Chapter 17 - Bagaikan burung Phoenix

31 6 0
                                    

Selamat membaca dan berimajinasi.

Perjalanan yang memakan waktu cukup lama membuat Lina pada akhirnya berhasil keluar dengan selamat.

Kehadiran Lina di sambut dengan rasa yang tak terelakkan, ada yang kaget ada juga yang tidak percaya akan kehadiran dari Lina yang baik-baik saja.

Mereka semua berjalan menghampiri Lina. Yang membawa seekor kuda di sampingnya!

"Lina kau baik-baik saja?!"

"Pertanyaan kalian itu sama seperti mendoakan ku akan kematian ku? Mengapa? Apa tak senang aku kembali seperti janjiku."

Mereka tersenyum sebelum menyambut kehadiran dari Lina dengan penuh riang gembira. Pesta mini pun di adakan di rumah sederhana Lina!

Lina menatap foto dari neneknya tersenyum singkat sebelum tatapannya berubah menjadi sangat datar.

Lina yang tak begitu menyukai keramaian memutuskan untuk pergi keluar menatap bintang di angkasa.

"Nenek, apakah Lina boleh sedikit egois kali ini saja biarkan Lina menjadi egois setidaknya sampai Lina benar-benar mengerti!" Lina seolah berbicara pada neneknya menatap langit malam yang terlihat tak indah biasanya.

Hampir tak ada bintang ataupun bulan yang menyinari langit malam ini. Yang ada hanya awan gelap dengan petir dan badai yang ia bawa!

Lina menarik nafasnya dalam sebelum kembali masuk ke dalam rumahnya tersebut. Saat masuk hanya ada seorang wanita paru baya yang tegah membersihkan meja!

"Apa mereka sudah pergi?!" tanya Lina.

"Warga desa sudah berpamitan tapi sepertinya kamu terlalu fokus pada langit hingga tak mendengarkan mereka!" Ia tersenyum pada Lina.

Lina dengan respon membantu membereskan rumahnya lagi tanpa ingin bertanya apa-apa lagi.

Saat semua kekacauan beres wanita paruh baya itu menatap Lina sebelum ia bertanya, "emmm, Lina apa terjadi sesuatu di sana? Apa yang mulia raja menyakitimu?!"

Lina menghentikan kegiatannya. "Mengapa bertanya begitu? Apakah ada sesuatu yang salah?!"

Wajahnya kini berubah menjadi pucat pasi dan Lina tahu akan hal itu. "Kenapa kau diam saja?!" tanya Lina lagi. Ia tersentak kaget.

"Tidak apa-apa, baguslah kau baik-baik saja."

Tapi wanita itu memiliki pendapat lain mengenai wanita paruh baya tersebut. Lagi-lagi Lina merasa ada yang coba mereka tutupi dari Lina!

Keesokan harinya Lina pergi ke pasar dan semua orang tampak begitu baik padanya. Hari-hari berjalan dengan normal tanpa gangguan sedikit pun! Lina bahagia sampai seorang anak kecil yang terpisah dari ibunya bertemu dengan Lina di pasar.

"Kakak, mengapa kakak tidak tinggal lebih lama di istana itu? Satu penderitaan untuk ribuan penderitaan mana yang lebih berharga?!" tanya anak lelaki yang terbilang masih sangat-sangat kecil. Lina mengerutkan keningnya. "Kakak kok diam?!"

"Pertanyaan mu itu apa maksudnya?!"

"Saat kakak datang hari itu kembali lagi. Aku kehilangan kakak perempuan ku karena--" Belum sempat melanjutkan kalimatnya seorang wanita yang adalah ibunya langsung membekap mulut anak tersebut membawanya menjauh sembari tersenyum kikuk pada Lina.

Lina pulang namun ucapan dan pertanyaan anak kecil tadi menimbulkan tanda tanya juga tanda seru sebagai peringatan dalam batin Lina.

Lina mengibaskan dua jarinya pada sebuah jendela dan ajaibnya jendela tersebut terbuka. Masuklah seekor burung biru kecil yang langsung tera di bahu Lina!

"Apa yang terjadi di desa ini selama aku pergi?!"

"Semuanya baik-baik saja tapi, saat kau kembali kereta itu datang lagi dan membawa lebih banyak wanita di dalamnya!" jawab burung biru tersebut. Mungkin orang lain hanya akan mendengarnya berkicau saja.

"Membawa banyak wanita?!"

"Ya, bukankah tuan kuda sudah memberitahukannya pada mu kalau semua orang ingin kau tetap tinggal meski mereka cemas padamu!"

Lagi-lagi sebuah peringatan besar muncul di kepala Lina. Wanita itu hanya bisa menghela nafasnya jengah sebelum meminta burung biru itu untuk pergi lagi!

Paginya Lina pergi ke sebuah perpustakaan ia mencoba untuk mencari sebuah buku tentang bangsa immortal namun hanya ada satu. Saat Lina bertanya apakah buku tentang bangsa immortal masih ada sang penjaga toko berkata kalau perpustakaan terbesar bukanlah tempat ini.

"Lalu di mana?!" tanya Lina serius.

Penjaga toko tersebut kakek tua dengan kacamatanya kemudian menunjuk ke arah pemakaman tua. "Istana, kau bisa mendapatkan buku lainnya di istana kaum immortal!"

"Wah, ampun kek. Aku tidak pergi ke sana lagi!"

Malam harinya Lina sudah menunggu di depan pemakaman tua saat kereta datang membawa para wanita Lina menyusup ke dalam kereta. Lina berniat kembali ke istana tersebut namun bukan untuk menyapa Xavier tapi untuk mendapatkan buku yang akan menjadi jawaban kecemasannya selama ini.

Ad menurunkan para wanita namun Lina sudah tak berada di dalam sana ia kini berada di sebuah jendela perpustakaan istana. Lina sudah berhasil masuk ke perpustakaan dengan selamat, ia yang tak ingin tertangkap dengan cepat mencari buku yang ia butuhkan.

Saat Lina berhasil menemukan lima buku series immortal Lina mengambilnya namun buku ke lima malah jatuh ke samping hingga menimbulkan suara keras.

Panik Lina pun dengan cepat keluar dari tempat tersebut sebelum ia ketahuan.

Lina terbang rendah ke arah pemakaman tua kembali. Lina keluar dengan selamat dengan membawa empat buku yang berhasil ia dapatkan!

Di rumah Lina segera membaca buku tersebut di bukalah halaman demi halaman namun Lina tak menemukan jawaban apapun kecuali hal-hal konyol di masa lalu.

Jawaban terakhir Lina hanya buku ke lima namun sepertinya Lina tak akan kembali lagi karena pastinya ia akan ketahuan. Lagi pula Lina tidak tahu apakah buku tersebut akan menjamin semua pertanyaannya mengapa? Itu karena Lina berpikir semua isi buku ini terlihat palsu.

Bab pertama buku ke tiga yang Lina baca adalah pemberontakan bangsa fana akan bangsa immortal hingga terjadi perang! Sedangkan buku pertama menjelaskan keabadian dan kemampuan yang luar biasa membuat bangsa immortal berada di atas kaum Fana. Penganiayaan serta perlakukan semena-mena membuat perang terjadi. Bab terakhir buku pertama menceritakan alasan kekalahan kaum Fana.

Lina tak peduli karena memang seharusnya sejak awal Lina tak boleh memperdulikan rasa penasarannya tersebut.

Ada jalan, 'kah yang bisa aku ambil. Ada cara, 'kah yang bisa aku gunakan untuk melepas semua rasa penasaranku ini?!

Lina pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan dirinya dalam air tapi Lina malah bisa bernafas, ia juga pernah menggantung dirinya di pohon tapi sayapnya tak bisa di andalkan. Lina juga pernah ingin menjatuhkan dirinya dari tebing mengikat tubuhnya dengan tali hingga tapi alam tak mengizinkan hal tersebut. Pernah juga Lina mencoba meminum racun karena tak berdaya akan kondisi neneknya tapi dirinya malah bisa menyembuhkan dirinya sendiri.

Di sisi lain Lina memiliki perasaan yang mana telah di takdir kan untuk menjadi Half murni selama Lina hidup.

Lina menarik sebuah kertas yang diselipkan di buku keempat seperti sebuah sobek kan.

Tertulis: "seorang Half murni memiliki kemampuan yang luar biasa yang jauh lebih kuat dari ribuan bangsa immortal tapi ia juga memiliki kelemahan yang mana hidupnya tak pernah abadi bagaikan burung Phoenix!"

To Be Continued.

Jangan lupa Vote ya!!! Terima kasih.

Mother Of Choice ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang