You Don't Know IX

189 25 1
                                    

"Lo kenapa Ar? Perasaan kemaren Lo gak kenapa-napa," ucap Tono saat melihat Arkan yang baru masuk kelas dengan tangan kanan menggunakan gips,

Arkan hanya diam, siapa lagi yang menciptakan luka di tubuhnya jika bukan ayah kandungnya itu? Kemudian Faruq dan Aysha mendekati mereka, "Lo kenapa Ar?" Ucap Faruq melihat keadaan sahabatnya itu, "Gue gak sengaja jatuh," jawab Arkan. "Gak sengaja? Wajah Lo memar-memar kayak gitu? Lo berantem?" Tanya Aysha. Tono terdiam, ia berfikir keras kenapa rekannya bisa cidera? Padahal kemarin ia bersama Arkan seharian, apa luka itu ia dapatkan di rumahnya? Atau ia mengalami insiden?

Tono merasa penasaran pada Arkan, saat pulang sekolah ia memutuskan untuk mengikuti Arkan pulang diam-diam. Tono melihat dengan jelas saat Arkan baru saja masuk ke rumahnya, tubuhnya terpental keluar seperti di tendang seseorang. Arkan tersungkur namun, ia tidak bangkit seakan menunggu seseorang yang menghajarnya itu keluar. Saat orang itu keluar ia menendang Arkan berkali-kali, bahkan sampai baju seragam sekolah Arkan memiliki noda merah. Anehnya Arkan hanya diam, seakan ia sangat lemah di sana. Hingga ada seorang wanita yang baru datang panik dan meminta orang yang menghajar Arkan untuk berhenti, Tono shock melihat apa yang ia saksikan, ia bertanya pada dirinya sendiri siapa pria paruh baya yang menghajarnya itu? Mengapa Arkan tidak melawannya? Apa pria itu ayahnya Arkan? Batin Tono.

Tono memperhatikan Arkan terdiam cukup lama sampai akhirnya wanita yang tadi menghentikan perlakuan pria itu keluar dan membantu Arkan berdiri dan masuk ke dalam rumah. "Sekarang gua tahu sebenarnya Lo bukan tidak bisa merasakan rasa sakit tapi, Lo sudah terbiasa merasakannya," gumam Tono.

~~~

"Arjuna, gua ada tugas buat Lo," ucap Rey pada Arkan di ruangan rahasianya. "Gak," Bantah Arkan,

Rey langsung menendang lengan Arkan yang cidera hingga ia mundur beberapa langkah seketika Arkan merintih kesakitan, lengan kanannya masih belum pulih. Rey memang terlalu kejam dan semua orang tahu itu.

Rey tersenyum dengan mengerikan, kemudian ia mencengkram pipi Arkan, dan berkata, "ini yang bikin gue gak bisa lepasin Lo, Lo aset berharga gue." "Memang sebagian besar orang yang masuk gank ini karena mereka sudah tidak peduli sama keluarga mereka tapi, gua tahu Lo punya orang-orang yang harus Lo lindungi, Kalau Lo macem-macem Lo tahu konsekuensinya kan?" Lanjut Rey,Arkan hanya diam, dia benar-benar menyesal terjebak dan tenggelam di dalam gank mengerikan Rey.

Arkan keluar ruangan Rey dengan wajah merah padam, ia pasti berusaha menahan amarahnya sekuat tenaga. Tono menghampiri Arkan, lalu menepuk pundak Arkan seolah ia tahu apa yang terjadi di dalam ruangan itu, "Biar gue aja yang turun, " ucap Tono, "Tangan Lo belum pulih, kan? Biar gue sendiri aja, lagian Lo gak akan mau menghilangkan nyawa seseorang lagi, kan?" lanjutnya,
Arkan masih bungkam, tidak memberikan komentar apapun.

Kemudian Arkan masuk ke dalam suatu ruangan dan duduk di sofa, ia bersandar,. Dan kepalanya menatap langit-langit. Tono yang mengikutnya menuangkan Soju, minuman beralkohol yang populer di korea ke dalam gelas lalu meletakkan gelas itu di hadapan Arkan, segera Arkan melakukan hal serupa. Di tempat itu memiliki beragam minuman beralkohol yang merupakan fasilitas untuk menyenangkan anggota. Kemudian mereka bersulang dan menyeruput minuman memabukkan itu bersama.

Saat tersadar Arkan terkejut melihat hari sudah siang, ia melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul delapan pagi itu artinya ia kembali bolos sekolah. Tiba-tiba ajudan Rey datang dan meminta Arkan mengikuti nya, Arkan pun mengikuti ajudan Rey ke sebuah ruangan yang juga masuk dari pintu rahasia selain ruangan rahasia milik Rey. Di ruangan itu hanya ada Rey dan satu orang yang duduk di sebuah dengan kondisi tangan dan kaki terikat juga mata dan mulut yang di tutup. Melihat kedatangan Arkan Rey tersenyum lebar, "Gue ada tugas buat Lo," ucap Rey
Perasaan Arkan menjadi tidak enak, ini bocah kagak sekolah apa ya? Jam segini bukannya sekolah, batin Arkan, "Habisi orang ini, sekarang!" Pekik Rey tepat di telinga kiri Arkan sambil memberikan sebuah pistol kepada Arkan, Arkan terpaku mendengar perintah Rey, dia harus membunuh saat itu juga?

Rey memberikan pistol itu ke tangan Arkan dan membantunya membidik sasaran.
"Tembak sekarang!" Perintahnya,
Jantung Arkan mulai tidak stabil, dadanya kembali sesak mungkin gangguan paniknya kambuh lagi dan tanpa sengaja Arkan menarik pelatuk, dan

Dor!

Kemudian Rey mengelus kepala Arkan dan berkata, "anjing pintar." Arkan ambruk seketika, gangguan paniknya benar-benar kambuh namun, ia masih sempat melihat ke arah orang yang ia tembak tadi tapi, orang itu tampak baik-baik saja, jadi itu peluru kosong?

Arkan meringkuk di lantai, rasa sakit pada dadanya tak tertahankan dan ia mulai sesak nafas saat itu. Namun, Rey hanya diam memperhatikan Arkan sampai gangguan paniknya reda dan Arkan bisa kembali berdiri. "Gimana? Lo suka permainan hari ini?" Tanya Rey. Arkan hanya diam, ingin sekali rasanya ia membunuh pria yang mempermainkan dirinya itu. "Gue penasaran. Lo itu pembunuh handal tapi, kenapa lo lemah ke orang yang selalu nyiksa lo sejak kecil." Tutur Rey. "Bukan urusan lo!" jawab Arkan. "Gue mau lo bunuh dia atau gue sendiri yang bunuh dia," perintah Rey. Seketika Arkan menarik kerah baju rey dan berkata, "Jangan pernah lo sentuh dia! Lo pikir gue gak bisa habisin lo?" ucap Arkan kemudian pergi meninggalkan Rey.

You Don't Know What It's Like ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang