini memandang pintu dimana Lea berdiri dengan kepala menjulur.
"Gue liat, dia kena tonjok di pipi. Kena tampar dan ujung bibirnya berdarah, yang terakhir bawah matanya biru. Satu lagi, punggungnya kena pukul kayu."
Perkataan yang tadi masi terngiang-ngiang dikepala Arkan sembari menelisik gadis diambang pintu itu. Mukanya tak ada bekas tonjokkan atau luka sedikitpun, apa lelaki itu berbohong?
"Sini." Arkan menepuk kursi disampingnya.
Lea melangkah mendekat, sembari membawa plastik itu.
"Nih camilan, sesuai pesanan." Lea menaruh tiga plastik camilan dimana satu diantaranya merupakan camilan fastfood.
Lea menempati space kosong disebelah Arkan.
"Tadi ga sekolah?"
Lea menganggukkan kepalanya, "Ada urusan."
Lea sama sekali tak berani memandang Arkan, dia terfokus kepada para penghuni lain yang sibuk merebutkan camilan dan makanan.
"Ikut gue." titah Arkan, membuat Lea bingung, sudah melihat lelaki itu melewatinya.
***
Arkan mengusap ujung bibir Lea dengan tissue basah.
Kini mereka tengah berada diruangan yang memang sering digunakan Arkan untuk sekedar beristirahat.
"Ini kenapa?" tanya Arkan saat melihat memar diujung bibir Lea.
Arkan memposisikan diri duduk dibangku, tepat berhadapat dengan Lea yang duduk dikasur.
"Kan."
"Hmm."
"Lo bukan siapa-siapa gue. Kenapa gue mesti terbuka sama lo?" tanya Lea, membuat Arkan sedikit tersentak.
"Gue gabisa kaya gini."
"Maksud lo?"
"Gue gabisa terbuka, kalo lo dan gue, cuma sebatas penasaran satu-sama lain."
Arkan memandang Lea sangat lekat, "Siapa bilang gue cuma penasaran sama lo? Apa yang lo tau?"
"Gue tau, lo cuma penasaran sama cewe yang lo temuin traffic light, yang ternyata lo temuin lagi di Club dengan piyama."
Arkan benar-benar terdiam, "Lo tau darimana?"
"Lo pikir, orang mabuk kebiasaannya itu apa?"
Pikiran Arkan langsung tertuju pada Cleo dan Devon, dua orang yang tau tentang itu, sebenarnya tiga dengan Zero, hanya saja lelaki itu tidak mabuk pada malam kejadian, dan kebetulan pernah mabuk bersama dengan Lea disana.
"Cleo? Devon?"
Kata-kata Arkan tersengar seperti pertanyaan oleh Lea.
"Both."
"Shit."
"It's true?"
"Le, itu diawal. Selebihnya itu bukan lagi penasaran."
"Lo cari tau segala hal tentang gue. Dan kayanya lo baru tau dari temen lo, kalo gue ketua Reix. Cewe yang pernah kelahi sama lo waktu SMP, cewe yang ngebunuh salah satu temen lo."
Arkan terdiam, dia mengingat jelas tentang kejadian itu, dimana dirinya mengikuti tawuran antar kelompok geng setempat, teamnya kalah telak dari Reix, dan mendengar salah satu anggota Reix cewe, membuat temannya sekarat, hingga akhirnya meninggalkan dunia ini.
"Lo gatau? Gue cewe yang udah buat temen lo gaada. Stop buat terlibat sama gue Kan. Lo gabakal bisa terus-terusan sama gue. Gue pembunuh."
Arkan masih terdiam.
"Bukan, lo bukan pembunuh."
"Kan!"
"Lo denger gue gasih?! Lo bukan pembunuh!" Perkataan Arkan terdengar seperti bentakkan yang cukup membuat Lea terdiam.
"Gue tau semua tentang lo! Gue tau Le. Lo bukan pembunuh." ucap Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIELLEA
RomanceAriellea Anastasya, siswi pindahan dari SMA Internasional yang cukup pendiam dan dingin, nyatanya menyimpan banyak rahasia. Salah satunya diketahui oleh seorang murid nakal bernama Arkan Aryaputra. Hal ini yang membuat Arkan dapat menaklukkan seoran...