You Don't Know XI

191 25 0
                                    

"Sayang! Kamu kenapa sih udah dua minggu gak ada kabar? Kamu lupa sama aku?" Pekik Luna, suaranya yang keras menjadi pusat perhatian. Arkan yang mendengar ucapan kekasihnya berbalik badan, dan menatap gadis yang sedang berdiri tak jauh darinya itu. Luna melangkahkan kakinya dengan cepat hingga kini jaraknya hanya beberapa centimeter dari Arkan.

PLAK!

Luna menampar Arkan, tapi Arkan tidak memberikan reaksi apapun. Hal itu membuat mereka menjadi pusat perhatian, semua tatapan orang-orang menuju ke arah mereka. "Kamu kenapa, sih?" Ucap Luna. Arkan hanya tersenyum sembari menatap mata Luna, "Sayang, sebenarnya ada apa? Kamu marah sama aku?" Tanya Luna kali ini suaranya lebih pelan.

Arkan masih mempertahankan senyumannya, mengaitkan rambut Luna yang terurai ke belakang telinganya, dan masih menatap wajah gadis cantik itu, "Aku tidak mau ganggu kamu," jawab Arkan lembut. "Ganggu?" Luna kebingungan. "Sayang, kamu tahu betapa aku sangat menghormati kedudukan mu sebagai perempuan. Tapi, kenapa kamu tidak menghargai usahaku melindungi mu?" Ucap Arkan lembut, membuat siapapun yang mendengar suaranya akan terpana. Luna terdiam, ia mengerti apa yang kekasihnya ucapkan. "Kalau kamu tidak merasakan kenyamanan lagi dengan ku, tidak begini caranya. Caramu terlalu menyakitkan, Luna." bisik Arkan yang mendekatkan mulutnya ke telinga Luna,

Ekspresi Luna seketika berubah, Arkan tertawa sebuah tawa renyah yang membuat siapapun yang melihatnya menjadikan feeling menjadi baik. "Kamu tidak berubah, ya. Kamu tidak pernah bisa menyangkal jika melakukan kesalahan. Tapi maaf aku tidak bisa memaafkan mu kali ini, semoga kamu bahagia selalu setelahnya, ya," ucap Arkan sambil mengelus kepala Luna. Luna hanya terdiam, matanya berkaca-kaca sambil menatap Arkan nanar.

Semua orang yang melihat kejadian putusnya Luna dan Arkan menjadi heboh, karena secara tidak langsung itu hal yang ditunggu tunggu para penggemar Luna ataupun Arkan yang ada di sekolah itu.

~~~

Saat sedang berjalan di lorong kelas tiba tiba Faruq dan Aysha datang menarik tangan Arkan masuk ke dalam ruangan Lab IPA. "Lo putus sama Luna?" Tanya Faruq Arkan terdiam, rasanya ia tak sanggup untuk melihat wajah Aysha karena kejadian semalam. Ia bersyukur Rey tidak melakukan sesuatu yang buruk pada Aysha hingga yang Aysha tahu ia pingsan di pinggir jalan lalu saat tersadar sudah berada di Rumah Sakit. "Iya," jawab Arkan santai. "Kenapa? Selama ini aku lihat kalian baik-baik saja malahan banyak banget yang iri soalnya relationship goals katanya," Aysha. "Dia tidak butuh aku lagi," jawab Arkan singkat kemudian pergi tanpa pamit ke kedua sahabatnya. "Maksudnya apaan ruq?" Tanya Aysha. "Er.... mungkin maksudnya Luna sudah tidak merasa nyaman dengan Arkan lagi," jawab Faruq, "Lah bukannya waktu itu Luna yang ngejar-ngejar Arkan?" Tanya Aysha. "Namanya juga manusia, suka merasa kurang." Jelas Faruq.

"Aku heran, apa Arkan memang tidak memiliki kemampuan merasakan rasa sakit? Aku tidak pernah melihatnya merasakan sakit ataupun sedih, bahkan saat patah hati pun itu tidak mempengaruhi perasaannya," Aysha. Faruq hanya tersenyum, ia sudah berteman cukup lama dengan Arkan dan memang merasakan ada hal yang di tutup tutupi oleh sahabatnya itu. Ia tidak berharap banyak, ia hanya berharap sahabatnya itu benar-benar sedang baik-baik saja.

~~~

Khkhkhk....hmpffh...

Arkan tidak bisa bicara sedikitpun, leher Arkan tercekik. Paru-parunya mulai kekurangan asupan oksigen, kepalanya mendadak nyeri hebat, apa aku akan segera mati? Batinnya, "Astaghfirullah, Mas istighfar! Berhenti mas!" Teriak Hanna mendapati suaminya sedang mencekik putra bungsunya menggunakan ikat pinggang. Rama berhenti, ia melepaskan ikat pinggang yang melilit leher Arkan lalu pergi begitu saja menuju dapur dan kembali dengan secangkir kopi kemudian keluar dan duduk di bangku yang ada di teras.

Hanna memapah putranya ke kamar lalu membantu membaringkannya di kasur. Ia melihat putranya perlahan-lahan mulai stabil dan bisa mengontrol nafasnya hanya saja tatapannya masih kosong ke depan, melihat kondisi Arkan Hanna menangis sejadi-jadinya ia tidak mengerti mengapa suaminya begitu membenci putranya sendiri, padahal menurutnya seorang anak tidak ada sangkut pautnya dengan kesalahan yang di buat orangtuanya.

Hanna tidak habis pikir, putra sambungnya itu selalu saja menahan rasa sakitnya bahkan disaat ia tidak sanggup menahannya ia memaksakan diri. Ia benar-benar mengkhawatirkan kesehatan Arkan, terutama kesehatan mentalnya. Hanna mengelus kepala Arkan berulangkali hingga pemuda itupun tertidur.

Tentu saja selama ini Hanna sangat ingin berpisah dengan suaminya itu karena tidak tahan melihat perlakuannya kepada Arkan ya hanya pada Arkan! tapi, ia sudah terlanjur menyayangi Arkan. Jika bukan untuk melindungi Arkan ia tak akan mau melanjutkan pernikahan dengan seseorang yang terus menyakiti anak kandungnya. Tetapi melapor ke pihak berwajib juga tidak ada gunanya, Arkan yang kecewa dengan ibu kandungnya selalu membela perlakuan kasar ayahnya kepadanya sebagai sesuatu yang tidak buruk. Namun, kali ini tidak bisa tertahan lagi, siapa yang sanggup melihat percobaan pembunuhan berulang kali?

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang