Arkan terbangun tengah malam, ia mendadak ingin buang air kecil. Setelah keluar dari kamar mandi ia tak sengaja melihat ke kamar Dzakwan, pintunya terbuka lebar karena Hanna keluar dari sana. Arkan terkejut melihat kakak laki-lakinya terbaring lemah di sofa, wajahnya pucat. Seketika ia merasa bersalah, karena ia yakin sekali itu akibat ulahnya.
Arkan terpaku beberapa detik sampai akhirnya gangguan paniknya kambuh, Hanna kelabakan mengurus kedua putranya yang saat ini sedang merintih kesakitan. Setengah jam kemudian Arkan membaik, ia tahu benar jika Dzakwan sedang mengalami cidera dan bisa berakibat fatal.
"Bunda, bawa Mas Dzakwan ke Rumah Sakit sekarang," ujar Arkan,
Hanna terdiam, kemudian ia mengambil kunci mobil. Arkan membantu Hanna memapah Dzakwan yang sedang menahan nyeri. Mereka segera ke Rumah Sakit.
Takut serangan panik Arkan kambuh lagi, Hanna memeluknya. Arkan berusaha menenangkan diri, dia sangat takut terjadi sesuatu pada saudara tirinya itu. Ia paham benar jika cidera di bagian perut memiliki resiko menyebabkan kematian. Air mata Arkan tak bisa terbendung, untuk pertama kalinya ia takut menyebabkan seseorang meninggal karena ulahnya. Tenaga medis melakukan banyak prosedur pada Dzakwan. Arkan semakin yakin jika Dzakwan benar-benar mengalami masalah serius. Hingga setelah sekian lama menunggu akhirnya seorang dokter keluar dan menemui mereka.
Dokter menjelaskan bahwa Dzakwan mengalami trauma abdomen, dan harus segera di operasi. Arkan tidak pernah menyangka bahwa ia bisa mengakibatkan cidera separah itu pada seseorang. Hanna langsung mengikuti perawat untuk mengurus administrasi sementara itu Arkan terpaku di kursi rumah sakit. Ia menatap kedua tangan dan kakinya, mengingat sudah berapa kali ia menghajar orang dan tak sedikit yang wafat karena dirinya. Secara tiba-tiba Arkan pingsan.
~~~
Arkan terbangun dan mendapati dirinya sedang terbaring di kasur rumah sakit. Ia melirik jam dinding, sudah menunjukkan pukul 10. "Gue pingsan lagi?" Gumamnya. Kemudian Hanna masuk ke dalam ruangan rawat Arkan, "Kamu udah siuman sayang?" Ucap Hanna sambil duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang. "Mas Dzakwan gimana, bunda?" Tanya Arkan. "Alhamdulillah dia baik-baik saja, terimakasih ya sayang mungkin jika bukan karena kamu minta bunda bawa Mas kerumah sakit mungkin bunda ga tau apa yang akan terjadi," ucap Hanna.
Arkan menarik nafas lega, mendengar penjelasan Hanna Arkan berjanji pada dirinya sendiri tak akan lagi menghiraukan Dzakwan, ia tak ingin melukai kakak tirinya itu. "Oh iya, apa.kamu sudah punya pilihan sayang?" Tanya Hanna yang menyinggung soal kepindahan Arkan. "Baik bunda tapi, Kelas tiga saja ya, bunda. Masih ada urusan yang harus Arkan selesaikan," ucap Arkan. "Okey, yaudah kamu istirahat ya. Bunda mau nengok Mas Dzakwan," Ucap Hanna di akhiri mengecup kening Arkan kemudian pergi.
Memang benar jika seorang ibu itu adalah seorang malaikat, baik bunda ataupun mama. Bedanya mama itu malaikat penjaga neraka, kejam. Batin Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)
Teen Fiction⚠️ DON'T COPAST!⚠️ Brandal, Pembuat masalah, dan pembangkang! Itulah kesan banyak orang yang mengenal Arjuna Dwi Arkan, Pria menyebalkan yang hidupnya seakan tanpa beban meskipun meresahkan, juga tak sedikit orang yang tidak menyukai pria itu. Namu...