Chapter 9

292 38 60
                                    

Harry melangkah memasuki rumah dengan pakaian kerjanya yang telah lusuh dan pria itu menyempatkan diri untuk selalu mengecek Gretta yang selama satu minggu ini hanya menghabiskan waktu dengan bermain boneka Barbie di ruangan khusus bermainnya.

Pria itu mengintip keadaan di dalam dan menemukan Gretta sedang bergumam memainkan boneka Barbie bersama Usla yang tengah menyuapinya makan sore seperti biasa.

Dia menghela napas pelan sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk memasuki kamarnya. Harry sudah terbiasa dengan kehadiran Gretta yang kesehariannya hanya bermain boneka Barbie di dalam rumah.

Namun sayanganya tak ada lagi perbincangan di antara mereka karena Harry sudah kembali sibuk mengurus pekerjaan yang semakin bertambah. Mereka sudah jarang bertemu selain saat pagi hari saat sarapan dan ketika makan malam.

Tak ada yang spesial di dalam pernikahannya dan Harry merasa masih menjadi pria lajang karena dirinya bahkan masih tertidur sendiri juga masih menyiapkan semuanya sendirian.

Gretta tak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan Harry tak bisa melawan karena semua itu sudah disetujui dari awal. Dia terbaring di atas kasur setelah selesai membersihkan tubuhnya sambil memainkan ponsel.

Stacey

Penerbangan menuju London akan dilakukan besok pagi, Tuan.

Apa ada jadwal penerbangan lagi setelah London?

Mengurus perusahaan baru di New York selama tiga hari bersama sekretaris baru anda, nona Rachel.

"Sial." umpat Harry melempar asal ponselnya ke atas kasur dan dia terpejam menutup mata menggunakan salah satu sikutnya.

Belakangan ini di mulai kembali stres mengurusi pekerjaan dan tidak ada pengalihan apapun untuk memperbaiki pikiran kacaunya setelah kepindahan perusahaan milik keluarga Alderts padanya.

Uang memang semakin mengalir dari semua perusahaan miliknya juga perusahaan barunya, namun otaknya tak bisa beristirahat barang sedetikpun meskipun dia tengah berada di rumah karena setiap harinya pria itu akan memikirkan cara untuk tetap memajukan perusahaannya.

Dia beringsut terduduk dan menoleh menemukan keadaan langit yang mulai menggelap dari balik jendela kamar balkon yang belum ditutupi tirai. Suara ketukan pintu membuat pria itu berdecak malas seraya beringsut berdiri untuk membuka pintu.

"Maaf Tuan, tapi makan malam telah siap." ucap seorang pelayan muda yang kini menunduk sopan pada Harry yang menghembuskan napas kasar.

"Aku ingin makan malam di kamar bersama Gretta tanpa Usla." perintah Harry membuat pelayan tersebut mengernyit bingung namun tak lama langsung mengangguk melihat tatapan tajam majikannya.

"B-baik, Tuan." ucapnya sebelum melangkah pergi meninggalkan Harry yang kembali menutup pintu kamar dengan kasar.

Dia terduduk di atas kursi dekat ranjang dan mengacak rambutnya kasar memikirkan sesuatu yang tak dirinya mengerti. Ada suatu hal yang Harry inginkan, namun dia masih belum paham dengan maksud keinginannya.

Suara deringan ponsel membuat dia dengan malas mengangkat telepon tersebut sambil terpejam memijat pangkal hidungnya ketika kepalanya terasa mulai pening. "Halo?"

"Kau berangkat ke London besok pagi?"

Harry hanya bergumam malas menjawab pertanyaan tersebut dengan kedua mata mata terpejam dan salah satu tangannya bergerak memijat kedua pelipisannya pelan.

ALDERTS [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang