Chapter 9

544 48 3
                                    

Aku ingin menabrak dan mendobrak segala batasan yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin menabrak dan mendobrak segala batasan yang ada.

___

Di dalam ruangan kamar yang gelap. Tangis Kalinda meluncur deras. Entah apa yang sedang ia tangisi, mendengar perkataan Alex atau justru ketakutan yang selalu mendatanginya setiap malam, bahwa ia akan ditinggal pergi oleh orang –orang yang ia kasihi. Ia tak tahu, namun yang pasti ini terasa sangat sesak.

Suara pintu kamar yang terbuka membuat Kalinda segera menghentikan isakannya, ia sontak pura-pura tidur walau orang yang baru masuk tidak bisa melihatnya sebab posisinya yang membelakangi pintu. Ia diam saat merasakan pergerakan di sebelah, Kalinda sama sekali tak ingin menoleh.

Lalu saat dirasa tak ada pergerakan lagi Kalinda menghela napas, untung saja Swara hanya diam dan segera tidur. Jadi ia tidak perlu berhadapan dengan wajah tampan itu malam ini, ia merasa belum siap.

Lalu detik demi detik, menit demi menit tlah berlalu. Namun Kalinda masih terjaga dengan posisinya, ia tak bergerak sedikit pun, seolah jika ia bergerak maka itu akan menarik perhatian Swara. Namun sekarang mungkin Swara telah tertidur, sebab ia tak mendengar suara apapun di belakang punggungnya.

Hingga ia berbalik hanya untuk mengurangi rasa pegalnya karena lelah menghadap ke samping kiri. Namun bola mata Swara yang berada tepat dihadapannya membuat tubuh Kalinda seketika menegang. Swara masih belum tidur, jadi sejak tadi ia memperhatikannya dalam diam. Kalinda yang bingung harus bereaksi apa memutuskan untuk langsung memejamkan mata, pura-pura tak peduli padahal hatinya sudah berdetak tak karuan.

Lalu tak sampai sepuluh detik ia kembali mengadap ke samping kiri. Terlalu ekstream rasanya jika ia masih berpura-pura tak peduli.

“Aku tau kau tidak bisa tidur.”

Terdengar suara dari balik punggunya. Namun ia masih diam.

“Aku tau apa yang mengganggu pikiranmu.”

Terdengar helaan napas panjang dari Swara, “selama ini aku sadari aku belum bisa menjadi suami yang baik bagimu. Aku sadar bahwa aku masih sering bersikap seolah kau adalah orang asing bagiku. Aku juga masih belum bisa mencintaimu.”

Tetesan air mata yang tadi sudah mengering kini mulai basah kembali.

“Tapi aku masih punya rasa balas budi karena kau dan kakekmulah yang menyelamatkan hidupku, jadi aku tidak akan langsung meninggalkanmu begitu saja.”

Tidak akan langsung meninggalkan?

Apa itu berarti ada kemungkinan jika nanti dirinya akan ditinggalkan?
Pernyataan Swara tidak membantu sama sekali untuk menenangkan pikirannya.

Garis Batas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang