"loh rose kamu ngapain kesini"Jennie yang tak suka dengan kedatangan rose.
Rose menunduk.
"Dia nyesel kak"balas Lisa mendudukkan bokong nya ke kursi itu.
Jennie menatap tajam pada rose. Mana mungkin dia percaya dengan rose. Jelas jelas dulu yang paling kejam menghukum Arin setelah Lisa itu rose.
Sedangkan seulgi tak peduli dengan sekitar nya. Yang ada di otaknya hanya Arin.
"Gak usah sok peduli. Udah sana pulang, gak guna kamu disini"sarkas Jennie.
Rose hanya menunduk.
"Udahlah kak. Dia benar benar nyesel"Lisa.
"Kalo sampe kamu bikin Arin tambah parah. Kakak gak segan laporin kamu ke kantor polisi"ancam Jennie.
"Terus kakak gimana"akhirnya rose membuka suara.
Jennie diam.
"Kakak juga sama kek aku. Seharusnya kita semua udh di pengadilan. Karna kita melakukan kekerasan sama Arin. Jangan menyalahkan diriku saja. Bahkan kak Jennie juga hampir sama dengan ku. Apa Kakak ingat? Arin pernah sesak nafas tahun lalu. Itu juga ulah kakak kan. Aku kesini itu mau minta maaf. jadi......mari kita ulang kembali"jelas rose dengan air mata yang mengalir.
Tak terasa butir air mata Jennie kembali jatuh mengingat kejadian dulu.
Tentang siksaan yang dialami Arin sediri.
4 jam kemudian.
Operasi Arin sudah selesai.
Lama juga ya gaisss. Nama nya juga tebak. Gue gak tau gue bukan anak IPA.
"Bagaimana dok? Arin baik baik saja kan"seulgi.
Dokter itu menatap lesu pada seulgi.
"Kemungkinan 40% nona Arin benar benar pulih"
Mata seulgi membulat.
"Gak bercanda kan dok"Jennie.
"Saya tidak bercanda. Operasi memang berjalan lancar. Kanker sudah kami angkat. Tubuh nona Arin sudah pulih. Tapi saya minta maaf nona Arin koma"dokter itu menunduk.
Ke5 gadis membeku.
"Saya permisi. Nona Arin akan dibawa ke ruang inap"dokter itu pergi.
Beberapa menit kemudian. Terlihat jelas Arin yang tertidur ah tidak mungkin pingsan.
3 selang masuk dalam mulut gadis itu. Wajah seputih pocong. Astaga. Menyeramkan.
Seperti mayat hidup.
"Mianhe arin-na"gumam ke5 gadis itu mengikuti arin dibawa keruang inap khusus untuk Arin sendiri.
Masalah biaya, tenang ada Lisa.
Sedangkan gadis bernama Irene, yang sudah bisa dikatakan gila. Gadis itu selalu menyebutkan nama Arin. Dan memeluk foto Arin.
"Arin kok gak pulang. Kakak rindu Lo. Arin gak sayang sama kakak. Kakak pengen banget peluk Arin. Cium Arin. Gendeng Arin. Semuanya kakak pengen"
Kalian tau orgil.
Sudah tau lah ya. Bayangkan irene seperti itu. Sambil memeluk boneka kesayangan Arin.
Gila.
"Kak makan yah"bujuk jisoo.
"Gak usah kakak mau Arin. Kakak mau lihat Arin. Arin bisa bikin kakak kenyang"tolak Arin tersenyum senang menatap foto cantik Arin.
Padahal baru 4 jam lalu irene dengan ke3 adiknya Joy Yeri jisoo mempermasalahkan Arin. Irene langsung gila.
"Kak gimana?"tanya Yeri pada Joy.
"Apa kita bawa aja ya kerumah sakit jiwa??"usul Joy.
"Tapi kak"Yeri.
"Kalau Arin sembuh. Kita bawa Arin sama kak irene. Gimana setuju"jisoo.
"Apa Arin mau? Apa dia bakal sembuh?? Kita gak tau kak"Joy.
"Kakak juga gak tau. Satu satu nya cara membawa kak irene kerumah sakit jiwa. Dan......."jisoo memejamkan matanya.
Dan menarik nafas panjang.
"Kakak mau jenguk Arin"
Mata Joy dan Yeri membulat.
"Kakak seriusan, sama anak si.."Yeri.
"Gak ada anak sialan di rumah ini yer"Joy.
"Joy"heran jisoo.
Joy tersenyum.
"Kita berangkat sekarang ya kak. Aku gak sabar pengen peluk Arin"Joy.
Brakk
Pintu kamar irene tertutup keras.
Yeri benar benar benci dengan Arin. Karna Arin kakak nya sekarang sudah dibpihak nya.
Waw
Rencana licik.
Sedangkan irene. Dia tak peduli dengan pembicaraan Joy Jisoo dan Yeri. Dia asik berbicara dengan foto Arin.
"Gue bakal bunuh Lo Arin"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE 'Arin Oh My Girl'
Action"Lebih baik aku dibenci dari pada ditinggal selamanya"Arin. "Arin-na jaga dirimu baik baik ya"blackvelvet. End