Chapter 37

196 34 165
                                    

Pemakaman Sasha telah selesai dan meninggalkan seluruh keluarga Alderts yang kini semakin menjerit sedih meresapi nasib buruk yang bisa saja tiba-tiba terjadi tanpa di duga. Keluarga Styles ikut takut setelah dua anak Victor meninggal hanya dalam waktu dekat.

Semuanya merasa takut dan was-was akan teror yang mungkin saja bisa saja datang kapanpun tanpa di duga. Gretta adalah satu-satunya orang yang merasa sangat bersalah akan kematian adiknya.

Zayn dan Liam kali ini ikut hadir dalam acara pemakaman Sasha yang begitu mengejutkan juga tiba-tiba. Mereka berdua tak mampu mengatakan apapun dan berusaha untuk tak ikut menangis mendengar jeritan haru yang begitu kentara di sekitar makam.

Victor yang melihat Helena masih bersimpuh di atas tanah makam Sasha egera menarik tubuh istrinya untuk ikut berjalan meninggalkan kawasan pemakaman.

Harry menoleh pada Gretta yang tengah menangis tanpa suara di samping Arthur yang kali ini ikut hadir dalam upacara pemakaman Sasha. Pria asing itu setidaknya cukup membantu meskipun si mata hijau harus menahan kedua tangan untuk tidak memukukinya hanya karena alasan cemburu.

"Ayo Gretta, kita pulang." ucap Harry dingin dan tanpa mengatakan apapun Gretta hanya mengangguk membiarkan pria itu menuntun tangannya untuk melangkah pergi meninggalkan pemakaman.

Arthur menoleh pada Elena yang masih menangis di pelukan Feliks lalu terdiam ketika menemukan Liam melayangkan tatapan tajam padanya. Pria itu langsung mengalihkan pandangan pada Joana yang berdiri si samping kedua orang tuanya.

"Ayo semuanya, lebih baik kita pulang." ajak Leo disertai senyuman tipis dan menoleh pada Feliks yang kini mengangguk menuntun Elena agar ikut melangkah dengannya.

Melihat hal itu Liam dengan cekatan langsung mengambil alih Elena untuk dirinya tuntun dan Zayn dengan wajah lesu juga kacaunya kini bersimpuh di makam Sasha.

Joana mengernyit bingung melihat hal itu dan saat hendak melangkah pergi Arthur dengan cepat menahan gadis tersebut agar tak melangkah pergi terlebih dahulu.

"Biar aku yang membantu Joana, bibi." ucap Arthur pada Giana yang kini tersenyum tipis seraya menepuk pelan pundak pria tersebut.

"Aku percaya padamu." ucapnya pelan sebelum melangkah pergi bersama Leo meninggalkan kawasan pemakaman.

"Dasar pedofil. Untuk apa kau membantuku?" ucap Joana pelan namun penuh penekanan yang mana membuat Arthur meletakkan telunjuk pada bibirnya pertanda untuk diam.

"Pria itu sedang bersedih." bisik Arthur menunjuk Zayn yang menangis tanpa suara meninggalkan tanda tanya untuk keduanya yang masih heran akan kesedihan pria tersebut.

"Zayn, kau baik-baik saja?" Joana bertanya menyadarkan pria tersebut yang langsung tersentak lalu mendongak mengelap kedua pipinya yang basah.

"Ya, aku baik-baik saja." balasnya beringsut berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan Joana dan Arthur yang kini saling menoleh.

"Apa kau berpikir sama denganku? Maksudku, Zayn menyukai Sasha?" Arthur bertanya sambil berbisik dan sesekali melirik punggung pria tersebut yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Entahlah, tapi kurasa iya. Minggir kau, aku mau berjalan!" bentak Joana memukul pelan betis Arthur dengan salah satu ujung tongkat penopang tubuhnya.

"Shh, kau ternyata masih kasar seperti dulu."

"Diam kau. Aku benar-benar tak ingin lagi berhubungan denganmu. Pertama, aku tidak mau lagi dimusuhi oleh keluarga kerajaan hanya karena aku bukan bangsawan. Dua, aku tak mau disebut perebut oleh Gretta." ucap Joana penuh penekanan lalu melangkah terlebih dahulu dengan menggunakan tongkatnya.

ALDERTS [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang