You Don't Know XVIII

182 23 0
                                    

Dari mana aja Lo? Seminggu gak ada kabar," Ucap Faruq mencegat Arkan yang baru saja akan masuk ke dalam gedung sekolah dari parkiran. "Entah! Hp lo juga gak aktif! Kami khawatir banget!" Omel Aysha. "Hari ketiga Lo gak masuk kami ke rumah Lo, dan Lo gak ada di rumah. Lo kemana!" Faruq. "Maaf ya teman-teman gue gak bermaksud bikin kalian khawatir," ucap Arkan. "Sampai kapan sih Ar Lo harus nahan perasaan Lo? Lo anggap gue apa?" Tanya Faruq. "Lo pikir selama kita bersahabat gue gak ngerasa aneh? Gue tahu Lo nyembunyiin sesuatu!" Lanjutnya.

Arkan hanya tersenyum kemudian merangkul Aysha dan Faruq, "Terimakasih sudah mengkhawatirkan gue," ucapnya. "Oh iya, kemarin ada guru baru yang gantiin Pak Reyhan, kan beliau udah pensiun," Ucap Aysha, "Assalamu'alaikum Bu, selamat pagi," ucap Faruq sambil mencium tangan guru itu di ikuti dengan Aysha. Sementara itu Arkan terkejut melihat wajah guru itu, ia langsung pergi melewati guru itu tanpa menyapanya samasekali. Faruq dan Aysha berlari menyusul Arkan.

Ternyata Arkan berlari ke belakang sekolah, tempat yang jarang di lalui banyak siswa karena rumor mistis yang ada. Saat itu benar-benar sepi, Faruq dan Aysha panik melihat Arkan yang ambruk. Serangan Paniknya kambuh! Ternyata guru tadi diam-diam mendekati mereka, saat guru itu berusaha menolong Arkan, Arkan berteriak padanya, "JANGAN SENTUH GUE!"

Faruq dan Aysha kebingungan atas sikap Arkan. Guru itu menyadari sesuatu, ia membaca nametag di seragam Arkan, "A...A...Arkan?" Ucapnya pelan. Kemudian guru itu pergi begitu saja. "Apa hubungan Arkan sama Bu Vela?" Gumam Aysha. Sementara itu Faruq berusaha memapah Arkan, ia membawa sahabatnya ke UKS.

~~~

"Lo kenapa jadi aneh pas ketemu Bu Vela?" Tanya Aysha. "Jangan sebut nama dia!" Ucap Arkan. "Maaf," Aysha. "Maaf gue kasar, Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang wanita pembawa nasib buruk untuk gue," jelas Arkan. "Ar Lo di panggil guru BK," Tiba-tiba seorang siswa mendatangi mereka. "Gue cabut dulu, ya." Ucap Arkan langsung keluar dari UKS. "Gue penasaran maksudnya apa, sih?" Tanya Aysha.

Faruq terdiam, meskipun Arkan tak pernah bercerita ia bisa merasakan jika sahabatnya itu sedang terluka. Sampai kapan Lo harus pura-pura bahagia? Pura-pura ngejalanin hidup Lo dengan santai seolah gak ada masalah? Batin Faruq.

Sementara itu di sisi lain Arkan sudah sampai di ruangan guru BK, "Arjuna Dwi Arkan, ini sudah kali ke berapa kamu kemari?" Tanya Asri, Guru BK. "78?" Jawab Arkan mengingat-ingat. "Kenapa kamu absen satu Minggu tanpa kabar? Memang banyak sekali guru yang mengeluh tentang sikap kamu, nak. Ditambah Ibu mendapatkan laporan tadi kamu membentak seorang guru, lebih parahnya dia guru baru di sini," Belum selesai Asri bicara, Arkan menyela ucapannya.

"Bu, Wanita itu gak pantas jadi guru." "Diam!" Asri berdiri sambil menunjukkan jari telunjuknya dan menaikan tinggi suaranya. "Ibu mau tau kenapa saya seperti ini? Tanya saja wanita itu! " ucap Arkan juga manaikan suaranya satu oktaf. "Arjuna!" "Dia udah gagal jadi seorang ibu, gimana mau jadi guru?" Ucap Arkan, ia berdiri lalu mendekatkan wajahnya pada Asri. "Bu, ibu guru BK kan? Harusnya ibu menjadi support system bukan menghakimi," lanjutnya, lalu ia pergi begitu saja menuju pintu keluar ruangan BK. "Arjuna!" "Arjuna Dwi Arkan!" Arkan menghentikan langkahnya, berbalik dan tersenyum, "Silakan cek data pribadi saya," ucapnya, kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan ruangan BK.

~~~

"Dasar pelanggan ruang BK," ledek Faruq. "Bukan ruang BK, itu pengadilan," jawab Arkan. "Pengadilan?" Aysha tertawa. "Di sana yang di bahas adalah kesalahan kita, bukan penyebab kita melakukan kesalahan itu," jelas Arkan. "Kemudian akan ada vonis hukuman," lanjutnya. "Iya juga sih, harusnya mengayomi yah bukan menghakimi. " Aysha. "Gue gak yakin jika dia benar-benar lulusan psikologi," Arkan. "Yaudah gue aja yang ambil alih tempat beliau, " Faruq. "Boleh tuh, " Arkan. "Eh bentar ya, gue mau ke toilet," Ucap Aysha langsung bergegas pergi.

"Ar, kapan sih gue bisa ngeliat Lo tanpa ada Luka?" ucap Faruq. "Luka apaan?" Arkan memeriksa tubuhnya. "Hati," ucap Faruq. dan mental Lo, batinnya. "Gue gak sebucin itu, ada ada aja Lo," Arkan. Mereka kembali bercanda, dua sahabat itu kembali seperti sediakala. Namun dalam hati kecilnya Faruq sangat kesal karena Arkan tidak pernah mau menceritakan masalahnya, "Gue tau Ar, ternyata benar jika orang Tertawa Paling Keras justru ia sedang menyembunyikan Lukanya yang Paling Dalam." Batin Faruq.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang