You Don't Know XX

179 24 0
                                    

"Kalian mau bertukar pakaian?" Tanya Louise. "Boleh," Tono. "Yaudah ikut gue." Jawab Louise, ia bangkit dari tempat duduk dan memberikan instruksi agar ketiga temannya mengikuti nya,

Empat sekawan itu masuk ke dalam kamar Louise, Arkan dan Tono kembali dikejutkan dengan desain kamarnya yang elegan memadukan antara kamar tidur dengan ruang belajar yang luas, dengan perpaduan warna putih, hitam, dan abu-abu. Sementara itu Rey langsung rebahan di kasur Louise. Kemudian Louise membuka lemari pakaian dan mengeluarkan beberapa pakaian dengan tag yang belum terlepas, seperti ucapannya ia punya beberapa baju baru. "Sebenarnya gak usah repot-repot Lex, " tukas Arkan. "Anggap aja ini hadiah merayakan pertemanan kita," ucap Louise. "Bukan masalah itu Lex, baju Lo terlalu fashionable ga ada yang biasa aja gitu?" Ucap Tono. "Jersey gimana?" Celetuk Rendy,

Louise langsung mengambil kotak di dalam laci meja, mungkin itu salah satu paket yang belum ia buka. "Gue gak tau ini masih bagus apa ngga soalnya gue gak pernah buka," ucap Louise. Kemudian ia membuka paket itu dan mengeluarkan empat helai Jersey, di dalamnya masih ada card nota harga. "Satu helai segini? Gila padahal Cuma baju." Ucap Tono. "Maaf, terlalu murah ya?" Louise. Rey hanya tertawa melihat reaksi Tono. "Udah ambil aja, buat gue yang mana Lex?" Ucap Rey.

Arkan terdiam melihat ke arah Rey sejenak, mungkin saja Rey lebih kaya dari Louise tapi, dia tetap menghargai pemberian orang lain. Rendy Abraham benar-benar orang baik. "Ini original Lex?" Tanya Tono. "Gak tau, seingat gue waktu itu gue kepencet beli," jelas Louise. "Jari Lo kalau kepeleset ngeri ya," tutur Tono. "Gue mandi duluan," ucap Randy bangkit dari tempat tidur dan langsung ke kamar mandi,

Sementara itu Louise langsung menelepon seseorang, "Paman tolong siapkan perlengkapan mandi buat teman-teman saya, ya" ucapnya kemudian menutup telepon. "Lo itu anak raja?" Tanya Tono. "Anak sebatang kara yang sedikit beruntung mungkin," jawab Louise. "Siapa bilang Lo sebatang kara kita udah bersaudara sejak lama, kan?" Ucap Rey. Louise hanya tersenyum tipis. "Btw Paman Danu itu paman Lo?" Tanya Tono,

"Beliau tadinya pelayan pribadi kakak gue tapi, sejak kakak gue meninggal beliau jadi asisten gue, gue gak mau bilang beliau pelayan. Cukup aneh sih emang, gue juga bingung dulu sebenarnya gue anak manusia biasa atau anak bangsawan," jelas Louise. "Lex Lo beneran sendiri ga ada keluarga lain?" Tanya Arkan. Louise menggeleng.

"Gue sendirian. Dulu gue punya keluarga yang bahagia. Gue inget banget saat usia gue empat tahun keluarga gue habis di bantai secara keji di rumah ini di depan mata gue. Kakak gue yang usianya 12 tahun saat itu, berhasil menyelamatkan gue ke ruangan rahasia ini, Tapi sayang dia meninggal karena dia berfikir bisa menyelamatkan orangtua gue, lantas dia juga di habisi secara keji. Seluruh orang yang bekerja di rumah ini juga ikut di bantai, hanya sedikit yang selamat. paman Danu pun sempat koma, saat sadar beliau mendedikasikan hidupnya untuk gue." Jelas Louise,

"Masa kecil gue gak indah, gue selalu berpindah tangan karena kedua keluarga memperebutkan hak asuh gue ya mungkin sebenarnya mereka memperebutkan hak asuh gue dan harta warisan orangtua gue. Gue sering di culik, dan gue juga sering di lukai, fisik gue udah gak berbentuk lagi mungkin. Sampai gue ketemu Rendy, kami berteman. Saat kami cukup mampu untuk berfikir, Lewat pamannya yang mafia keluarga besar gue di bantai dan fun fact hidup gue jadi tentram. Gue gak bisa sedih kehilangan keluarga secara mereka juga tidak memperlakukan gue dengan baik, dan sekarang gue benar-benar sebatang kara tapi, gue yakin banget yang bantai orangtua dan kakak gue juga keluarga gue sendiri." lanjutnya.

"Tapi, menyedihkan nya sejak hari itu Rendy jadi senang banget berbuat kejam. Dia mungkin jadi mikir salah satu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah adalah dengan kekejaman," Louise mengakhiri ceritanya. "Karena manusia suka gak tau diri, lebih baik dihabisi daripada ada lebih banyak korban lagi," Tono. "Dan sekarang Lo sadar cara Rendy salah?" Tanya Arkan, "Gue jadi merasa bersalah, pemikiran gue juga gitu soalnya," Tono. "Iya, padahal ada cara yang lebih halus. Mungkin dia tidak tahan melihat kehidupan gue yang terlalu menyakitkan waktu itu," jawab Louise.

"Ya gue ingat awalnya gue juga mau gabung karena mau melampiaskan amarah gue ke orang yang tepat padahal tak selamanya kekerasan itu adalah solusi," Arkan. "Gue tau Ar Lo belum mampu menyembuhkan luka Lo karena pengkhianatan itu another level of pain, sulit banget apalagi itu membuka realitas baru yang mengubah kehidupan Lo," Louise.

"Rendy juga terluka, ibunya tidak pernah peduli padanya. Hanya ayahnya yang peduli namun, keterbatasan waktu bertemu dengan ayahnya membuat ia seperti itu. Saat ia tahu kejahatan yang dilakukan orangtuanya batinnya bertambah sakit, alasan lain ia memilih jalan sesat ini karena ia mau mencari anak yang tersingkirkan karena kehadiran dirinya," tambah Louise.

"Satu-satunya orang yang kita temui dengan nama belakang sama dengan keluarga Rendy cuma pria yang main futsal bareng kita kan?" Tono. "Tak semua orang dengan nama Abraham adalah bagian keluarga Rendy karena itu Rendy sedang menyelidiki nya, tujuan sebenarnya kita di sini ya untuk itu," Louise.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang