You Don't Know VII

236 32 0
                                    

Arkan duduk sendirian di rooftop gedung berlantai 7, ia duduk pinggir bangunan yang tanpa pagar pembatas itu jika ia melakukan kesalahan kecil saja ia bisa terjatuh ke lantai dasar. Tono yang melihat sang ketua duduk sendirian pun mendekatinya,

"Gua ngerasa ada yang beda dari Lo sekarang," ucap Tono, ia memposisikan diri duduk di samping Arkan, lalu menyalakan rokok yang ada di tangannya. Tono tidak menawari Arkan karena semua orang di sana tahu jika Arkan tidak merokok.

"Ya tiba-tiba gua ngerasa semua yang kita lakukan itu tidak ada nilai kebaikannya samasekali," ucap Arkan,

"Lo barusan curhat? Ya apalagi lo spesialis bunuh orang, kan memang bukan hal baik Ar" Tono kaget,

"Tapi, siapapun yang sudah tenggelam di sini akan terus terikat, kan?" Lanjut Arkan tanpa memperdulikan reaksi Tono,

"Iya, gue tau," jawab Arkan

"Ar, gue heran deh kok gue ngerasa Lo itu gak pernah ngerasain sakit, seakan Lo itu kebal sama rasa sakit dari semua luka di tubuh Lo, kalau gua jadi Lo udah sering pingsan mungkin," ucap Tono,

"Kehidupan mengenalkan rasa sakit ke gua lebih awal jadi, gua anggap itu hal biasa," ucap Arkan,

"Ar, maaf ya gue udah bikin Lo tenggelam di sini," ucap Tono.

Arkan mendongakkan kepalanya, menatap langit malam yang penuh bintang. Ia teringat masa asal mula ia mengenal Tono,

Tono, pemilik nama lengkap Hartono Pradiyasdita adalah teman sekelas Arkan di SMA nya. Pria dengan postur tubuh yang ideal dengan wajah rupawan hanya saja orang-orang menyayangkan perilaku nya di sekolah tidak serupawan wajahnya.

Semuanya berawal saat Arkan dalam perjalanan pulang dari rumah Faruq, saat itu ia masih duduk di kelas 10 semester 2. Saat itu pukul 23.30 tanpa sengaja ia mendapati Tono berlari dengan kaki pincang dan tubuh yang bersimbah darah di tengah jalan, Arkan yang mengenali wajah teman sekelasnya itu berhenti di depan Tono, seketika Tono ambruk, ia tak sanggup berdiri lagi dan tak lama kemudian datang segerombolan orang mengepung mereka.

Arkan yang tidak tahu apa-apa terkejut karena di kepung, tanpa peringatan seseorang di antara orang-orang itu menyerang Arkan namun, serangannya dapat di patahkan Arkan dengan mudah dan hal itu membuat beberapa orang lainnya menyerang Arkan, dan sekali lagi Arkan mematahkan serangan mereka. Tiba-tiba seseorang memukulnya dengan suatu benda hingga mencetak jejak berwarna biru di lengan kiri Arkan. Mendadak emosi Arkan meledak, ia melepaskan amarahnya dengan menyerang semua orang di sana hingga mereka semua kabur karena tidak sanggup menghadapi Arkan.

Tono yang melihat kejadian itu terkejut, bagaimana mungkin teman sekelasnya yang ia kenal sebagai pria culun mampu bertarung sebaik itu?

Arkan langsung mengantarkan Tono ke rumah sakit, karena darahnya tidak kunjung berhenti.
"Seharusnya Lo jangan bantu gue!" Ucap Tono,
"Lo bisa mati kalau gua tinggalin," Arkan,
"Tapi Lo dalam masalah besar sekarang," ucap Tono,
"Masalah besar?"
"Lo tau siapa yang Lo hadapin tadi?"
Arkan menggeleng,
"Chakrabharata,"

Arkan membulatkan mata, siapa yang tidak tahu nama gank yang meresahkan masyarakat itu? Gank pembuat onar dan biang masalah, gank yang bahkan banyak pihak yang sudah menyerah bagaimana cara menghentikan tindakan mereka. Mereka juga terkenal sadis dan tanpa ampun,
"Ada masalah apa sih Lo sama mereka?" Tanya Arkan,
"Itu hukuman gue, gue udah buat kesalahan." jelas Tono,
"Hukuman? Jangan bilang Lo anggota Gank itu?" Arkan,
"Unfortunately, Yes," Tono,
Arkan menepuk jidat dan berkata, "mampus gua."

Tepat pukul empat pagi, Arkan tampak buru-buru berkemas, ia khawatir Ibu tirinya cemas karena ia belum pulang,
"Udah mau balik?" Tanya Tono,
"Ga tidur lu? Dokter kan nyuruh Lo istirahat," Ucap Arkan sembari menutup resleting jaketnya,
"Gue ga ngantuk," Tono,
"Oiya gue minta nomor ortu lu biar di hubungi pihak Rumah Sakit," Arkan,
"Gak usah, mati pun gua mereka juga ga akan peduli," ucap Tono,
Mendengar kalimat terakhir yang Tono ucapkan membuat langkah Arkan terhenti, "gak peduli?"
"Pasti Lo balik karena takut orangtua Lo khawatir, Gua selalu penasaran gimana rasanya punya orangtua real kayak orang-orang,"
Arkan terdiam mendengar ucapan Tono,
"Kalau Lo mau nanya alasan gua mau jadi anggota gank berbahaya itu, ya karena gua memang nyari mati," lanjutnya.

Arkan terdiam, pikirannya campuraduk saat ini. Jadi, yang merasakannya bukan hanya dia seorang? Tono juga? Apa Tono juga mendapat perlakuan kasar? Apa Tono mendapatkan ujaran kebencian dari orangtuanya seperti halnya dirinya?

Tiba-tiba Louise menghampiri Arkan dan Tono yang sedang berbincang di rooftop, tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan Arkan dan Tono,
"Gua juga mau berhenti dari kegilaan ini sebenarnya," ucap Louise,

Louise, Alexander Louise. Orang yang sangat di percayai oleh Rey, masih menjadi misteri entah apa yang membuat Rey selalu mengutamakan Louise.

"Lo juga?" Ucap Tono, ia heran padahal Rey selalu memprioritaskan Louise,
"Gua..... Gua sebenarnya sahabat baik Rey," ucap Louise,
"Artinya Lo tau identitas aslinya?" Arkan,
"Ya, dia adalah anak semata wayang dari anggota keluarga yang merupakan salah satu keluarga terkaya di dunia," jelas Louise,
"Percaya atau tidak dia sejatinya sangat baik, karena itu dia dan gue bisa bersahabat tapi, entah apa yang membuat ia mau menjadi penerus pamannya," lanjutnya.
"Pamannya? Maksud Lo?" Tanya Arkan,
"Pamannya adalah bos mafia yang saat ini menjadi buronan internasional, pamannya tidak memiliki keturunan Gank kita ini hanya bagian kecil dari gank yang sesungguhnya dan gue gak ngerti kenapa Rey mau menjadi penerusnya," Jelas Louise
"Itu artinya kita berada dalam bahaya yang lebih besar?" Tutur Arkan,
"Tentu saja, padahal dia sudah kaya so gue meragukan alasannya menjadi begitu hanya karena ingin menjadi lebih kaya," Louise,
"Begitulah hancurnya dunia ini yang dibutakan oleh kekuasaan dan uang," Tono,
"Mungkin begitu, entah mengapa semakin lama gue merasa dia tidak menganggap gue sahabat lagi tapi, aset," ucap Louise lalu diam sejenak, "Sesuatu yang berharga untuknya tapi, tidak penting dalam hidupnya," lanjutnya.

Arkan memperhatikan wajah Louise, ia tampak kecewa. Mungkin benar Rey adalah sahabatnya sungguhan tapi, Louise tetap menjadi sahabat yang baik karena tidak pernah mengungkapkan siapa sosok Rey sesungguhnya. Arkan merasakan alasan Louise bergabung untuk menyadarkan sahabatnya itu.

"Ar apa rey terlalu berlebihan sama lo?" Tanya Louise. Arkan terdiam, sesungguhnya sebagian besar luka di tubuhnya adalah maha karya papanya. "Iya gue heran. Keliatannya dia tertarik banget sama lo dan bener-bener gak mau lepasin lo," sahut Tono. "Yak arena lo salah satu aset terbaiknya. Sejauh ini Cuma lo yang mampu melaksanakan tugas sulit tanpa terbunuh." jelas Louise. Arkan hanya diam, dalam hatinya ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mati di tangan papanya maka itu memastikan tak akan mati di tangan siapapun.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang