Chapter 3 - Darah seorang penyihir

122 22 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Apa maksud mu lina?" tanya wanita paru baya tersebut. Sepertinya rasa penasarannya juga jauh lebih tinggi, itu sebabnya mengapa dia ingin terus bertanya.

"Sebelumnya terima kasih, kalian mau bersimpati dan peduli padaku. Aku tau kalian melakukan ini untuk melindungi ku, untuk itu aku berterima kasih dengan sangat! sekarang, adalah giliran ku!"

Mengerti maksud Lina wanita paru baya tersebut malah marah ia tak terima dengan apa yang baru saja Lina katakan. "Mengapa kau bicara seakan-akan kau akan pergi?" tanya wanita paru baya itu pada Lina.

Wanita paruh baya itu menjadi marah! Ia tak senang dengan apa yang barusan Lina katakan. Tiba-tiba! Lina memeluk wanita paruh bayah tersebut untuk menenangkannya.

"Tenanglah semua akan baik baik saja jangan takut, aku akan menghilangkan rasa takut kalian dan akan melindungi kalian." Dia menangis menatap Lina yang ternyata sudah dewasa. Mereka hanya terlambat menyadarinya!

"Kenapa kau mengatakan itu,saya mengatakan ini untuk melindungi Anda! Dan--"

Mendengar itu Lina melepaskan pelukannya menatap matanya sembari tersenyum tulus.

"Dan mengorbankan gadis desa ini?" tanyaku, dia terdiam. "Ingat lah, aku bukan seorang putri, apalagi seorang Ratu jadi sikap kalian saat sama sekali tak aku butuhkan."

"Kami semua hanya--"

"Kau tau seandainya kau dan para warga memberitahu aku yang sebenarnya. Maka kau tak akan kehilangan dia yang selalu membuat kau tersenyum dan merasa bangga!" Mereka sangat baik, peduli, tak kenal takut dalam mengambil risiko. Tapi di sisi lain, mereka semua sangatlah Egois dan aku membencinya.

Mendengar perkataan Lina membuat wanita paru baya tersebut bungkam. menangis sejadi-jadinya.

"Aku bingung dengan kalian apa yang kalian pikirkan? melindunggiku, apa kalian akan baik-baik saja? tidak, 'kan?yang ada kalian tersiksa karena harus kehilangan anggota keluarga kalian satu persatu. Aku bingung apa yang kalian pikirkan tentangku?!" Pasalnya Lina bukan siapa-siapa. Tapi kepedulian mereka menunjukan hal berbeda!

Wanita itu tertunduk. "Maafkan kami karena egois tapi apakah dengan membiarkan Anda menjadi korban berikutnya akan menyelamatkan kami?!" tanya wanita tersebut tak mau kalah.

Lina tersenyum sebelum menjawab, "Itu mungkin tak akan merubahnya, tapi aku berjanji padamu jika nantinya aku terpilih aku akan kembali hidup-hidup!" ujar Lina pasti.

"Tapi tetap saja--"

"Lagi pula aku sangat penasaran dengan tempat itu!" sambung Lina sembari tersenyum sinis.

"Kau memang berbeda! Kalo begitu saya pamit dulu."

Setelah wanita tersebut tak lagi kelihatan. Lina segera menutup pintu dan mempersiapkan segalanya, ia tau bahwa pemilihan kali ini akan diadakan malam ini bukan besok malam, Lina sengaja tak memberitahu penduduk agar mereka tak khawatir.

"Besok adalah ke seratus! Tapi malam ini ia akan datang."

Lina menulis sebuah kertas dan memanggil burung hantu temannya dan memberikan catatan itu pada wanita paruh baya tersebut.

"Aku menyayangimu. Pergilah!"

Burung itu terbang melalui jendela, mengepakkan sayapnya dengan bebas. Sementara Lina hanya bisa mendegus saja melihat ke arah langit malam menganggumi para bintang yang bersinar sangat terang.

Mother Of Choice ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang