Chapter 20 - Membunuh perasaan.

33 6 0
                                    

Selamat membaca dan berimajinasi.

Hari pertama di istana ini harus baik, aku tidak boleh menyerah. Hanya tiga hari saja Lina maka semuanya akan berakhir!

Tok!

Tok!

Tok!

"Kau sudah selesai Lina?" tanya Xavier dari pintu kamar.

Lina membuka pintu menampilkan senyumannya yang begitu tulus pada Xavier. Lina mengandeng tangan dari Xavier sebelum akhirnya sayap kedua orang tersebut membentang!

Xavier tersenyum sebelum ikut membentangkan sayapnya, berama-sama mereka berdua terbang ke arah jendela keluar dari istana.

Para dayang-dayang juga para prajurit tak menyangka bisa melihat kebahagiaan Xavier melalui Lina. Mereka kini berharap kalau cinta mereka akan menyatu agar dua dunia kembali bersatu!

Terbang bersama sosok yang pernah membunuhku! Emmm keren bukan. Hey, jangan pernah menganggap segala sesuatu atau masalah mu itu berlebihan agar nantinya tak ada yang tersakiti.

Menembus awan, mengejar matahari. Hingga jatuh dengan bebasnya. Ada rasa ngilu yang dapat dengan jelas aku rasakan tapi, karena pelukannya lah rasa itu begitu menyenangkan.

Puas menghabiskan waktu di langit, Xavier mengajakku ke sebuah desa bangsa Immortal.

Dan woah, hebat. Ku kira mereka hanya menjual darah seperti yang aku bayangkan. Nyata berbeda! Pasar dan lingkungannya tak jauh berbeda dari duniaku.

"Apa kau pikirkan?!"

"Sesuatu yang mengerikan mengenai dunia mu, darah, kekerasan, pembunuhan kau tahu lah!" Xavier tersenyum simpul.

Saat memasuki desa semua hanya diam, tak ada suara sedikit pun dan alasan satu-satunya pasti karena pria yang saat ini berdiri di sampingku.

"Jangan minta apapun!" katanya, seolah tahu apa yang akan ku minta padanya setelah melihat kondisi desa yang begitu menyebalkan.

Kami mampir di sebuah toko permata bangsa immortal yang bila mana di jual di duniaku maka semua yang aku inginkan dapat aku dapatkan dengan mudahnya.

"Mau melihat-lihat?!" Lina menganggukkan kepalanya setuju tapi Xavier terus saja mendapati Lina yang menatap terus ke arah toko manik-manik yang berada di luar tepat di depan toko. "Jadi, kau mau ambil yang mana?!" tanya Xavier lagi.

"Oh, terserah kamu saja." Xavier menghembuskan nafasnya kasar sebelum menarik tangan Lina keluar dari toko tersebut.

"Apa yang--" Lina menghentikan ucapannya saat Xavier membawanya di toko manik-manik yang sudah Lina perhatikan sedari tadi.

"Kau punya mulut kan? Jika ingin sesuatu maka katakan lah, jangan mengikuti kemauan orang lain yang tidak kau sukai!" tegasnya. Entah mengapa kata 'orang lain' itu melukai hatiku.

Aku mencoba untuk tersenyum. "Maaf."

Aku kini memilih-milih. Dari semua yang merek, ukiran dan bentuk yang unik-unik mataku hanya tertuju pada gantungan tas yang simpel namun Lina menyukainya.

Kira-kira seperti ini bentuknya:

Kira-kira seperti ini bentuknya:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mother Of Choice ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang