FLASHBACK (1)

30 3 0
                                    

"Lo ngapain?" Lea bertanya pada Arkan yang keluar dari mobilnya.

"Ah iya, jaket lo." ucap Lea sembari mencoba membuka jaket Arkan yang digunakannya.

"Jangan, eng... maksud gue gadibuka disini. Gue ikut naik buat nganterin lo sekalian bawa balik jaket."

Lea menganggukkan kepalanya, "Disini banyak cctv ya."

Lea hanya berkata seperti itu, bukan bermaksud apa. Lea hanya sedikit parno, jadi memperingati lebih dulu.

"Iya gue tau, tepos."

Lea mencebikkan bibirnya.

Lea dan Arkan memasuki Lift yang ada dibasement apartmentnya, untuk menuju lantai tempat ruangannya berada.

Lift terhenti bukan dilantai yang ditekan Lea, sepertinya ada orang lain yang ingin menggunakan lift ini juga.

Lea yang berada didepan, dekat tombol, langsung ditarik Arkan saat pintu lift terbuka, dan menampilkan wujud tiga lelaki yang sepertinya agak sedikit mabuk, terlihat dari mata mereka yang memerah dan badan yang berbau alkohol.

Arkan menarik Lea dan memojokkan gadis itu dibelakangnya, tanpa melepas genggaman tangan mereka.

Ketiga lelaki itu tidak menekan tombol lantai berapapun, mereka hanya menekan tombol penutup pintu, membuat Arkan sedikit curiga.

"Gua takut." bisik Lea, yang membuat buku kuduk Arkan sedikit berdiri karena jarak bibir Lea yang dekat dengan telinganya.

"Hmm."

Ting...

Lift terhenti dilantai ruangan Lea, dengan cepat Arkan menyuruh Lea keluar lebih dulu dengan dirinya membuntuti Lea.

Sebelumnya Arkan memandang ketiga lelaki itu terlihat memandangi Lea, dengan tatapan yang Arkan tak suka.

"Satu lantai ada berapa ruangan?" tanya Arkan saat Lea tengah memasukkan fingerprintnya.

"Dua, tapi tetangga gue lagi balik kampung, orang luar."

Arkan menganggukkan kepalanya, "Berarti bukan mereka yang tadi?"

"Mereka?"

Lea bertanya balik sembari mengganti sendal luarnya dengan sendal rumahan.

"Mereka, yang tadi dilift."

Lea memicingkan matanya menghadap Arkan, "Gue pernah liat mereka, tapi dilantai bawah."

Penuturan Lea membuat Arkan semakin berat meninggalkan gadis ini sendirian.

"Sering ketemu?"

"Beberapa kali sih minta tolong buat buangin sampah ke basement."

"Terus?"

"Lo mau balik, apa mau interogasi gue?"

"Gue nemenin lo disini."

"For what?"

"Lo galiat mereka tadi jelas jelas pengen tau lantai lo bodoh." ucap Arkan dalam hati, "Mager aja balik kerumah, pasti bonyok gue udah tidur."

"Lanjutin cerita lo yang tadi."

"Gue ganti baju bentar, lo tunggu disini, jangan kemana-mana, dan jangan coba coba buat ngintipin gue."

"Pede banget lo, tepos."

"Yee."

Sepeninggalan Lea kekamar peribadinya, Arkan yang masih berdiri didekat pintu mendengar suara pintu lift yang terbuka, menoleh keluar, dan melihat ketiga pria tadi itu yang hendak keluar hanya saja melihat Akran, mereka kembali masuk kedalam lift.

Aura seram Arkan memang tak pernah gagal menakuti siapapun.

Termasuk ketiga lelaki itu.

Arkan hanya membalas pandangan mereka dengan wajah datar, dapat membuat ketiga lelaki itu kembali kedalam lift.

"Lo mau tidur di sofa, apa gue bersihin kamar sebelah?"

"Lo tega ngeliat gue tidur di sofa?" jawaban Arkan membuat, Lea kembali memasuki kamarnya, sepertinya mengambil kunci kamar sebelah.

Dugaan Arkan salah, Lea keluar dengan piyama yang cukup netral digunakan pria maupun wanita.

"Nih, ganti aja disana." Lea menunjuk pintu kamar mandi yang dekat dengan mini bar dapurnya.

"Gue beresin kamar bentar."

Arkan meraih piyama itu, lalu melangkah menuju kamar mandi yang dimaksud Lea.

"Haaacchimmm."

Arkan yang baru saja selesai mengganti pakaian hanya dapat mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa lo?" Arkan bingung melihat Lea yang membersihkan kamar menggunakan setidaknya tiga masker.

"Gue alergi debu, lemot." "Gue gapapa." Lea mengucapkan kata kedua, yang pertama diucapkan dalam hatinya.

"Sini, biar gue aja yang bersihin. Lo masakin gue, gue laper."

"Gapapa gue aja yang bersihin, entar piyama lo kotor."

"Hadeh, susah banget dikasi tau. Gue yang bersihin, lo yang masakkin gue, laper."

ARIELLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang