✨29

6.6K 1.3K 179
                                    

Meski harus terduduk di atas kursi roda, agaknya Lisa tak tampak keberatan sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski harus terduduk di atas kursi roda, agaknya Lisa tak tampak keberatan sama sekali. Gadis itu terlihat senang-senang saja, menikmati waktu demi waktu di dalam apartemen sederhana milik keluarga Im ini tanpa mengeluh sedikitpun.

Tak ada gurat rasa takut yang tergambar di wajah manisnya. Lisa bahkan menatap Dosen Im dengan tenang tanpa mengurangi rasa hormat. Seakan terjebak di tempat ini bukanlah sebuah masalah besar yang bisa saja mengancam nyawanya tanpa pernah terduga.

"Kau ingin masak apa hari ini?" Lisa bertanya dengan senyuman yang tersungging, sedikit kesulitan ketika menghampiri meja makan menggunakan kursi rodanya. Belum terlalu terbiasa.

Jungkook balas tersenyum dari posisinya. Ia sedang menyiapkan bahan-bahan serta peralatan untuk memasak. "Sup brokoli dan tumis daging," jawabnya.

Pemuda itu sudah terpenjara di apartemen ini selama kurang lebih sepuluh tahun. Jadi bukan hal yang aneh apabila ia cukup pandai memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Lisa tahu itu.

"Wow, terdengar lezat!" Lisa berujar antusias. "Sini, biarkan aku membantu untuk memotong-motong bahan-bahannya."

"Padahal kau bisa menikmati novel romantis, film menarik, atau camilan yang aku siapkan, loh, Tuan Putri ..." Jungkook berujar dengan nada jenaka, hingga mengundang tawa renyah bagi Lisa.

"Hahah~ it's ok, J. Aku juga ingin membantumu. Nanti setelah makan siang, barulah kita menonton film bersama-sama. Ya?"

Jungkook menyadari kalau sikap Lisa sedikit lebih manja dari sebelum-sebelumnya. Entahlah, mungkin karena kini mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama, bisa bertemu setiap detiknya. Jadi Lisa sangat menikmatinya dengan baik.

Jungkook lantas mengedikkan bahu, tersenyum kecil saat berujar, "Baiklah, jika kau memaksa." Yang kemudian segera memberikan beberapa jenis sayur-mayur, mangkuk plastik besar, pisau, serta alas untuk memotong pada Lisa.

Si gadis bertepuk tangan dengan riang. Gurat wajahnya tampak bahagia sekali meski hanya sekedar membantu untuk menyiapkan bahan-bahan masakan.

Omong-omong, hari ini merupakan hari kedua Lisa berada dalam keadaan seperti ini. Meminum obat-obatan yang Jungkook berikan tanpa penolakan, dan bersedia membatasi diri dengan tidak menggunakan kedua kakinya.

Sungguh miris, jika dipandang. Tapi Jungkook paham betul, bahwa gadis tersebut sedang menunjukkan seberapa besar rasa cintanya. Lisa berupaya untuk membuat Jungkook percaya kalau perasaannya memang sepekat itu, sehingga tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

Okay, Jungkook yakin kalau Lisa juga mencintainya. Namun untuk saat ini, ia belum berani membiarkan Lisa hidup seperti biasanya. Rasa takut akan ditinggalkan yang Jungkook rasakan sudah terlampau besar. Ia kesulitan untuk merasa tenang, benar-benar merasa cemas dan selalu berpikir kalau Lisa bisa saja pergi jika ia tak menahannya.

Jadi, lebih baik seperti ini, bukan?

Jungkook tersenyum samar, memerhatikan gadisnya yang masih sibuk dengan sayur-mayur di atas meja. Tiba-tiba saja, ia terpikirkan untuk menanyakan sesuatu yang belum pernah ia tanyakan sebelumnya. "Lalisa ..."

"Hm?"

"Apa kau pernah merasakan rasa takut yang sama saat membayangkan kepergianku?"

Lisa lantas membeku, menghentikan aktifitas tepat setelah Jungkook selesai menggaungkan pertanyaan. Gadis itu tak langsung menjawab. Entah apa yang dipikirkannya, Jungkook tidak tahu.

Namun beberapa saat kemudian, Lisa mengangkat wajah, tersenyum kaku seraya berujar, "H-hei, kenapa bertanya begitu? Memangnya kau akan pergi meninggalkanku? Huh, dasar jahat!"

Jungkook terkekeh sembari menggeleng pelan. Cara merajuk Lisa sungguh menggemaskan. Ia jadi tergoda untuk menghampiri, berjongkok di sisi, lalu mendaratkan kecupan pada pipi gadisnya tersebut. "Tidak. Tentu saja tidak. Aku takkan pernah meninggalkanmu, Lalisa. Ingat, 'kan? Kau itu milikku, dan akan selalu menjadi milikku. Jadi aku takkan membiarkan siapapun merebutmu dari dekapanku."

Lisa memanyunkan bibir, tampak masih tak suka mendengar pertanyaan Jungkook beberapa saat yang lalu. "Lantas kenapa bertanya begitu? Kau berujar seakan kau akan pergi meninggalkanku!"

Jungkook tergelak tipis. Ia menghadapkan kursi roda Lisa pada dirinya, membuat mereka saling bertatapan dalam jarak yang lebih dekat. "Aku hanya iseng bertanya saja, okay? Kalau kau juga merasa takut akan kehilanganku, itu artinya kau memang benar mencintaiku."

"Waeee? Apa semua ini tak cukup membuktikan bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu?" ujar Lisa, separuh protes. "Aku juga sudah berkata berulang kali padamu. Jika aku tak mencintaimu, aku sudah pergi meninggalkanmu setelah Jaehyun dan Nyonya Ahn memberitahu segalanya padaku. Tapi sekarang kau bisa melihat sendiri, 'kan? Aku masih berada di sini, J. Di hadapanmu, dan menuruti semua keinginanmu. Apa kau masih meragukan aku?"

Jungkook menghembuskan napas perlahan. Mungkin pertanyaannya tadi sedikit keterlaluan. Ia bahkan tak bisa membayangkan akan jadi semarah apa dirinya apabila Lisa yang melontarkan pertanyaan seperti itu padanya.

Jungkook tak pernah ingin ditinggalkan, tentu saja. Walau dulu ia tak pernah berpikir akan melangkah sampai sejauh ini--nyatanya perasaannya pada Lisa sudah terlanjur mengakar kuat, dan ia takkan pernah bisa melepaskan gadis itu.

Jungkook kemudian menggenggam kedua tangan Lisa dengan hangat, menatap netra hazel gadisnya lamat-lamat. "Maaf, aku tak bermaksud begitu. Aku janji tidak akan pernah bertanya seperti itu lagi padamu."

Lisa hanya balas menatap Jungkook tanpa menjawab. Raut wajahnya yang masih tampak muram menunjukkan bahwa ia sangat tak menyukai pertanyaan yang sempat Jungkook lesatkan tadi.

Mungkin Lisa merasa tertuduh? Merasa sangat diragukan cintanya. Siapa yang tidak marah ketika diperlakukan seperti itu, di saat pengorbanan yang kau berikan sudah sama besarnya seperti perasaan yang kau miliki?

Namun beberapa saat berselang, gadis tersebut kemudian mengangguk pelan. Ekspresinya melunak saat berkata, "Ya. Aku memaafkanmu."

Jungkook tersenyum lega. Tatapan mengerikan yang sesekali ia tunjukkan itu kini tak terlihat, tergantikan dengan netra bercahaya, berkilau karena kebahagiaan yang meletup-letup. Ia lantas memeluk Lisa, mengecup puncak kepala gadis itu dengan posesif, sebelum kemudian memejamkan mata--meresapi debaran manis di dalam dada.

Lisa memang melunak, namun ia tak tersenyum. Tatapannya tampak begitu sulit ketika ia membalas pelukan Jungkook lebih erat--menghirup aroma khas prianya yang selalu mampu menenangkan sekalipun ia berada dalam keadaan terancam, menikmati setiap detik yang terus berjalan, mengiringi segalanya dalam bahagia tanpa ingin menyia-nyiakan.

Sebab, yang Jungkook tidak tahu adalah fakta bahwa waktu yang mereka miliki akan segera tandas sebentar lagi.

Sebab, yang Jungkook tidak tahu adalah fakta bahwa waktu yang mereka miliki akan segera tandas sebentar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cryptic | lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang