Chapter 16 - Harapan akan hari esok

39 7 0
                                    

Selamat membaca dan berimajinasi.

Ku dapatkan segalanya di tempat ini. Kamar hanya untukku, kasih sayang yang tiada batas dan seorang keluarga! Aku bahagia tapi apakah itu cukup? Jawabannya adalah bukan.

"Kau terbang dengan bebasnya sedangkan aku tidak begitu! Mengapa kau beruntung dan aku tidak seberuntung dirimu?!" tanyaku pada seekor kupu-kupu yang hinggap di balkon jendela kamarku.

"Keberuntungan itu datang dari rasa percaya Lina, jika kau yakin akan sesuatu maka itu akan berhasil sebaliknya jika kau ragu."

Jawaban kupu-kupu kecil itu sangat berarti bagi Lina. "Jadi kau merasa beruntun hidup menjadi kupu-kupu?!"

"Aku percaya kalau ini adalah wujud terbaik yang pernah aku punya," jawab kupu-kupu tersebut.

Tiba-tiba seekor burung hantu tera di pergelangan tanganku aku bertanya apa masalahnya dan jawabannya benar-benar membuat aku panik.

Dengan cepat Lina berjalan menyelusuri tangga mencari keberadaan dari Ad. Lama mencari akhirnya Lina bertemu dengan Ad juga Liam yang saat ini berada di kandang kuda!

Dengan nafas yang terengah-engah aku mendekati mereka berdua.

"Kalian mau pergi ya?!"

"Iya, dan sebaiknya kau tidak menghalangi kami karena ini menyangkut rakyat immortal nona Lina!"

"Emmm, tapi besok aku pulang ... Tak bisakah nanti saja kalian perginya?!"

"Pulang?!" ucap mereka bersama-sama
Aku pun menatap Liam juga Ad bergantian sebelum bertanya, "kalian kenapa terlihat kaget begitu?!"

"Memangnya ada yang salah dari ucapan ku barusan?!"

"Lina, apa yang mulia sudah tahu?!"

"Ya, tentu saja Ad ia yang memberi usulan untuk pergi setelah keadaanku benar-benar membaik. Memangnya kenapa kau bertanya dengan wajah yang sangat serius seperti itu Ad?!" tanya Lina sembari mengangkat satu alisnya ke atas. Sudah dipastikan kalau Lina saat ini tegah curiga.

Liam dan Ad saling tatap. Dalam hati mereka berucap yang mulia telah memberikan Lina harapan palsu.

Melihat mereka diam Lina pun kembali bertanya namun kali ini dengan nada yang lebih kuat. "Kalian kenapa bengong? Apa yang kalian pikirkan?!"

"Masalah itu... Emmm Lina mungkin saat ini kau harus mencoba untuk ber ..., Maksudku mengingatkan pada yang mulia akan kepulangan mu besok!"

"Baiklah!" Lina yang tak curiga memutuskan untuk bertanya pada Xavier hari ini juga. Tapi, sepertinya kedua orang yang memberi saran tersebut terlihat sangat gugup.

"Liam, akankah wanita itu berubah lagi? Akankah ia menghilang lagi? Akankah ia... Bersedih lagi?!" tanya Ad dengan nada serius pada Liam. Namun Liam hanya membalasnya dengan rahang yang mengeras seolah tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

Sementara itu di depan kamar Xavier, Lina terlihat sedikit gugup walau hanya sekedar mengetuk pintu saja.

Menarik nafas dalam sebelum akhirnya demi apa? Pintu di hadapanku itu terbuka sendiri tanpa ada yang menarik gagangnya dari depan atau pun dari belakang.

Tap!

Tap!

Tap!

Lina berjalan masuk ke dalam kamar Xavier, kamar sang Raja yang sudah seperti main game horor di sebuah rumah tua.

Warna-warna gelap dan cahaya yang minim semakin memperkuat aura mengerikan dari kamar ini.

"Lina!" Panggil Xavier yang tentu saja mengangetkan wanita tersebut. Lina sapu-sapu dada saking kagetnya sembari berkata, "astaga Xavier bikin kaget saja!"

"Ada sesuatu yang ingin kau katakan?!" tanya Xavier seolah tahu maksud kedatangan dari Lina. Ia pun tetap memperlihatkan raut wajahnya yang hangat dengan kata-kata yang di buat sehalus mungkin hanya pada wanitanya tersebut.

Gugup namun akhirnya Lina angkat bicara, "besok aku akan pulang yeay!" Lina bersorak senang. Xavier tersenyum sebagai respon tapi senyuman itu palsu, tak tulus dari hati.

"Kau senang?!" tanya Xavier.

"Tentu, karena pada akhirnya aku akan bertemu dengan orang-orang desa. Rumahku dan diriku yang dulu!"

"Kalau begitu istirahatlah malam ini. Besok aku akan mengantarmu ke gerbang utama!"

Dengan bahagia Lina memeluk Xavier tanpa sadar. Yah meski dengan cepat Lina menarik diri kembali, tapi itu sudah cukup membuat hati Xavier berbunga-bunga.

"Maaf!"

"Tidak apa-apa."

~~~

Dan benar saja keesokan harinya pagi-pagi buta Xavier sudah menunggu bersama dengan Liam juga Ad yang menatap rajanya lirih.

"Yang mulia Anda harus memikirkan kembali semuanya agar tak ada hati yang terluka nantinya. Yang mulia saya tidak ingin--"

"Ini keputusanku Ad, soal siapa yang kejam atau tidak itu bukanlah urusanmu jadi sebaiknya kau tidak boleh ikut campur!"

"Ad dia hanya--"

"Kau juga Liam!" tatapan sinis dari Xavier membuat semuanya membeku di tempat mereka.

Tak lama seorang wanita bernama Lina datang dengan senyuman lebar juga pakaian yang sangat Fresh. Liam, Ad juga Xavier terpukau akan kecantikan dari seorang Lina. Meski, ada hati yang saat ini tegah terluka.

Kereta kuda sampai sebelum Lina masuk Xavier menggenggam kedua tangan Lina hingga membuat Lina kebingungan. Mau menolak takut menyakiti hatinya ya udah lah terima aja!

Xavier menatap mata Lina intens sebelum berkata. "Saat kamu pergi dari hadapanku maka jangan pernah muncul kembali. Jangan datang lagi ke tempat ini atau kau tidak akan pernah bisa kembali!"

"Mengapa begitu? Apakah duniamu ini akan melakukan hal itu?!"

Xavier menggeleng, "tidak, bukan duniaku rapi aku!" Keseriusan di mata juga ucapan dari Xavier membuat Lina merasakan adanya hal yang salah. Kini tatapan Lina tertuju pada Ad juga Liam yang menghindari tatapannya tersebut.

Apa yang coba kalian sembunyikan? Dan apa yang coba kamu rencanakan untukku yang mulia raja Xavier?!

Tatapan Lina kini kembali tertuju pada Ad. Lina tersenyum sebelum mengangguk-anggukan kepala mengerti. "Aku tidak akan pernah kembali lagi seperti keinginanmu yang mulia!"

Entah mengapa saat mereka bertiga mendengar kata tersebut, pikiran mereka kembali bernostalgia pada saat pertama kali bertemu dengan Lina yang angkuh.

~~~

Dalam perjalanannya hanya ada rasa cemas, Lina bahkan tak diizinkan untuk di kawal oleh Ad juga Liam kecuali kuda yang Xavier berikan sebagai hadiah untuknya.

Berjalan keluar dengan mudah meninggalkan pertanyaan yang sangat besar dalam pikiran Lina. Bagaimana tidak, sikap juga perilaku mereka sudah jelas menyembunyikan sesuatu dan lagi-lagi Lina penasaran akan apa yang tegah mereka sembunyikan.

"Aku berharap setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Xavier, akan aku ceritakan dirimu yang lain. Dirimu yang tak mereka lihat sebelum! Dirimu yang sangat-sangat baik juga bijak dalam mengambil keputusan. Dirimu yang sangat memperdulikan rakyatnya!" begitulah isi batinku yang penuh dengan rencana-rencana indah yang telah tersusun dengan rapinya.

"Tunggu saja Xavier, tunggu saja sorakan kemegahan itu yang mulia!"

"Apa yang kau katakan Lina?!" tanya kuda tersebut pada Lina.

- To Be Continued -

Meski ku berharap!!!

Mother Of Choice ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang