You Don't Know XXI

151 20 0
                                    

"Alhamdulillah," pekik Rey memecah keheningan malam, ketiga sahabatnya yang sedang mabar game online menjadi tidak fokus dengan permainannya dan menoleh ke arah pria itu. "Lo barusan ngucap?" Celetuk Tono. "Kenapa? gue senang banget soalnya," tukas Rey.

Ketiga sahabat Rey saling menatap mereka menghentikan permainan mereka, karena kejadian barusan memang aneh. Sebelumnya Rey memang tidak pernah menonjolkan identitas agamanya. Secara tiba-tiba dia mengucapkan hamdalah? Apa ini kode bahwa ia tobat. "Emang ada apa Ren?" Tanya Louise, "Saudara gue yang hilang sudah ditemukan." ucap Rey,

Seketika wajahnya mendung. "Tapi, apa dia mau nerima gue dengan baik?" Lanjut Rey pelan. "Secara tidak langsung kan karena kehadiran gue kehidupannya hancur," tambahnya. Arkan mengerti, perasaan bersalah pada diri Rendy membuat ia tidak tentu arah mengenai kehidupannya. "Gue yakin dia bakal nerima lo, Lo orang baik pasti saudara Lo juga orang baik," ucap Arkan. "Gue pendosa Ar, " Rey. "Bukan Lo tapi, kita semua." Ucap Louise. "Apakah Tuhan yang selama ini kita tinggalkan mau memaafkan kita?" Tanya Rey.

"Entahlah rasa kecewa dengan Tuhan atas kehidupan gue membuat gue meninggalkan-Nya hingga hari ini," Arkan. "Gue gak tau siapa Tuhan gue," ucap Louise, karena sebatang kara dari kecil ia menjadi seorang ateis. "Gue gak kenal Tuhan gue," Tono. Suasana mendadak hening, "Ren, Lo yang lebih baik dari kita semua di sini," ucap Louise. "Why me?" Rey. "Tanpa Lo sadari meskipun Lo jauh tapi, Tuhan Lo masih memberikan nikmat ke diri Lo untuk mengingat-Nya," jelas Louise,

Keempat sahabat itu terpaku, masing-masing dari mereka merinding. Sepatah kalimat hamdalah yang keluar dari mulut Rey membuka hati mereka untuk kembali mengingat Tuhan, meskipun mereka memiliki agama yang berbeda.

***

Arkan dan ketiga sahabatnya berhenti di sebuah toko kue yang lebih mirip kafe. Berbekal foto pernikahan Pertama papa Rey yang di dapat dari sumber terpercaya mereka mencari mantan istri papanya itu.

Saat sedang menikmati hidangan, ada seorang wanita melewati mereka. Wanita itu memakai pakaian muslim, sembari membawa tas dan tampak terburu-buru menuju ruangan di belakang kasir. "Itu orangnya," ucap Tono.

Keempat sahabat itu terlihat puas karena berhasil menemukan apa yang mereka cari, kemudian seorang anak laki-laki seusia mereka masuk menyusul wanita itu sambil berkata, "Bunda! Ini tasnya kenapa di tinggal?" Kemudian ia mengecup pipi wanita yang ia sebut bunda itu lalu pergi. "Rangga?" Ucap keempat sahabat itu serempak. "Jadi Rangga Abraham yang ini benar-benar dari keluarga Abraham?" Ucap Tono. "Dan kita udah ketemu dia lebih awal," Louise.

Saat empat sekawan itu sedang memperbincangkan hal tentang Rangga tiba-tiba Rangga menghampiri mereka, "Hai, kalian yang waktu itu di lapangan futsal, kan?" Ucap Rangga. "Eh, apa kabar ngga?" ucap Arkan. "Baik, ga nyangka bisa ketemu kalian lagi. Tapi, gue gabisa lama. Duluan ya, Assalamu'alaikum," ucap Rangga langsung berjalan menuju pintu keluar. "Baru nyadar kalau dia mirip banget sama Lo Ren," ucap Tono. "Kira-kira dia benci gak ya sama papa? Sama gue?" Gumam Rey,

"Dulu Rangga pernah bilang kalau..." Arkan menjeda ucapannya, "...Ayahnya udah meninggal," lanjut Arkan. "Jadi ibunya tidak menceritakan betapa jahatnya papa ya," Rey. "I don't know, mungkin iya," jawab Arkan. "Emang sih laki-laki b*ngs*t kayak papa gue ga layak di akui," ucap Rey. "No, ibunya masih memberikan nama belakang keluarga sang ayah artinya ibunya Rangga masih mengakui ayah dari anaknya itu," ucap Arkan. "Mungkin ibunya tidak ingin Rangga mencari sosok ayahnya ini lebih awal, mungkin one day akan ia ceritakan semuanya," celetuk Tono. "Bagaimana bisa papa dan mama melukai hati orang-orang yang baik, seharusnya gue tidak perlu lahir. Pasti semuanya tidak akan seperti ini. Kira-kira apa Rangga bahagia?" Rey. "Apa kita ikuti dia aja?" Louise. "Nice, ayo!" Ucap Rey buru-buru keluar, ketiga sahabatnya mengikuti.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang