✨20

8.9K 1.6K 136
                                    

Lisa merasa seperti sedang bermimpi, namun lumatan pada bibirnya terasa sangat-sangat nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa merasa seperti sedang bermimpi, namun lumatan pada bibirnya terasa sangat-sangat nyata. Gadis itu berkedip dua kali, dan masih mendapati seraut wajah menawan yang tengah menatapnya dalam-dalam--masih melayangkan pagutan manis meski Lisa hanya mampu terpaku saja.

Lisa lambat menyadari keadaan. Tapi setelah kecepatan detak jantungnya sedikit berkurang, ia kemudian mendorong pelan dada Jungkook, menatap pemuda itu dengan pandangan tak mengerti.

"Kau ..." Lisa menggigit kecil bibir bawahnya, menyesap tipis sisa-sisa sensasi ciuman yang baru saja Jungkook berikan. "Kau sama saja seperti Jaehyun ..."

Jungkook menyeringai samar. Ia tak mengubah posisi, masih tetap berada pada jarak sepersekian senti, dengan kedua tangan yang masih pula mendarat di atas paha mulus Lisa. "Setidaknya aku hanya menjadi brengsek untukmu saja, bukan untuk banyak gadis seperti dia. Tapi kalau kau menolak ..." pemuda itu lalu meremas pelan, mengusap-usap paha Lisa dengan seduktif. "Aku tidak akan memaksa," bisiknya kemudian.

Lisa menyentuh pipi bagian dalamnya menggunakan ujung lidah, tersenyum asimetris kala bertanya, "Kau sangat terobsesi padaku, hm? Kau sangat menginginkan aku?"

"Ya ..." Jungkook menjawab yakin. Kali ini api yang berkobar di dalam netranya sedikit padam. "Aku sangat menginginkanmu, meski aku tahu kalau kita tidak akan pernah bisa bersama."

Lisa menatap mata itu dalam-dalam. Rasanya seperti ditenggelamkan, mendapati gurat obsesi yang bersekat tipis dengan segenggam kasih seperti itu. Mungkin Jungkook memang sangat menginginkan Lisa. Tapi bukan berarti pemuda itu akan membantah perintah sang Ayah begitu saja. Meski berat, Jungkook tampak lebih memilih untuk melepaskan Lisa untuk laki-laki lain, rela menahan sakit kala hatinya tercabik-cabik--jika dibandingkan harus meninggalkan Ayahnya yang akan menderita jika hidup sendiri tanpa dirinya.

Tapi Lisa yakin, semakin lama Jungkook berada di sisinya, maka semakin sulit pula bagi laki-laki itu untuk melepaskannya. Apalagi, melihat bagaimana sorot mata Jungkook yang tampak tak ingin membebaskan Lisa dari jeratannya meski hanya sedetik saja.

Jika Lisa memiliki hati sekeras batu, mungkin ia akan langsung melaporkan Jungkook pada Dosen Im, atau bahkan sekalian saja melaporkannya pada polisi. Lisa juga bisa langsung pindah ke apartemen lain agar Jungkook tak bisa menjangkaunya lagi.

Namun, hati Lisa terlalu lembut. Ia justru tergerak untuk menyelamatkan Jungkook walau harus menanggung berbagai macam risiko. Karena, jujur--ia juga memiliki segenggam rasa nyaman ketika berinteraksi dengan pemuda itu. Sebab kali ini, Lisa benar-benar merasa begitu diinginkan sekaligus dicintai setengah mati. Jungkook tidak berbahaya. Jungkook tidak menyakitinya.

"Aku tidak ingin memberikan opsi dengan menyuruhmu untuk memilihku atau Ayahmu," kata Lisa. "Hanya saja, apa kau mau berupaya untuk menyadarkan Ayahmu dan kembali hidup normal, lalu berusaha untuk bisa mendapatkanku sepenuhnya?"

Pupil mata Jungkook sedikit melebar, pertanda bahwa ia terkesiap ketika mendengar ucapan Lisa. "Tapi ... apa bisa? Apa bisa aku mengubah ketetapan Ayah untuk dapat bersamamu tanpa menyakitinya?"

cryptic | lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang