Lisa keluar dari toilet tak lebih dari lima belas menit kemudian, sebab mengurungkan niat untuk berendam. Ia merasa bahwa mungkin, ia tak seharusnya merasa kesal hanya karena Jungkook belum siap untuk berbicara pada Ayahnya.
Lisa berpikir untuk langsung memperbaiki keadaan, berusaha memahami Jungkook lebih baik daripada sebelumnya. Mungkin ia akan membuatkan seloyang pie apel dan dua cangkir cokelat hangat untuk mereka nikmati bersama. Cuaca di luar sedang dingin. Camilan tersebut sangat cocok untuk dikonsumsi dalam situasi seperti ini.
Setidaknya, itu adalah deret rencana yang baru saja Lisa rancang, sebelum rungunya menangkap suara-suara keributan dari arah pintu utama apartemennya. Ia membeku sejenak, berusaha menajamkan indra pendengarannya untuk memastikan apakah tipe salah satu suara yang samar-samar terdengar itu merupakan milik Jungkook atau bukan.
Segera setelah Lisa mendapatkan kesimpulan, pasang matanya sontak membelalak lebar. Ia terburu-buru berpakaian--mengenakan sepasang pakaian dalam, dan membalutnya menggunakan sepotong kaus beserta celana pendek. Ia bahkan melewatkan sesi mengeringkan rambut menggunakan hairdryer, langsung saja melangkah gesit untuk mendekat pada sumber suara dengan jantung yang berdegub kencang.
Oh, Ya Tuhan ... Jangan-jangan ...
Lisa tak bisa banyak berpikir. Poin utama yang sudah ia dapatkan ternyata memang benar-benar terjadi. Sebab di hadapannya kini, ia melihat salah satu pemandangan paling menegangkan yang pernah terjadi dalam hidupnya.
Dosen Im sedang memandang Jungkook dengan wajah memerah karena amarah, sementara Jungkook juga menghujamkan tatapan letih dengan sirat angkara yang sama. Mereka sedang berdebat sengit di sana.
"Ayah ... aku ingin hidup normal," kata Jungkook. Mungkin itu adalah pertahanan terakhirnya yang kini sudah hancur. Ia sudah tidak sanggup membendung isi hatinya lagi.
"Tidak bisa." Dosen Im berujar pendek. Selama ini Lisa hanya melihat wajah dinginnya saja. Ternyata, kemarahan pria itu jauh lebih mengerikan daripada yang Lisa kira sebelumnya.
Pria bermarga Im tersebut lantas melanjutkan, separuh membentak, "Kau tahu, kalau kau tidak bisa hidup seperti itu. Sekarang, cepat masuk ke apartemen!"
"Ayah ..." Jungkook memanggil pelan, masih berusaha untuk mengendalikan diri walau ia sudah benar-benar merasa lelah.
"Masuk." Dosen Im berkata singkat dan dingin membalasnya, menolak untuk menerima bantahan. "Kita bicarakan semuanya di apartemen. Kau tidak boleh berlama-lama di luar."
"Tapi--"
"Masuk, Im Jungkook!" Dosen Im memotong tegas dengan volume yang lebih tinggi hingga Lisa berjengit kaget di posisinya.
Gadis itu bisa melihat bagaimana Jungkook yang mengeraskan rahang sembari mengepalkan kedua tangan erat-erat di sana, berusaha menanggulangi amarah yang mungkin saja sedang meledak-ledak di dalam dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
cryptic | lizkook✔️
Fanfiction[M] "Hi, Lalisa! Mari berteman!" Started : 210821 Published : 310821 Finish : 261121