Hanna meletakkan nasi goreng yang baru ia masak di atas meja, disana sudah ada Arkan dan Neneknya. "Arkan, nanti ikut Bunda ya," ucap Hanna. "Kemana Bund?" Tanya Arkan. "Ke sekolah baru kamu, masih ada administrasi yang harus di selesaikan. Dan biar kamu tau arah jalan ke sana," ucap Hanna. "Iya Bunda," jawab Arkan. "Maafin Oma ya sayang, Oma ga lama di sini lusa Oma mau ke Belanda, itu Tante mu mau melahirkan," ucap Fani, Neneknya Arkan. "Gak papa Oma, Oma have fun ya di sana hehe," ucap Arkan.
"Hanna terimakasih, ya. Kamu benar-benar ibu yang baik. Mami tidak tahu apa yang akan terjadi jika Rama tidak bertemu kamu." Ucap Fani sambil menggenggam tangan Hanna yang baru saja menaruh secangkir teh Rosella di hadapannya. "Itu sudah kewajiban Hana mam, kan Arkan putra Hana juga," jawab Hana."Seandainya kamu yang menjadi putri saya," ucap Fani.
Arkan hanya tersenyum kecil mendengar pembicaraan Hana dan Fani, tidak hanya ia bahkan Neneknya sendiri juga berharap Hana, sang Bunda yang menjadi anaknya.
***
Sebelum pergi ke sekolah baru Arkan, Hanna berpamitan pada Fani dan berpesan pada Dzakwan untuk menjaga neneknya sepeninggalnya.
Di sekolah baru itu, tanpa sengaja Arkan bertemu Rangga di lobi. Rangga tampak sibuk mengantarkan berkas ke seorang guru. Arkan yang seharusnya lulus tahun itu harus mengulang kembali kelas tiga nya karena pengobatannya menyebabkan sekolahnya tertunda. "Arkan? Kok Lo bisa di sini?" Tanya Rangga yang mau keluar ruangan namun, menyadari keberadaan Arkan di sana. "Gue mau pindah sekolah," jawab Arkan. "Ke sini?" Tanya Rangga. Arkan mengangguk. "Loh Kalian saling kenal?" Tanya Hanna yang tiba-tiba menghampiri Arkan dan Rangga.
"Assalamu'alaikum Tante, iya kami pernah ketemu waktu SMP," ucap Rangga. "MasyaAllah, semoga kalian jadi teman baik nantinya, ya," ucap Hanna. Arkan terdiam, mendengarkan Hanna yang tengah berbincang dengan Rangga. Arkan tertawa kecil, bahkan dengan ibu-ibu pun Rangga bisa akrab dengan mudah. "Tante sama Arkan pamit dulu, ya. Assalamu'alaikum," ucap Hanna. "Akhirnya selesai juga," batin Arkan yang sudah menunggu hampir setengah jam. Sesekali ia berfikir, yang berteman dengan Rangga kan dirinya lalu kenapa yang berbincang sang Bunda?
***
Hari ini adalah hari libur. Hanna, Arkan, dan Dzakwan membantu Fani merapikan kebun kecilnya di belakang rumah. Mereka menghabiskan waktu bersama, sesuatu yang tidak pernah Fani dapatkan dari ibu kandung Arkan, anaknya.
Siang harinya Arkan melihat semua orang di rumah tepar, mungkin kelelahan karena aktifitas pagi hari. Arkan yang tidak merasa lelah memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota menggunakan sepeda motornya. Usai berkeliling Arkan memutuskan nongkrong di sebuah kafe terlebih dahulu, sambil nyemil dan mencoba minuman baru yang sedang viral di internet. Arkan melirik jam tangannya dan terkejut karena hari sudah sore, ia pun bergegas untuk pulang.
Sayangnya perjalanan saat itu sangat macet bahkan ia sulit untuk menyalip, Arkan heran seharusnya jalan yang ia lalui itu tidak pernah macet. Hingga di tengah jalan ia mengetahui bahwa di jalan itu ada kontainer yang menghalangi, ternyata baru saja terjadi kecelakaan maut, terlihat jelas darah korbannya menggenangi jalan.
Entah apa yang terjadi biasanya Arkan yang tidak pernah peduli dengan hal semacam itu ia mendadak penasaran. Ia memutuskan untuk memarkirkan sepeda motornya di bahu jalan. Dan menyusup dia antara kerumunan orang. Saat melihat korban yang terlindas kontainer itu, matanya terbelalak segera Arkan melepaskan jaketnya dan menutup kepala korban itu. Beberapa orang pun mengikuti nya dengan menutup jasad korban menggunakan dedaunan.
Kakinya melemas namun ia berusaha menenangkan diri, bagaimana tidak? ia sungguh mengenali siapa korban dari kecelakaan itu namun ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia salah mengenali si korban. Tapi, Arkan tidak bisa membendung air matanya, karena di satu sisi dirinya yakin bahwa sangkaannya tak salah.
Polisi yang datang ke TKP langsung ikut membawa Arkan bersama jasad itu, karena Arkan mengenalinya. Namun di tengah jalan tangan korban bergerak, hati Arkan sedikit lega mengetahui sang Korban masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)
أدب المراهقين⚠️ DON'T COPAST!⚠️ Brandal, Pembuat masalah, dan pembangkang! Itulah kesan banyak orang yang mengenal Arjuna Dwi Arkan, Pria menyebalkan yang hidupnya seakan tanpa beban meskipun meresahkan, juga tak sedikit orang yang tidak menyukai pria itu. Namu...