Chapter 23 - Pertemuan kembali

31 5 0
                                    

Selamat membaca dan berimajinasi.

BOM!

Lina pun mengambil sikap melindungi Emely. Sementara itu sang raja juga Lewis keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi!

"Ibu, ada apa?!" Melihat Emely yang panik membuat Lina juga ikutan panik.

"Untuk ada penyerangan kalau tidak bisa habis bonyok aku sama mama!" betapa bersyukurnya Emely akan bom tersebut.

Tak lama kemudian Lewis datang membuat Lina mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya bukankah dia terlalu cepat untuk kembali! "Apa yang terjadi."

"Jangan cemas istriku, tak ada yang terjadi." Lewis memeluk Lina erat dengan sorot mata yang tajam.

Malam harinya Lina tak mengerti mengapa tak ada yang datang untuk makan malam. Baik sang raja juga suami dan anak Lina! Itu jelas menimbulkan rasa bingung pada Lina. "Di mana mereka semua? Apakah aku tegah dikerjai? Tapi, besok atau hari ini bukan hari ulang tahunku lantas mengapa? Mengapa? Dan mengapa!" Ada yang tak beres.

Keesokan harinya aku tak menemukan siapapun di dalam istana. Aku juga sadar kalau malam ini aku tak tidur bersama dengan Lewis! Sepertinya mereka terlalu berlebihan padaku.

Tap!

Tap!

Tap!

Aku berjalan-jalan mengelilingi istana namun tak seorang pun. Penjaga ataupun pembantu! Aku berpikir apakah ini adalah mimpi atau, kenyataan yang coba ku ubah menjadi menjadi mimpi buruk.

Bosan, aku pun memilih mengambil sapu lidi untuk menyapu taman belakang sembari menunggu mereka dengan santainya.

"Astaga, apakah ini sudah musim gugur?!" tanya Lina pada dirinya sendiri saat melihat ada begitu banyak dedaunan kering yang bertebaran di seluruh area istana. Menyebalkan sekali tapi, it's ok lah. Hitung-hitung olahraga.

Saat aku tegah menyapu angin tiba-tiba saja berhembus. Ada sebuah perasaan aneh yang lewat! Ku tepuk dadaku beberapa kali karena merasakan gejolak yang aneh.

"Bella, Nesya, atau Lina? Siapa kau yang sebenarnya hah!"

"Lewis aku--" Aku menghentikan kalimatku seketika saat mendapati bukan Lewis yang ku anggap bicara tapi orang lain yang begitu aku hindari. Dia, masa laluku yang harusnya sudah ku lupakan. "Sedang apa kau disini?!"

"Bukankah harusnya saya bertanya seperti itu, Lina!" Perlahan ia berjalan mendekat ke arahku. "Saya membebaskan kamu karena saya berpikir kalau kamu akan mencintai saya. Menghormati saya, bercanda dengan saya, bahkan melawan saya kembali tapi saya seharusnya tahu bahwa pasangan saya tidak akan pernah menerima saya. Entah saya harus kecewa, berduka atau marah karena mendapatkan penolakan bertubi-tubi."

"Lina, jangan pikir kalau saya terus memberikan kamu kesempatan. Kamu bisa melakukan apapun, jangan lupa kita itu satu Lina!" sambungnya lagi.

Kini tak ada lagi jarak di antara mereka berdua. "Harusnya aku lari saja! Tapi rasa percaya aku begitu tinggi padanya hingga dia bisa mengkhianati ku."

"Bertahun-tahun aku mencari mu dan akhirnya. Ini kau, benar-benar kau!" Xavier mendekat hendak memeluk tapi menjauh.

Lina malah bersujud di hadapan Xavier sembari berkata, "yang mulia saya sudah menikah, saya juga sudah memiliki seorang putri yang sudah besar. Jadi saya mohon jangan ganggu saya lagi! Saya sudah bahagia."

Wajah Xavier berubah menjadi sedingin es. "Tapi saya tidak melihat kebahagiaan." Tanpa aba-aba Xavier sontak memeluk Lina dengan begitu eratnya. "Aku merindukanmu!" Aku, benar-benar merindukanmu ratuku. Aku tak ingin kehilanganmu lagi!

Mother Of Choice ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang