Chapter 8

531 54 2
                                    

Sulit menerima kenyataan bahwa,aku sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sulit menerima kenyataan bahwa,
aku sendirian.

___

Taxi itu berhenti saat Swara menyuruhnya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang lalu berjalan pergi. Hari ini terasa berat. Hari pertamanya bekerja, berdamai dengan lingkungan yang asing baginya. Dan ditambah pria aneh yang menyuruhnya untuk berkemas dan segera pulang.

Baru saja ia ingin membuka pintu yang ia kira masih dikunci, namun pintu itu terlebih dahulu terbuka. Menampakkan sosok wanita dengan celana hitam selutut serta kaos putih yang nampak kebesaran di badannya.

Wanita itu tersenyum manis ke arahnya, lalu tanpa sadar bibirnya juga ikut tertarik hingga membentuk lengkungan.

Kalinda mencium punggung tangan suaminya, lantas kembali menutup pintu. “Aku sudah siapkan air hangat untuk Mas mandi.”

Swara mengangguk, lalu tanpa mengucapkan kata-kata ia pergi dari sana. Badannya sudah sangat lengket, ia ingin segera mandi.

Baru saja Swara benar-benar hilang dari pandangannya, suara ketukan pintu terdengar. Ia segera berjalan ke arah sumber suara, “iya sebentar.”

Dari luar pergerakan gagang pintu terlihat, setelahnya pintu terbuka lebar dan menampakkan sosok pria yang masih menggenakan setelah jas namun terlihat kelelahan menatap Kalinda dengan pandangan yang sulit di jelaskan.

“Ba-bapak? Ada perlu apa malam-malam begini pak?” Kalinda menatap atasannya itu dengan keterkejutan serta heran. “Eh, mari silahkan masuk.” Terlalu terkejut hingga ia lupa tidak menyuruh tamu sekaligus atasannya itu masuk.

“Bapak ingin dibuatkan minuman apa?”

“Tidak perlu.”

Kalinda mengangguk kikuk lalu ikut duduk di sofa yang lumayan jauh dari tamunya. Perasaannya sekarang terasa campur aduk, antara kerkejut, penasaran, serta malu karena hanya memakai pakaian santai yang terlihat tidak sopan di dihadapan atasannya.

“Emm, pak Alex ada perlu apa malam-malam begini ke sini?” ingin rasanya menanyai bagaimana bisa ia mengetahui alamat rumahnya. Namun ia urungkan saat melihat raut wajah Alex yang sedang tidak bersahabat. Tatapannya seolah minta penjelasan, namun juga terlihat keputusasaan di sana.

Alex menghela napas panjang, pandangannya menatap sekeliling ruangan ini beberapa saat. “Kamu tinggal di sini dengan siapa?”

Kalinda menyerngit heran, “suami saya.” Bisa dilihat Alex yang terkejut dengan ucapannya barusan.

“Sejak kapan?”

Garis Batas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang