MENDEKAT DAN MENJAUH

20 3 0
                                    

"Lo kenapa ga ngomong jujur sama gue dari awal, kalo Zero ikut andil dalam masa lalu lo."

Tadi saat Zero tengah meminta maaf pada Arkan, Lea datang bersama Selyn dan Mita dengan tergesa-gesa, takut Zero keburu tidak ada didunia ini.

"Zero, ga salah Kan."

Kini Arkan dan Lea sedang berada disalah satu dari tiga kamar yang ada dibasecamp ini.

"Tapi dia ikut andil buat bikin lo trauma."

"Zero memang ada dirumah waktu itu. Tapi Zero ada dikamar sebelah, dia ga ikut andil dalam trauma gue. Dia cuma datang diwaktu yang ga tepat."

Arkan kesal pada gadis dihadapannya ini, "Lo gabisa terus-terusan sok baik gini Le. Gabisa."

"Gue gabaik Kan, gue cuma lagi pengen ga buat onar sampai kelulusan."

"Kenapa?"

"Gue gamau ngikut nyokap asli gue diluar negri. Gue betah disini, dengan kehidupan gue, dengan nyokap tiri yang nemenin gue dari kecil."

"Bukan dengan nyokap gue yang ninggalin gue dari kecil, bahkan gue gatau bentukan dia kaya gimana, dan dengan enaknya dia bilang, kalau gue masih gabisa dihandle bokap gue disini, dia mau bawa gue ketempet yang kata dia lebih baik buat gue."

"Gaada tempet yang lebih baik kecuali dirumah sendiri, Kan."

"Gua minta satu tahun ini buat ga bikin onar sedikitpun, gue gamau ninggalin bokap gue disini, dan lo."

Arkan terdiam mendengar kata terakhir Lea.

"Gue?"

"Iya, lo. Gue ngerasa gue baik-baik aja selagi ada lo disamping gue."

Arkan terdiam, sudah hampir tiga bulan sejak awal dirinya melihat Lea dilapangan seorang diri. Tiga bulan sudah kedekatan dirinya dengan Lea, dan masih tidak sanggup untuk menyatakan perasaannya pada Lea.

"Gue bakal jagain lo." ucap Arkan tak berani menyentuh Lea yang saat ini hanya mengenakan baju tidur pendeknya.

"Segitu cemasnya lo, Zero gue apa apain, sampe lupa ngambil sweater?"

"Selyn tadi langsung narik gue, takutnya Zero keburu ga nginjak bumi, katanya."

Karena perkataan Arkan tadi, Lea menjadi sedikit risih.

"Nih." Arkan memberikan jaket yang tengah dikenakannya.

"Lain kali inget make baju yang bener, ga selama cowok bisa tahen nafsu, begitu juga Reymon waktu itu."

"Gue cuma ngerasa kalo orang beneran sayang, pasti gabakal berani rusakkin cewenya."

"Ga semua, kadang nafsu lebih besar andilnya dari hati."

"Hmm begitu ya."

"Lain kali juga jangan terlalu cuek sama penampilan lo dideket cowo, gasemua cowo bisa kaya gue."

Lea hanya menganggukkan kepalanya, mengerti akan perkataan Arkan.

***

"Gimana?"

Pertanyaan kesekian kalinya dari Selyn untuk Lea.

Sudah dua hari sejak kejadian itu, Arkan tak menghubunginya sama sekali, bahkan saat disekolah pun Arkan tak pernah terlihat batang idungnya.

"Apa dia ilfeel ya sama masa lalu gue?"

"Emang lo ceritain semuanya?"

"Hmm, iya."

"Gue kasi tau semua hal yang gue inget."

"Kemungkinan sih ga ilfeel, cuma ngasi lo waktu buat rehat dari suruhan dia aja."

"Suatu hari pasti dia bakal hubungin lo, gatau besok atau lusa. Lo kan masih ngutang sama dia."

Lea memicingkan mata saat mendengar perkataan terkahir Mita padanya, "Gue bunuh juga lo ya, gue gini itu karena lo berdua, gue jadi babu orang karena lo berdua, yang satu gabisa minum tapi sok ke club dan malah muntahin sepatu orang, yang satu lagi nyentuh barang sakralnya. Untung aja lo temen gue."

ARIELLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang