✨15

7.7K 1.7K 247
                                    

Gadis Hwang itu kemudian keluar dari kamar mandi dengan terburu-buru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis Hwang itu kemudian keluar dari kamar mandi dengan terburu-buru. Ia masuk ke ruang kecil di samping dapur, meraih tangga lipat berukuran sedang yang tergantung di sisi lemari perkakas. Ia bahkan sempat menggapai ponselnya yang terletak di atas meja, lalu memasukkannya ke dalam kantung celana.

Benar. Hanya ada satu bagian yang belum Lisa periksa, yaitu bagian atap kamar mandi.

Sepasang jejak kaki yang tampak samar-samar di atas permukaan wastafelnya menandakan kalau J sempat berpijak di sana untuk mengakses tempat persembunyiannya. Apabila asumsi Lisa benar, maka sebentar lagi ia bisa membongkar rahasia ini.

Memandang ke arah atap seraya menghembuskan napas panjang, Lisa lantas mulai menaiki tangga tersebut. Tangannya terjulur ke atas, menekan-nekan beberapa bagian disana.

Serius, kaki-kaki Lisa mulai bergetar. Namun ia harus berusaha untuk menyeimbangkan diri meski kepalanya masih terasa sedikit pusing. Sedikit lagi, Lisa. Sedikit lagi ... Gadis itu memotivasi dirinya sendiri.

Jika bukan sekarang, kapan lagi? Lisa sudah tak bisa menunggu lebih lama. Rasa penasarannya sudah membeludak dan membuatnya gemas setengah mati.

Ketika Lisa melanjutkan aktifitasnya, tiba-tiba salah satu bagian atap itu terbuka. Gadis tersebut membelalak, sangat-sangat terkejut sampai nyaris terjatuh dari tangga jika saja sebuah tangan tak menahannya kuat-kuat.

"OH MY GOD ... ASTAGA ... ASTAGA ... AKU MASIH HIDUP ..." Lisa memandang ke arah lantai, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat. Jantungnya dipacu kuat-kuat. Jika ia terjatuh ke lantai, bukan tak mungkin kalau salah satu dari bagian tubuhnya akan memar-memar karena terbentur. Hah, bahkan bisa jadi ia akan pingsan saat itu juga.

Lisa kemudian menatap si pemilik tangan yang masih menggenggamnya, mengerutkan dahi kala bertanya, "J? Kau ini J, 'kan?"

Laki-laki yang dipanggil J itu ikut menghembuskan napas lega. Ia bersyukur karena Lisa baik-baik saja--sampai tak begitu peduli pada fakta lain bahwa kini rahasianya sudah terbongkar. "Ya ampun, Lalisa ... jadi kau hanya berpura-pura mabuk? Pantas saja kau menghilang dari cctv-ku."

Lisa merotasikan bola matanya. Ini bukanlah momen pertemuan yang bagus. "Oke, crap! Kau sudah tertangkap! Sekarang, cepat tunjukkan dimana tempat persembunyianmu, J!" gadis itu balas menggenggam tangan J erat-erat, seolah takkan melepaskan si pemuda semudah itu.

J mendengus lelah. Memangnya ia bisa apa kalau sudah tertangkap basah begini? Maka memberikan satu anggukan pelan, pemuda tampan ini berujar, "Baiklah. Aku akan menunjukkannya padamu. Tapi, tolong jangan membuat suara apapun, dan jangan menunjukkan dirimu sebelum aku mengizinkannya."

"Deal." Lisa berujar tanpa ragu. Sudah sejauh ini, tentu Lisa tak ingin mundur begitu saja.

J lantas membantu Lisa untuk naik ke bagian atap. Apakah area ini dinamakan loteng? Entahlah. Tapi serius, Lisa baru tahu kalau ternyata setiap lantai pada gedung apartemen ini memiliki area loteng. Space-nya tidak terlalu besar. Mereka bahkan hanya mampu merangkak saja pada jalur yang kuat, secara berhati-hati dan perlahan agar tak menimbulkan banyak suara.

Jalur yang mereka lewati ini juga cukup bersih. Mungkin J rajin membersihkannya. Atau mungkin, J sudah sering melintasi jalur ini sehingga tampak seperti jalan setapak di antara rerumputan.

Sepanjang perjalanan yang tak seberapa itu, Lisa berpikir keras. Sebenarnya kemana J akan membawanya? Tempat ini cukup gelap. Mereka bahkan menggunakan ponsel masing-masing sebagai penerangan.

Apakah pemuda ini benar-benar tinggal di loteng? Rasanya tak mungkin. J pasti memiliki akses keluar masuk untuk membeli makanan, 'kan? Ditambah lagi, pakaian yang J kenakan juga bersih dan wangi. Sangat tidak mungkin kalau laki-laki itu menghabiskan kesehariannya di tempat sumpek dan sesak seperti ini.

Namun, semua pertanyaan tersebut segera terjawab ketika tak lama kemudian, J membuka bagian atap di sisi yang lain. Potongan atap berbentuk persegi itu memiliki engsel, sehingga dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Sama seperti akses yang J ciptakan di atap kamar mandi Lisa.

"Lisa ... tunggu disini sebentar, ya." bisik J setelah ia turun lebih dulu, mendarat di atas permukaan meja wastafel.

"Jadi ini rumahmu? Kau tinggal di--"

"Sstt, pelankan suaramu," balas J. Suaranya pelan sekali, tampak sangat berhati-hati. "Aku janji, aku akan menjelaskan semuanya padamu. Tapi kumohon, jangan membuat suara dan jangan menunjukkan dirimu sebelum aku kembali kesini."

Lisa menggigit kecil bibir bawahnya, sebelum kemudian mengangguk paham. J lantas menutup pintu akses tersebut, dan melompat turun dari wastafel.

Namun ingin sedikit nakal, Lisa membuka pintu tersebut, menyisakan celah kecil hanya agar ia bisa mendengar suara-suara dari bawah sana.

"Jungkook-ah ... kau sudah makan, Nak?"

Lisa sontak menautkan alis disana. Kepalanya kembali penuh sesak dengan ribuan pertanyaan, sebab ia sangat mengenali suara itu.

Iya, benar. Lisa berani bersumpah bahwa ia tidak salah dengar. Suara itu ... suara itu adalah suara Dosen Im Jinhyuk.

 suara itu adalah suara Dosen Im Jinhyuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cryptic | lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang