REALLY?

53 4 0
                                    

"Lo itu jangan ngelunjak ya! Gue tau lo dulunya temen deket Arkan."

"Tapi sekarang Arkan gaada ngelirik lo sedikit pun, karena gue pastiin dia udah sadar buat ga deketin cewek uler kaya lo."

"Sok polos, sok paling tersakiti seantero sekolah cuma buat deket sama Arkan? Sekarang coba liat diri lo, Arkan udah gamau deket lo lagi."

Lea terdiam dibilik toiletnya sembari mendengar percakapan yang sepertinya berada dibilik sebelahnya.

"Berani lagi lo buat deketin Devon ataupun Delon, mati lo."

Lea menggidikkan bahunya, seram juga, pikirnya.

Sepertinya ini pengeroyokkan, karena Lea mendengar cukup banyak suara dibilik sebelah.

Drrttt...drrttt

Lea memejamkan matanya saat handphone disakunya bergetar dan lupa disilent.

"Mampus."

"Siapa tu!"

"Anji— ada orang dibilik sebelah."

Bilik Lea habis digedor-gedor oleh para murid tersebut.

"Kenapa baru lo angkat?"

"Ish, gue ditoilet."

"Rame banget suaranya, lo pada lagi pada mabar?"

Pertanyaan itu membuat Lea memijat keningnya.

"Lo ga kenapa-kenapa kan?"

"Gapapa gue, gapapa." dengan pasrah Lea menjawab, lalu berdiri untuk membuka kunci biliknya.

"Wah ada Lea si murid baru."

"Lo ngupingin kita dari tadi?"

"Ga, gua gamaksud gitu. Cuma tadi gue kebelet, gue ga ikut campur sumpah."

Lea kini benar-benar sudah diluar bilik itu.

Tedengar gelak tawa yang cukup seram.

Dirinya mencoba untuk melangkah melihat bilik sebelah, tempat asal suara tawa tadi.

"Lo semua pada bully gue karena deket sama Arkan, lo gatau aja Arkan lagi deket sama tu anak."

Lea bergidik ngeri pada murid yang terkena bully tadi, bajunya sudah basah kuyup, dengan rambut yang juga basah.

"Bener lo lagi deket sama Arkan?" tanya seorang gadis yang rambutnya sepinggang, dengan muka blasteran yang cukup cantik menurut Lea.

"Ngga, gue gatau siapa yang dimaksud cewek itu."

Lea hanya perlu bermain aman saja kali ini, dan dia melupakan satu hal.

***

"Ngga, gue gatau siapa yang dimaksud cewek itu."

Arkan terdiam, langkahnya menuju toilet pun terhenti.

"Bohong, gue sering banget liatin dia selalu ada kalau Arkan ngumpul."

"Ngga, gue gatau sumpah."

"Cih, itu telfon lo namanya Arkan."

Tutt...tuttt

Arkan tak pikir panjang langsung mengambil langkah besar saat telfon tersebut dimatikan.

***

Kerah baju Lea sudah diremas oleh gadis yang tadi Lea puji tersebut.

"Gaada seorang pun yang bisa deketin Arkan, termasuk lo, anak baru."

Lea hanya terdiam tak memberi perlawanan apapun.

"Lo tau, gue udah ngasi semuanya kedia. Gue dibuang, begitu juga lo. Jadi percuma buat lo deketin dia, gaada yang dia mau kecuali badan lo." bisikkan gadis itu membuat Lea menelan salivanya kasar, Arkan sejahat itu?

Gadis itu melepaskan remasan dikerah baju Lea, lalu memberikan senyuman cukup jahat.

"Balik aja, gausah diurusin lagi mereka. Satunya penjilat, satunya lagi pengecut."

Kelima gadis pembully itu keluar dan hanya menyisakan Lea dengan gadis basah kuyup di bilik toilet.

"Gimana rasanya dibully?"

Lea yang masih mematung terdiam, kini sedikit melirik gadis diatas toilet itu.

"Gue tau lo siapa, tadi gua cuma mancing mau liat lo ngeluarin aslinya lo gimana apa engganya."

"Kenapa ga ngelawan?"

"Gaada yang perlu dilawan, mereka bukan tandingan gue."

Lea membuka outer yang digunakannya, memberikan itu pada gadis yang tak dikenalinya.

"Pake aja, gaperlu lo balikkin."

Lea lalu melangkah meninggalkan toilet ini.

ARIELLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang