You Don't Know XII

191 23 1
                                    

Arkan bersandar di sofa sambil memejamkan matanya. Seketika terbesit dalam bayangan nya semua yang telah ia lakukan kejahatan dan kekejaman, Arkan benar-benar menyesal mengapa harus melakukan semua itu.

Tono yang tidak sengaja melihat Arkan sendirian memoerhatikannya, ia teringat alasan mengapa Arkan di percayai Rey untuk memimpin, Tono menebak mungkin perlakuan kasar yang didapatkan Arkan yang membuatnya menjadi seseorang yang kejam hingga Rey percaya padanya. Tapi, mungkin sisi manusiawi Arkan lebih mendominasi saat ini sehingga ia mulai terang terangan menunjukkan penolakannya. "Gue yakin dia pasti jenuh, siapa yang tahu apa keuntungan dari menyakiti orang lain?" Ucap Louise yang tiba-tiba muncul di belakang Tono,

Louise adalah pria misterius, sama misteriusnya dengan Rey ia tak tahu apa itu nama aslinya atau tidak. Ia pria yang kuat dan jago beladiri belum lagi ia sangat mahir menyusun strategi belum lagi ia memiliki pergerakan yang cepat mungkin, jika mau Louise bisa mengambil alih posisi Rey tapi, Tono tidak tahu apa alasan Louise bertahan. "Lo juga gitu, kan?" Ucap Tono. "Lo mau cabut dari sini?" Tanya Louise mengabaikan pertanyaan Tono. "Memang gue tidak pernah nyaman dengan semua hal yang kita lakukan tapi, gue gak punya tempat untuk pulang," ucap Tono. "Tempat gua pulang adalah Rey," Ucap Louise yang langsung masuk dan duduk di sebelah Arkan.

Tono terdiam, memikirkan maksud ucapan Louise hingga ia menerka nerka siapa sebenarnya Louise, apakah ia sebatang kara? Atau dia anak angkat keluarga Rey? "Jika Rey kembali menjadi dirinya semua akan baik-baik saja," ucap Louise memulai pembicaraan, Arkan masih mempertahankan posisinya, sementara Tono mulai menyimak ucapan Louise. "Gue hanya ingin tau alasan Rey berubah, mengapa dia memilih jalan yang ia benci," lanjutnya.

Seketika Arkan menegakkan kepalanya dan ikut menyimak ucapan Louise. "Itu alasan Lo bertahan?" Tanya Tono. "Ya," Louise. "Lo mau melindungi Rey?" Tanya Arkan. Louise terkejut mendengar ucapan Arkan. "Gua ngerti kok, gua juga punya sahabat," ucap Arkan, ia paham mungkin Loise selalu ingin mendampingi Rey agar sahabat nya itu tidak kelewat batas dan tetap baik-baik saja. "Lo tau cara cabut?" Tanya Tono. "Jika Rey cabut, kita bisa cabut," ucap Louise singkat.

~~~

Setelah merasa tugasnya selesai Arkan memutuskan untuk pulang namun, Saat melewati ruangan pribadi Rey tanpa sengaja dari celah pintu yang tak tertutup rapat Arkan melihat pria itu sedang duduk memeluk lutut di sudut ruangan, kepalanya menunduk.

"Hiks... Hiks..." Suara isakan tangis terdengar jelas,

Arkan terkejut, apakah ia baru saja mendengar suara tangis dari pria kejam yang selalu memberi perintah sadis padanya? Rey punya titik lemah? Batinnya.

Tiba-tiba Louise masuk ke ruangan Rey dan memberi kode pada Arkan untuk segera pergi. Arkan pun pergi namun, sepanjang jalan Arkan masih bertanya-tanya ada apa dengan boss nya itu? Apa pria mengerikan itu sebenarnya memiliki hati yang lunak? "Louise memang sahabat yang baik, dia benar-benar setia," gumam Arkan. "Mau pulang Ar?" Tanya Tono yang berpapasan dengannya. "Iya," jawab Arkan. "Lo masih mau pulang? Kenapa?" Tanya Tono,

Arkan mengerutkan dahi, ia curiga bahwa Tono sudah tau perihal ayahnya. "Masih ada yang nungguin gue pulang," jawab Arkan. Meskipun Tono benar-benar sudah tau ia tak ingin membahas hal itu. Ia pun segera keluar dan pulang.

Saat di depan pintu rumah lagi-lagi Arkan terdiam, ia tak bisa menutupi rasa takut jika yang akan membukakan pintu adalah ayahnya. "Lo minum alkohol?" Ucap Dzakwan yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya. Arkan hanya diam. "Lo tau kan itu haram?" Ucap Dzakwan tegas kemudian mengetuk pintu dan membaca salam.

Kraaak...

"Wa'alaykumussalam,"

Arkan bersyukur karena yang membukakan pintu adalah Hanna. Ia baru menyadari mobil ayahnya tidak ada, mungkin ayahnya sedang lembur. Segera Arkan masuk ke dalam kamarnya namun, kali ini Dzakwan menahan pintunya kemudian ikut masuk ke dalam kamar Arkan. "Gue gak masalah Lo mau bandel kayak manapun, tapi gak usah melanggar syariat agama juga!" Ucap Dzakwan. Arkan terdiam, kakak sambungnya itu belum tau apa saja kegiatannya dan dosa yang telah ia lakukan. "Jujur Gua udah gak tahan sama respon Lo atas sikap papa, kalau Lo sakit lawan aja Ar bilang sejujurnya ke polisi! Jangan takut sendirian! Lo masih ada gua sama bunda! Jangan pernah lari ke hal haram!" Ucap Dzakwan lagi,

Arkan menarik nafas dalam, dia tahu benar keluarga tirinya memang menyayangi nya tapi, ia tidak pernah sanggup untuk melawan papanya. "KELUAR DARI KAMAR GUA!" Bentak Arkan. Namun, Dzakwan masih bertahan dan tidak menghiraukan adiknya. "KELUAR!" Arkan. "KELUAR!" Ucap Arkan sambil membuka pintu kemudian menendang kakaknya keluar kamar hingga tersungkur.

BRAK!

Arkan membanting pintu dengan keras. "Argh," Dzakwan kesakitan, ia heran jika adiknya sebenarnya memiliki tenaga yang begitu kuat kenapa ia hanya diam saat papanya menganiaya dirinya? "Loh ada apa mas?" Ucap Hanna panik melihat putranya tersungkur di lantai. "Kepeleset bund," jawab Dzakwan cepat di selingi tawa. "Ya Allah, hati-hati dong Mas kalau jalan," ucap Hanna.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang