5×3+2

425 63 28
                                    

Seluruh keluarga Jung kecuali Hoseok berada di koridor rumah sakit. Wajah mereka penuh akan kekhwatiran terhadap si bungsu. Nyonya Jung tak hentinya bergerak mondar-mandir sambil terkadang menghela nafas kasar. Perasaan sang ibu dengan tiga anak itu tak enak, gejala Hoseok serasa tak asing, tapi iya tak mau berfikir hal tersebut.

"Keluarga Jung Hoseok?"

Dokter keluar membuat empat orang tersebut mendekat. Dokter tersenyum bahagia menatap keempatnya sambil bertanya yang mana satu suami Hoseok. Semuanya mengeluarkan ekspresi bingung. Nyonya Jung terdiam menatap sang Dokter, ia mundur beberapa langkah sembari menggelengkan kepala, nafasnya memburu panik hampir pingsan.

"Ah maksud dokter apa? Anak saya sakit apa?"

Tuan Jung berucap berusaha mengurangi ketegangan di antara mereka. Dokter tak menghentikan senyumnya, mengelus pundak tuan Jung ntah dengan maksud apa.

"Selamat anda akan menjadi seorang kakek"

INCEST

"Siapa?"

Kini seluruh keluarga Jung sudah sampai di rumah. Sebelumnya semua hening dengan aura kemarahan dari sang kepala keluarga. Hoseok terdiam, tak bisa berkata. Bagaimana mungkin? Mereka hanya sekali kebablasan, dan juga potensi hamil bagi seorang pria tak semudah wanita. Wajah Hoseok pucat, sedari tadi tangannya memegang perutnya sendiri tak percaya. Di satu sisi ia bahagia, tapi ia juga takut. Apakah Seokjin akan mengakui ini anaknya? Atau malah ia hanya akan diam tak ingin bertanggung jawab.

"Anakku"

Suara lembut Seokjin terdengar. Hoseok melotot sambil menoleh ke arah Seokjin. Denting jam terdengar mencekam, keheningan begitu ribut menyerang keluarga Jung. Nyonya Jung yang sedari tadi menahan tangis akhirnya melepaskan air matanya, begitu terkejut ketika mendengar anak sulung atau keponakannya berucap. Tangan tuang Jung mengepal kuat.

Brak

Seokjin tersungkur ke lantai dengan nyeri di pipinya. Hoseok dan Dowoon berdiri menatap keduanya panik juga takut. Tuan Jung menatap dengan penuh amarah ke arah sang keponakan. Seokjin hanya diam, dia tau ia pantas mendapatkannya. Seokjin bangkit berdiri, menghela nafas lalu membungkuk ke arah tuan Jung.

"Saya tau, saya salah. Saya menghamili Jung Hoseok anak anda, yang statusnya adalah adik saya. Tapi kami berdua begitu mencintai satu sama lain, tak ada yang salah dari cinta. Sekarang memang bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Tapi semua akan terbongkar pada waktunya. Saya Kim Seokjin,mencintai anak anda Jung Hoseok, dan ia juga mencintai saya. Dengan izin, atau Tampa izin saya akan tetap bertanggung jawab atas anak kami berdua."

Seokjin berucap mantap, menatap dengan penuh keseriusan terhadap keluarga Jung. Hoseok yang berada di belakang sang ayah tersenyum tak menyangka. Ia kira Seokjin hanya akan diam dan tak akan bertanggung jawab atas anak di perut Hoseok.

"Keluar"

"Ayah—"

"Keluar!"

Hoseok menggeleng ribut ketika sang ayah menyeret Seokjin ke arah pintu. Hoseok berlari kecil mengikuti langkah lebar sang ayah, berusaha menahannya.

"Tidak ku mohon!"

Hoseok berteriak pilu dengan air mata yang turun deras dari mata bulatnya. Seokjin di lempar kuat keluar rumah. Tuan Jung dengan tatapan penuh amarah menatap Seokjin.

"Dari kecil saya merawat mu bagai anak saya sendiri. Saya bahkan akan mempercayai anda sebagai penerus saya. Saya membesarkan anda bukan untuk menghamili anak kandung saya!"

"TAPI KAMI SALING MENCINTAI!!"

Tidak itu bukan Seokjin, itu Hoseok yang berteriak lantang menatap sang ayah Tampa takut. Hoseok menarik nafasnya menahan tangis.

"Aku mencintai Seokjin Hyung dengan tulus"

"Tapi ini semua salah Hoseok!!"

"Ya! Ya aku tau ini salah. Tapi, apakah salah jika aku mencintai Seokjin Hyung? Aku mencintainya dan ia mencintai ku."

Hoseok mengarahkan tangannya ke perut, tersenyum manis dengan air mata yang masih menetes"

"Aku— ah, ini.. ini hasil dari perasaan cinta kami. Aku, sangat-sangat mencintai Seokjin Hyung. Ku mohon jangan pisahkan kami"

Nafas tuan Jung memburu. Tuan Jung dengan kasar menarik tangan Hoseok, membanting pintu ketika Seokjin berlari ingin masuk. Pintu tersebut terkunci, Seokjin bersandar di pintu berusaha mendengar teriakan Hoseok yang memanggil namanya.

"Hoseok..."

INCEST

"Ayah berhenti!"

Dowoon berusaha menahan sang ayah yang tengah menarik kasar lengan sang adik. Dowoon mendengar segalanya, bagaimana ucapan tulus sang adik tentang ia yang mencintai Seokjin. Dowoon terus berusaha menahan Sang ayah.

Disisi lain tuan Jung seolah tuli, telinganya di tutupi emosi. Ia tak mendengar teriakan Dowoon, tak mendengar tangis sang anak bungsu, kakinya terus berjalan menuju kamar si bungsu. Pintu hijau itu ia buka dengan kasar, ia lempar Hoseok kedalam sana tak memperdulikan ringisan yang keluar dari bibir sang anak.

"Tidak-tidak ayah!"

Pintu hijau tersebut tertutup. Hoseok bisa mendengar suara pintu terkunci juga suara Dowoon yang memohon agar dirinya di keluarkan. Hoseok berlari menuju jendela, menatap sekitar berharap menjumpai sang kekasih. Hoseok dengan air mata yang keluar dari mata bulatnya tersenyum manis, sangat manis ketika melihat Seokjin melambai ke arah jendelanya.

"Tunggu aku menjemputmu"

Hoseok membaca bibir Seokjin. Menatap tubuh yang tersayang menjauh dari rumah keluarga Jung. Hoseok menghela nafas. Keluarga Jung benar-benar dalam keadaan hancur sekarang.

TBC

Ketika lu cuma mau bikin cerita versi panjang dari oneshoot, dan lu cuma pengen bikin sama persis kek di oneshoot biar pendek. Eh otak lu dengan seenak jidat nambah masalah. :).

Incest ❨END S¹❩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang