You Don't Know IV

335 31 0
                                    

"Sayang!"

Arkan berbalik mendapati gadis yang saat ini menjadi pacarnya tersenyum, lalu mendekat dan memeluknya. Aneh sekali meskipun sudah lama menjalin kasih Arkan tetap tidak bisa memiliki perasaan kepada Luna, kekasihnya. Sebaik apapun ia memperlakukan Luna, ia tetap tidak bisa jatuh cinta pada gadis itu. "Kamu ngapain ke sini?" Tanya Arkan. "Aku kangen...," Tutur Luna manja.

Arkan melepaskan pelukan gadis itu perlahan, lalu sedikit menunduk agar matanya dan mata gadis itu saling bertatapan, dan mempertahankan senyumannya. "Jangan cemberut nanti langit mendung," ucap Arkan lembut sambil mencubit pelan pipi Luna. Meskipun tanpa cinta, setidaknya ia bisa membuat gadis yang katanya sangat mencintainya itu bahagia dan nyaman.

Luna mengerucutkan mulut, melipat tangan dan membalikkan badannya. Seketika Arkan memeluk gadis itu dari belakang, dan berkata, "Maafin aku, belakangan ini ada urusan keluarga yang urgent banget." Suara renyah dari Arkan membuat gadis itu perlahan luluh, Arkan mengecup kepalanya tanpa peringatan, membuat wajah gadis itu memerah. Membuat seorang La Luna Kanisa salah tingkah. "Ngebucin kok di rumah orang," ucap Faruq yang berada tak jauh dari mereka sembari melipat tangan dan bersander di tiang rumahnya,

Arkan menoleh ke arah sahabatnya itu, segera Faruq melempar kunci motor Arkan dan Arkan menangkapnya. Faruq menaikan alisnya sebagai kode, Arkan mengerti lalu ia mengambil motornya dan mengajak Luna pergi. "Sampai kapan Lo harus sembunyikan semuanya Ar?" Gumam Faruq sambil masuk kembali ke dalam rumahnya.

~~~

"Kamu masih suka berantem?" Tanya Luna, sambil menopang dagunya ke bahu Arkan. "Tidak," jawab Arkan. "Lalu kenapa kamu masuk rumah sakit kemarin? Kenapa kamu gak bilang ke aku? Kamu Gamau aku tahu kalau kamu berantem lagi, kan?" Ucap Luna. Arkan hanya diam, bagaimana kekasihnya bisa tahu? Apa itu bagian dari rasa cinta? "Aku kangen kamu yang dulu!" Ucap Luna.

Arkan menghentikan motornya di taman, lalu ia mengajak Luna duduk di salah satu bangku di sana. Luna menarik paksa jaket Arkan hingga terbuka sebagian, terlihat lengannya penuh luka lebam. "Kenapa kamu masih berantem?!" Bentak Luna. Arkan hanya terdiam, ia benar ia sudah lama tidak bertengkar hanya saja luka itu adalah luka yang selalu ia dapatkan tanpa perkelahian. "Aku tidak bertengkar, sayang," ucap Arkan pelan,

"Lebih baik kamu mengundurkan diri dari gank aneh itu! Dan biarkan saja Jason menghabisi mereka! Apa kamu tidak merasakan bahwa Rey itu hanya memanfaatkan mu?" Ucap Luna. Arkan mengernyitkan dahi, Jason? Sejak kapan kekasihnya itu mengenal Jason? Dan bahkan ia tahu tentang Rey? Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Aku capek lihat kamu luka terus by! Aku ga kuat jika harus lihat kamu kayak gini!" Luna.

Tiba-tiba Arkan merasakan perutnya sakit, nafasnya sesak. Ia terdiam dan tidak menghiraukan ucapan kekasihnya, ia hanya menutup mata dan berusaha mengontrol dirinya, gangguan paniknya sedang kambuh sekarang, pasti dia sudah terlalu over thinking. Setelah sekitar 20 menit sakitnya menghilang, ia menarik tangan Luna dan mengajak nya pulang.

Setelah mengantar Luna, Arkan memilih untuk pulang ke rumah, ia memandang rumah ayahnya sejenak, sesuatu yang di sebut rumah namun, tidak seperti rumah. Ia mulai melangkah dan terdiam di depan pintu rumah dengan penuh keraguan. "Assalamu'alaikum, " Tiba-tiba Zakhwan datang sambil mengetuk pintu dan merangkul adiknya itu. "Wa'alaykumussalam," Hanna membukakan pintu dan mendapati kedua putranya sedang berada di sana, Terlihat bahwa ayahnya sedang menonton televisi, segera Arkan masuk dan langsung ke kamarnya.

Bruk!

Arkan membanting diri di kasur, ia menatap langit-langit cukup lama. Setelah itu ia menuju ke kamar mandi lalu melepaskan bajunya, ia menghadap cermin dan memperhatikan sekujur tubuhnya yang penuh bekas luka. Ia bahkan sempat berfikir apakah reinkarnasi itu benar benar ada? Jika benar apakah ia memiliki dosa besar di kehidupan sebelumnya?

Sebenarnya Arkan tak percaya lagi dengan cinta, sejak mama nya berkhianat dan merubah seluruh kehidupannya yang indah. Ia kehilangan masa kecil, kehilangan banyak hal, hingga harus berpisah dengan sahabat-sahabat masa kecilnya. Mungkin, jika mama nya tidak berkhianat kehidupan Arkan akan tetap bahagia seperti saat ia kecil.

Arkan menyesali dirinya terlahir dari rahim mantan istri papanya, Satu-satunya alasan mengapa ayahnya begitu membencinya. Ia tahu benar dirinya selalu mengingatkan sang ayah dengan ibu kandungnya darah wanita jahat itu mengalir dalam dirinya. Ia masih bertahan karena baginya keluarganya hanya tinggal sang ayah jika harus mati, pun ia hanya ingin mati di tangan ayahnya.

Bagaimana ia bisa bersama Luna? Untuk Arkan Luna adalah gadis yang berbeda, gadis pertama yang berusaha mengejarnya. Gadis itu datang padanya mengatasnamakan cinta. Ia pun mencoba memulai hubungan dengan gadis itu dengan tujuan menyembuhkan dirinya yang tidak lagi percaya pada hubungan percintaan antar umat manusia.

Arkan kembali ke kamar, lalu duduk di meja belajarnya. Melihat fotonya dan Luna di sana, ia tersenyum sembari mengenang masa-masanya bersama Luna. Sejatinya kisahnya tentu tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah cinta di novel dan film ketika seorang wanita mampu meluluhkan hati pria yang beku namun, hatinya belum mencair, ia belum mencintai Luna. Kemudian ia menatap foto Luna penuh ragu, apakah dia wanita yang tepat? Wanita yang bisa mengobati trauma nya.

Mungkin bukan hanya Luna, tidak ada yang pernah tau sisi lain dari seorang Arkan. Sisi lain dari pembuat onar di sekolah itu!

Arkan pun merebahkan diri di kasur. Ia memainkan ponselnya, tanpa sengaja ia mendapati media sosial milik saingannya saat ia mengikuti Olimpiade Sains Nasional tingkat SMP, namanya Rangga. Arkan penasaran apakah dengan berprestasi kehidupannya bahagia? Atau apakah Rangga punya sisi lain sepertinya? Arkan teringat saat pertama kali ia mengenal Rangga, dia sangat bersahabat dan sangat baik. Yang Arkan sangat ingat bahwa Rangga sangat menyayangi Ibunya, dan sangat ingin membahagiakan Ibunya. Berbeda dengan Arkan yang sangat membenci sosok Ibu kandungnya.

Tiba-tiba fokus Arkan terhenti di salah satu foto yang menandai Rangga dalam postingannya. "Apa ini Nara yang gua kenal?" Gumam Arkan, ia teringat sahabat masa kecilnya yang memiliki nama serupa. Kemudian ia meng-klik akunmsosial media orang bernama Nara itu, "Ten years challenge? Jadi, Rangga satu SMA sama Nara dan Aifa?" Batin Arkan saat melihat postingan Nara yang mengikuti challenge viral di internet, membandingkan foto masa kecil dan masa kini.

Tiba-tiba air mata Arkan terjatuh, ia merindukan kedua sahabat kecilnya. Kali ini ia ingat, yang membuat ia merasakan bahagia lebih banyak adalah kedua sahabat kecilnya, bukan Luna ya tentu saja ia tidak bisa membohongi diri bahwa ia masih meragukan cinta dari kekasihnya itu. Arkan memejamkan mata, mengingat hari-harinya yang berwarna ketika bersama kedua sahabat kecilnya. Ia ingat benar rasanya di cintai selama bersama kedua sahabatnya itu.

Krak!

Pintu kamar Arkan terbuka, Hanna langsung masuk dan menghampiri Arkan. "Arkan, apa kamu mau pindah ke kota lain?" Tanya Hanna. "Maksud bunda?" Arkan. "Bunda mau kamu pindah ke sekolah lain di luar kota, Bunda tidak ada maksud untuk memisahkan kamu sama papa tapi, ini demi kebaikan kamu sayang," jelas Hanna. "Arkan tidak apa-apa bunda," ucap Arkan yang belum ingin berpisah dengan papanya. "Sampai kapan kamu mau bertahan dengan perlakuan papa?" jawab Hanna. "Bunda, asal itu bisa bikin papa bahagia it's okay," ucap Arkan. "Sayang tapi, hati bunda yang tidak okay. Kamu mau, kan? Jangan khawatir tentang apapun bunda akan urus semuanya, Bunda akan mengunjungi kamu, pokoknya kamu harus hidup normal dan tenang," Hanna. "Bunda sudah menghubungi Oma, kamu tinggal dengan Oma di sana, bunda mau kamu hidup tenang." jelas Hanna,

"Oma?" Arkan terdiam, ia teringat Rangga yang berasal dari kota yang sama dengan tempat Oma nya tinggal. "Beri Arkan waktu untuk berfikir, bunda," ucap Arkan. Hanna tersenyum, lalu mengusap kepala anak sambungnya itu dengan penuh kasih. Lalu ia bangkit namun, sebelum keluar dari kamar Arkan ia mengecup kening Arkan. "Kamu istirahat, besok sekolah," ucap Hanna lembut sebelum menutup pintu dari luar.

Seketika Arkan Flashback tentang masa kecilnya yang tertolak oleh kedua orangtuanya, setelah perceraian ia tinggal dengan nenek dari papanya hanya saja itu tak lama, setelah neneknya wafat mau tidak mau hak asuhnya jatuh pada papanya. Sebenarnya ia di tawari untuk tinggal bersama oma yang merupakan ibu kandung mamanya namun, Arkan menolak keras ia sangat takut dan benci pada ibu kandungnya. Ia tak pernah ingin berjumpa dengan ibunya sampai kapanpun. Arkan merenungkan ucapan ibu tirinya. Jika ia menyetujui ia harus merelakan banyak hal pula, kan? Luna? Chakrabharata? Faruq? Lagipula ia sudah terbiasa dengan perlakuan ayahnya, mungkin bertahan sedikit lebih lama lagi tiada salahnya.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang