✨28

6.7K 1.3K 277
                                    

Kilap cahaya menyorot tajam ketika Lisa membuka mata, membuat gadis itu bersusah payah menyesuaikan diri, sebelum pada akhirnya mampu memandang sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kilap cahaya menyorot tajam ketika Lisa membuka mata, membuat gadis itu bersusah payah menyesuaikan diri, sebelum pada akhirnya mampu memandang sepenuhnya. Ia mengenal ruangan ini. Tatanannya masih sama. Aromanya juga masih sama. Seluruhnya masih sangat serupa, kecuali situasi yang terjadi di antara mereka.

Memang. Tempat ini merupakan apartemen yang dihuni oleh Jungkook dan Ayahnya, sementara Lisa sedang berada tepat di atas ranjang milik pemuda itu.

Jika yang menempati posisi Lisa adalah gadis lain, mungkin mereka akan sontak terkejut dan segera menjerit keras-keras. Ditenggelamkan oleh rasa takut, dikurung dengan kepanikan hebat, dan tak mampu berpikir jernih hingga berakhir dengan sia-sia.

Namun pada kondisi sekarang ini, Lisa berusaha untuk tetap tenang, bersikap seakan tak ada hal buruk yang baru saja terjadi, kendati kedua kakinya terasa lemas bukan main sampai begitu sulit untuk digerakkan. Nyaris mati rasa. Akankah Jungkook menyuntikkan obat yang bisa melumpuhkan beberapa syarafnya?

"Kau sudah bangun, sayang?" Jungkook melangkah masuk sembari membawa seporsi roti lapis serta susu tawar murni. Meletakkannya di atas nakas, ia lalu menyibak tirai jendelanya yang berlapis tralis, membuat cahaya matahari datang menyerbu lebih banyak lagi.

"J ... kakiku agak sulit bergerak," kata Lisa. Tak ada raut wajah panik ataupun cemas yang ia suguhkan di sana.

Jungkook menyunggingkan senyum madu, mendudukkan diri di tepi ranjang sembari membantu gadisnya untuk duduk bersandar. "It's ok, babe ... setelah selesai sarapan, kau akan meminum obat agar kakimu sama sekali tak bisa digerakkan kembali."

Bukannya menyembuhkan, laki-laki ini malah berniat untuk memperparahnya. Yang Lisa tahu, efek obat semacam itu memang memiliki jangka waktu tertentu. Semakin lama, maka efeknya semakin mereda. Apa Jungkook berniat agar Lisa selalu berada dalam keadaan lumpuh seperti ini?

Namun alih-alih memprotes dengan tegas, Lisa justru malah ikut menyunggingkan senyum di sana. "Apa itu perlu, J? Bukankah aku sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu?"

"Aku hanya berjaga-jaga saja," kata Jungkook.

Lisa terkekeh pelan. Ia menatap lamat-lamat, menenggelamkan Jungkook di dalam netranya yang berkilau seraya mengelus pipi si pemuda dengan lembut. "Sungguh, kau tidak perlu melakukannya, J. Hal itu hanya akan membuatmu kerepotan. Bagaimana kalau keluargaku datang dan mencariku? Bagaimana kalau teman-temanku merasa curiga karena aku tidak pergi kuliah? Aku takut membuatmu kesulitan."

Jungkook balas menatap Lisa lurus-lurus. Ada yang berbeda di sana. Jungkook tak lagi menyembunyikan seluruh kasih dan obsesinya. Tatapannya sangat dalam, begitu mengagumi dan mendamba gadisnya setengah mati. Ia tersenyum sekali lagi, mengecup punggung tangan Lisa tanpa melepaskan kontak mata mereka.

"Tidak, sayang," kata Jungkook. "Aku sudah mengurusnya. Aku mengirimkan email ke universitas dan mengajukan cuti atas namamu. Ayah dan Ibumu juga belum menghubungi. Bukankah mereka akan meneleponmu satu kali dalam sebulan? Ini belum saatnya. Aku juga masih harus mengurus beberapa hal. Tapi ketika waktunya tiba, kita bisa hidup dengan tenang bersama-sama selamanya."

cryptic | lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang