Chapter 10

262 38 75
                                    

London

Besok paginya Harry langsung pergi ke London untuk mengurus perusahaan miliknya di sana bersama Stacey, sekretaris pribadinya. Pria itu melempar asal map ke atas meja lalu terpejam seraya bersandar lelah pada kursi kebanggaannya dengan salah satu tangan yang bergerak memijat pangkal hidungnya.

Suara pintu terbuka membuat dia membuka mata dan berdecak muak menemukan dua pria seumurannya berjalan memasuki ruangan dengan pakaian kerja yang sudah tak beraturan. Mengingat jika hari mulai menjelang sore membuat beberapa orang begitu malas untuk memperhatikan penampilan. Toh, lagipula siapa yang berani menegur atasan.

"

Kurasa aku tak mengundang kalian." sahut Harry melipat kedua tangan di dada dengan wajah datar dan kedua pria tersebut hanya tertawa geli seraya terduduk di kursi yang tersedia tanpa disuruh.

"Kami tak butuh undangan untuk datang." sahut pria berambut hitam yang kini mengeluarkan pematik juga bungkus rokok dari balik saku jasnya. Hal tersebut membuat Harry memutar bola matanya kesal.

"Jangan merokok di sini Zayn, kau tahu aku punya asma."

"Shh, kau tak akan mati." sahut pria berambut coklat yang kini mengambil satu batang rokok dari dalam bungkus tersebut dan mulai membakang ujungnya dengan pematik.

"Brengsek." gumam Harry malas lalu menoleh ketika pintu ruangannya terbuka. Stacey terbatuk ketika ruangan milik bosnya dipenuhi asap rokok dan ia dengan sedikit tak nyaman melangkah masuk untuk meletakkan beberapa map di atas meja.

"Ini laporan dari Mark Tuan, saya permisi." ucapnya pada Harry yang hanya mengangguk disertai senyuman tipis lalu berbalik untuk melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut dan pria bernama Zayn menghembuskan asap rokoknya sambil memperhatikan tubuh gadis itu yang hilang dari balik pintu.

"Kau masih menyukainya?" tanyanya menoleh pada Harry yang kini mengedikkan bahunya acuh lalu menoleh pada teman lainnya yang sedang membaca isi map yang dirinya bawa.

"Dia menarik."

"Ya, aku tahu dan sepertinya dia cukup ahli." balas Zayn membuat pria di sampingnya menoleh seraya menghisap rokok di jepitan kedua jemarinya.

"Tapi sekarang sudah terlambat." sahutnya menggesek puntung rokok pada meja kerja Harry tanpa beban. Zayn hanya tertawa melihat wajah syok si mata hijau yang langsung mengerang kesal.

"Liam! Berapa kali aku harus bilang jangan terus merusak mejaku! Sial, sudah berapa kali aku menggantinya hanya karena ulahmu." ucapnya yang dibalas tawaan keras dari kedua teman biadannya itu.

"Jadi, apa ada hal penting? Penjelasan di ponsel kurang jelas." ucap Liam santai yang mana membuat Harry memutar bola matanya kesal dan pria itu langsung mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Zayn dan Liam terdiam ketika pria itu menunjukkan sesuatu di ponsel miliknya lalu mendongak menatap Harry yang menampilkan wajah datar dengan tatapan heran.

"Kau mengajak kita bertemu hanya untuk menunjukkan foto kucing?" tanya Zayn heran yang mana membuat Harry langsung terbelalak kaget untuk melihat layar ponselnya yang menampilkan foto kucing mililnya.

"Kesalahan teknis, Aster terlalu manis untuk dilewatkan." ucap Harry terkekeh malu lalu kembali menunjukkan sesuatu di ponselnya. Zayn dan Liam lagi lagi menampilkan wajah bingung seraya saling melirik heran.

"Apa yang salah dengannya? Bukankah dia---"

"Ya, aku tahu." potong Harry menatap Liam penuh peringatan agar tak lagi berani berbicara. "Jangan sebut nama sialannya, aku begitu muak dan tak suka." lanjutnya membuat mereka berdua mengernyit bingung.

ALDERTS [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang