Chapter 14 - Api dendam

44 11 0
                                    

Happy Reading

Saat dirasa sudah tak ada orang lagi di kamar tersebut Lina memutuskan untuk keluar saja dari pada nantinya akan ada masalah yang lebih besar lagi. Meski Lina sempat menatap lama lukisan tersebut.

Malam harinya semua berkumpul untuk menjalankan misi pertama apa? Yang akan mereka berempat lakukan pada tegah malam seperti ini.

"Yang mulia apa yang akan kita semua lakukan pada saat tegah malam begini?!" tanya Ad yang tidak diberitahukan apapun. Begitu juga dengan Liam dan Lina!

Xavier menatap mereka lama sebelum berkata, "mencoba untuk keluar dari gerbang utama!"

Lina dan Liam saling pandang tapi tidak dengan Ad yang malah tersenyum sinis. Ia memegang perutnya sembari berkata, "sudah lama sekali tidak memuaskan dahagaku dengan darah wanita muda!" Mata Ad kini mengarah pada Liam. "Bagaimana menurutmu Liam?!"

"Ya, aku juga sedikit kurang bertenaga!" Liam tersenyum sembari menepuk-nepuk pundak dari Lina. "Kau juga, kan Alice?!"

Mata yang tertuju padanya membuat Lina dengan gugupnya berkata iya. Lina pun juga bertanya, "mengapa kalian membutuhkan darah?!"

"Karena darah adalah sumber energi kita!"

"Makanan?!" tanya Lina ralat. Ad menggelengkan kepalanya cepat, tersenyum pada Lina. "Bukan makanan Alice tapi energi saja! Karena kami tak membutuhkannya setiap saat kecuali--"

"Kecuali apa?!"

"Seorang Mate, takdir hidup dan mati bangsa immortal!"

"Maksudnya?!" tanya Lina lagi. Ad terlihat menatap ke arah Xavier mencoba untuk meminta izin untuk melanjutkan ucapannya.

"Kalau begitu kalian berdua satu tim saja."

"Baik yang mulia!"

Lina dan Ad, sedangkan Liam dan Xavier pergi ke arah berlawanan menuju gerbang utama.

Lina awalnya ingin menggagalkan rencana mereka untuk suatu alasan tapi ia membatalkannya karena ingin mendengar penjelasan dari Ad lebih lama lagi.

"Meski di katakan tidak punya hati tapi kami tetap bisa mencintai pasangan kami lebih dari apapun di dunia ini bahkan kami lebih setia dari kaum manusia--"

"Uuu sombong sekali Anda, jadi apa yang terjadi jika tidak bersama dengan pasangan? Tak apa-apa, 'kan?!"

"Ya, tidak apa-apa--" Lina menghembuskan nafasnya lega. "Tidak sih hanya saja kesepian itu pasti nyata!"

Deg!

Entah mengapa jantungku rasanya berhenti berdetak walau hanya sesaat! Pertanda apakah ini.

"Lina ada apa?!"

"Tidak apa-apa!" jawab Lina.

Deg! Deg! 

Deg! Deg!

Aku yang salah dengar atau apa? Mengapa sepertinya Ad memanggil namaku. Mungkinkah--

"Ad kau sudah tahu?!" tanya Lina penasaran.

"Tahu apa?!"

"Jangan bohong, kalian sudah tahu mengapa masih terus berbohong?!"

Lina mulai kesal tapi Ad mencoba untuk menenangkan Lina agar tak memancing yang lainnya.

"Lina cobalah untuk tenang--"

"Apa yang akan kalian lakukan saat keluar desa tidak akan pernah terjadi!"

Bush!

Lina menghilang bagaikan angin! Jelas saja itu membuat Ad panik karena telah mengungkapkan hal yang seharusnya tak boleh ia ungkapkan. Dengan frustasi Ad mengacak-acak rambutnya sendiri sebelum ia mencari keberadaan dari Lina keluar gerbang.

Mother Of Choice ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang