You Don't Know XIX

173 23 0
                                    

"Lo kenapa Bucin banget sih sama mantan Lo?" Ucap Tono yang geram. "Aifa terlalu berarti buat anak ini," ucap Louise. "Lo gak tau seberapa baik dia, dia sangat berpengaruh, dan dia wanita pertama yang bikin gue percaya bahwa gak semua wanita itu kayak nyokap gue," jelas Rey. Arkan terdiam, bukankah itu kisah yang sama? Secara tidak sengaja seseorang bernama Aifa ini meninggalkan kesan baik dengan siapapun dia.

"Sebenarnya kalau kalian mau lihat kebucinan dua sejoli ini banyak tuh di galeri hp Rendy," Louise. "Aku gak mau nunjukin ke kalian haha," Rey. "Kenapa?" Tono. "Dia sudah berhijab, mana mungkin aku mengumbar auratnya di saat ia menutupinya," jelas Rendy. "Tapi tetap saja kamu belum menghapusnya," Arkan. "Aku akan menghapusnya nanti, di saat aku benar-benar yakin ia aman bersama Azzam," tutur Rendy,

Arkan tak menyangka jika Rey memang benar-benar sangat baik, apa alasan orang baik sepertinya berbuat keji? Mendadak Arkan merasa ia menampar dirinya sendiri dengan pertanyaannya, dia juga tidak tahu alasan ia mau menyakiti seseorang padahal ia sendiri tau rasa sakit itu tidak menyenangkan.

Hari sudah semakin malam, tapi mereka masih ada di kota sebelah. Entah apa yang terjadi Louise menawarkan ketiga sahabatnya untuk beristirahat di rumahnya. Itu artinya sebenarnya Louise tinggal di kota ini? Aneh, mereka penduduk kota lain namun berkuasa di kota lainnya.

***

Setelah beberapa menit perjalanan mereka masuk ke gerbang suatu perumahan, Louise membuka kaca mobil lalu berbincang dengan beberapa security di sana. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan, dan berhenti di sebuah rumah yang terletak di tengah-tengah perumahan itu. Louise turun dari mobil, ia melambaikan tangan ke salah satu orang yang sedang berada di dekat gerbang, segera orang itu berlari ke dalam dan Louise kembali ke mobil. Beberapa saat kemudian gerbang rumah itu terbuka, Arkan terkejut saat memasuki area rumah itu. Tempat itu tak pantas di sebut rumah, mungkin lebih pantas menjadi istana.

Empat sekawan itu turun dari mobil, seketika semua orang yang bekerja di rumah itu berbaris menyambut Louise kemudian seorang pria paruh baya menghampiri mereka dan memeluk Louise. "Tuan muda akhirnya tuan kembali," tuturnya.

Arkan dan Tono terkejut menyaksikan apa yang ada di depan mereka dan tentu saja mendengar panggilan itu, siapa yang tahu jika Louise adalah seorang konglomerat? "Terimakasih sudah menjaga tempat ini selagi saya tidak ada, Paman Danu." Ucap Louise. "Apa kabar Paman?" Tanya Rey. "Kabar saya baik Tuan muda Rey," jawab pria yang ternyata bernama Danu itu. "Hari ini kami akan bermalam di sini, persiapkan jamuan untuk tamu-tamu saya," ucap Louise penuh wibawa.

Louise mengajak teman-temannya masuk, rumah itu terlampau megah. Tono seketika speechless, mungkin baru pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah sebesar itu. "Kalau rumah Louise sudah begini bagaimana dengan rumah Rey? Gue tidak ingin lagi berkunjung kerumah orang kaya, menyeramkan." bisik Tono. Arkan tersenyum simpul, ia menyetujui ucapan Tono. Selain benci wanita Arkan juga benci dengan kekayaan. Karena harta lah ibu kandungnya memilih untuk menghancurkan hidupnya.

Kemudian Louise berjalan menuju suatu ruangan, ketiga temannya mengikuti, beberapa pelayan yang melihat selalu menundukkan kepalanya kepada Louise. Sebenarnya siapa Louise? Batin Arkan.

Louise membawa mereka menuju ke suatu ruangan, ruangan itu terlihat seperti ruangan santai biasa. Kemudian ia menekan salah satu patung yang ada di atas perapian, seketika lemari buku di sana bergeser dan memperlihatkan sebuah ruangan di sana. "Gue pikir ruangan kayak gini cuma ada di film," celetuk Tono. "Silakan duduk," ucap Louise,

Ruangan itu terlalu luas untuk ukuran ruangan rahasia, di dalamnya terdapat sofa untuk bersantai, kamar mandi, ruang tidur kecil, dan bar mini juga ada 2 ruangan kecil, salah satu ruangan pintunya terbuka dan terlihat ruangan itu berisi alat musik sedangkan ruangan kedua terkunci rapat. "Ini, ruangan pribadi gue," ucap Louise. "Dulu ini tempat rahasia, tempat paling aman dan nyaman untuk bersembunyi," ucap Rey membuka pembicaraan. "Tempat ini masih menjadi tempat ternyaman di rumah ini," ucap Louise.

Arkan dan Tono tidak mengerti apa yang di ucapkan kedua temannya. Mungkin saja mereka sedang membicarakan masa lalu mereka. "Mungkin benar jika setiap orang memiliki hal yang ia benci." ucap Louise. "Mungkin saja itu bukanlah kebencian hanya sebuah rasa tidak nyaman untuk mengingat." tutur Rey. "Bukan, kebencian bukanlah sebuah rasa tidak nyaman untuk mengingat tapi, sebuah keputusan untuk lebih baik tidak mengingat dan sebuah keinginan untuk melupakan." ucap Arkan.

"Maaf Tuan, makan malam sudah siap," ucap Danu dari ambang pintu. "Kalian mau makan di sini atau di ruang makan?" Tanya Louise. "Di sini saja," jawab Rey cepat. Beberapa saat kemudian para pelayan membawa makan malam ke atas meja makan yang ada di ruangan itu, kemudian empat sekawan itu mengambil posisi duduk, "Maaf teman-teman," ucap Louise tiba-tiba. "It's okay Allex," Rey. "Gue gak ngerti, maaf buat apa?" Tanya Tono. "Jadi, hal yang Lo benci adalah rumah Lo?" Ucap Arkan. Suasana mendadak hening. "Ya," jawab Louise. "Gue tau Lo nahan rasa ketakutan Lo dari tadi, mungkin itu bukan takut hanya seperti rasa sakit yang kembali muncul. Lo benci rumah ini kecuali ruangan ini," ucap Arkan, "Ketegaran di mata Lo, gue bisa baca." lanjutnya. "Ketegaran di mata Lo, gue bisa baca," ucap Louise mengulangi ucapan Arkan.

"Gue jadi penasaran apa sih salah kita ke Tuhan? Kenapa hidup kita tidak bahagia kayak orang orang?" Celetuk Tono. "Orang-orang mungkin tidak akan pernah mempublikasikan kesedihannya, rasa sakitnya, ataupun hal buruk dalam hidupnya," ucap Arkan. "Kita semua punya porsi masing-masing," Louise. "Kita semua punya rasa sakit masing-masing, kita semua juga tahu jika rencana Tuhan tidak pernah salah,"lanjutnya. "Ya, gue jadi teringat jika Tuhan tidak pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya." Ucap Arkan. "Itu artinya kita di percaya Tuhan untuk menghadapi ujian seberat ini?" Tanya Tono. "Ya, sayangnya kita lupa jika kita punya Tuhan." Ucap Rey. 

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang