"Untung ada Lo Ar kalau ga kelompok kita bisa dapat nilai jelek tadi," ucap Faruq,
"Arkan, gue masih gak nyangka kalau Lo aslinya pinter banget tapi, kenapa sikap Lo ga mendukung? Coba lebih rajin gitu, atau ngapain kek biar nilai sikap lo bagus," ucap Aysha,
"Gua sekolah buat nyari ilmu bukan nyari muka," jawab Arkan singkat,
Aysha terdiam mendengar ucapan Arkan, pria itu memang tidak pernah di filter kalau bicara, pasti nyakitin!
"Ar," ucap Tono menghadang tiga sekawan itu sembari menunjuk suatu tempat dengan jempolnya,
"Gua cabut, ya," ucap Arkan yang langsung mengikuti Tono,
"Gimana mau jadi anak baik, circle prioritasnya aja anak-anak kayak gitu," gumam Aysha,
"Setiap orang punya alasan tentang apa yang ia pilih, jangan nething," ucap Faruq,
"Ruq, janji sama gue kalau Lo jangan pernah berubah apalagi jadi kayak gitu," ucap Aysha,
"Kenapa gue gak boleh berubah?" Tanya Faruq,
"Karena gue nyaman sama Lo yang sekarang," ucap Aysha,
Faruq tersenyum, "Lo juga jangan berubah,"
"Emang kenapa kalau gue berubah?" Tanya Aysha,
"Gue bakalan berubah," jawab Faruq,
"Kenapa Lo harus berubah kalau gue berubah?" Aysha
"karena artinya kan Lo udah ga nyaman sama gue," Faruq,Aysha tersipu mendengar ucapan Faruq,
"Lo suka ya sama gue?" Tanya Faruq,
"Apa? Gue suka sama Lo? Haha lucu," Aysha,
"Bodo ah, yang jelas gue suka sama Lo," Faruq
Siapa sangka pria berpenampilan cupu di sekolah ini berani mengatakan itu,
"Gua juga!" Ucap Aysha,
"Serius apa bercanda ni Cha?" Ucap Faruq memanggil nama kecil Aysha,
"Serius Faruq," jawab Aysha,
"Jadi kita pacaran sekarang?" Tanya Faruq,
"Gatau sih, udahlah anggap aja kita baru jadian tadi," Aysha,
"Bakal geger nih satu sekolah si idol pacaran sama bocah culun kayak gue," ucap Faruq,
"Biar aja, emang yang ngatur bahagia kita itu mereka?" Ucap Aysha,
"Sumpah kita jadian kayak jualan tahu bulet," ucap Faruq,
"Kok persamaannya sama jualan tahu bulat?" Aysha,
"Kalau tahu bulat di goreng dadakan, kalau kita jadian dadakan," Faruq,
Aysha tertawa mendengar ucapan Faruq. Faruq hanya berpenampilan cupu di sekolah namun, di luar dia sangat berbeda.Sementara itu di sisi lain Arkan dan Tono bertemu Rey di belakang sekolah, ia masih di dalam mobilnya lalu melempar sebuah foto,
"Kalian culik orang ini," ucap Rey singkat kemudian pergi,"Kalian katanya kan? Berarti kita turun tangan langsung? Kalau udah kita yang di turun tangan pasti karena yang lain kemungkinan besar gak bisa culik orang ini," ucap Tono gusar,
"Kenapa gak mati aja sih tuh orang?" Gumam Arkan,
"Iya juga, kalau dia mati kemungkinan kita bebas besar tapi, sistem telah membuatnya berkuasa, kalau dia kita bunuh kita tetap terancam," ucap Tono,
"Gua berharap kalaupun orang ini berhasil kita culik dia gak kenapa-kenapa, heran kurang banyak apa ya duit dia? Ini bisnisnya kan?" lanjutnya,
"All about money, dia sudah menuhankan uang, melakukan sesuatu demi uang," ucap Arkan sambil berbalik untuk kembali ke ruangan kelasnya,
"Benar, karena uang Rey jadi semakin berkuasa, sistem-sistem mengatur dengan sedemikian rupa hingga gue dan bahkan Arkan bisa ditundukkan," bathin Tono, mengikuti langkah Arkan.
~~~
Arkan dan Tono mulai menjalankan tugasnya, mereka memperhatikan target mereka dari kejauhan, Arkan terkejut melihat apa yang ada dihadapannya,
"Itu pacar Lo kan, Luna?" Tanya Tono,
Arkan yang mengetahui bahwa target mereka adalah selingkuhan pacarnya, terpaku.
"Sekarang gua tau kenapa Rey milih kita buat jalankan tugas ini," Tono,
"Pria itu tetap tidak salah selagi dia tidak tahu bahwa Luna adalah pacar gua," ucap Arkan,
Tono terdiam, Arkan memang orang yang selalu berfikir logis. Dia tidak menyalahkan laki-laki yang diselingkuhi pacarnya seperti hal nya orang lain ketika memergoki wanita mereka selingkuh, justru Arkan menyalahkan pacarnya.Arkan memang tampak tenang, tapi sejatinya batinnya berapi-api. Ia tak menyangka bahwa Luna akan berkhianat seperti halnya Mamanya, dan satu hal lagi yang membuatnya kecewa pada Luna adalah Luna membiarkan pria itu melakukan hal lebih di saat Arkan selama ini berusaha menjaganya. Percuma gua jagain Lo, kalau Lo sendiri yang ngerusak diri Lo, bathin Arkan. Mendadak pandangan Arkan kabur, dadanya sesak, ya! gangguan paniknya kambuh lagi, ia ambruk dari tempatnya dan meringkuk selama 15-20 menit hingga ia kembali bangkit seolah tidak terjadi apa-apa. Tono panik, namun Arkan memberikan isyarat kalau dia baik-baik saja.
Arkan mengatur nafasnya, ia teringat sudah tiga kali melewatkan jadwal kontrol. Apa penyakitnya itu semakin parah?~~~
Hmppfffhh...
Blub..blub..
Hmpfh... blub..blub..
"paph...pah.. hmpfh.."
Arkan kesulitan bernafas karena papanya menenggelamkan Arkan di bathub dan menahan kepalanya hingga Arkan tidak bisa bernafas. Suara shower dan keran yang mengalir tidak menumbuhkan kecurigaan hana yang sedang berada di ruang tamu. Saat hana ingin ke kamar mandi ia mendapati suaminya baru saja keluar dari kamar mandi namun, tidak mematikan keran. Sontak ia terkejut mendapati Arkan pingsan di dalam bathub yang masih berisi air. Segera ia mengangkat kepala Arkan dan membuka sumbatan airnya. Hana berusaha memberika pertolongan pertama pada Arkan setelah mendapati Arkan tak lagi bernafas.
Setelah berulang kali memompa dada Arkan seketika Arkan terbatuk dan terbangun. Hana memeluk Arkan erat sambil menangis. Ia benar-benar tak sanggup melihat suaminya selalu berusaha membunuh Arkan. "Kamu kenapa gak panggil bunda?" Tanya Hana. Arkan hanya diam, pandangannya kosong. "Entah dosa apa yang telah ku perbuat hingga aku di hukum harus terus melihat suamiku menyiksa anak kandungnya sendiri," tutur Hana. Arkan mendengar ucapan hana samar, ia menatap wajah ibu tirinya nanar. "Kenapa arkan harus lahir dari rahim wanita itu? Bukan bunda?" ucap Arkan kemudian ia pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)
Teen Fiction⚠️ DON'T COPAST!⚠️ Brandal, Pembuat masalah, dan pembangkang! Itulah kesan banyak orang yang mengenal Arjuna Dwi Arkan, Pria menyebalkan yang hidupnya seakan tanpa beban meskipun meresahkan, juga tak sedikit orang yang tidak menyukai pria itu. Namu...