✨11

7.2K 1.6K 113
                                    

J memang tak begitu nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

J memang tak begitu nyata. Lisa belum pernah melihat bagaimana wujud presensinya, belum tahu bagaimana sifatnya, selain hanya pernah mendengar suaranya melalui sambungan telepon.

Kalau dihitung-hitung, sepertinya sudah nyaris satu bulan lamannya Lisa mengenal sosok J, membiarkan pemuda itu mengambil secuil bagian dalam kehidupannya--ikut terjun dan menyelami lebih dalam, bahkan hingga Lisa merasa terbiasa dan tak lagi cemas.

Sebenarnya ini merupakan sesuatu yang agak mengejutkan bagi Lisa. Sebelumnya, ia tak pernah mengizinkan orang asing untuk menyentuh hidupnya, apalagi seseorang seperti J yang sama sekali belum pernah ia temui. Namun satu hal pasti yang Lisa yakini sebagai alasan terkuat akan keterbukaannya pada J hingga detik ini adalah, karena ia merasa nyaman.

Benar. J menepati ucapannya yang berkata bahwa laki-laki itu tidak pernah menyakiti Lisa. J tidak berbahaya. J bukanlah ancaman, sehingga Lisa bisa merasa tenang meski ia ingat kalau J belum pernah memberitahukan dimana tepatnya pemuda tersebut meletakkan kamera cctv-nya.

Yah, yang jelas J tidak meletakkan kameranya di area toilet, dan itu sudah cukup bagi Lisa. Bagaimana Lisa tahu kalau J tak berbohong? Perihal sabun beraroma cokelat waktu itu, kau pasti ingat kalau J sering melihat Lisa membeli dan membawa pulang banyak sabun cokelat setiap bulannya. Lagipula, Lisa juga masih ingat betul bagaimana frustasinya J ketika ia menggantungkan hasrat laki-laki itu begitu saja dan bersembunyi di dalam toilet.

J bisa menjadi salah satu pendengar terbaik yang paling terpercaya untuk Lisa. Gadis itu kerap kali bercerita tanpa ragu-ragu, mengisahkan apa-apa saja yang terjadi hari ini, bahkan cenderung menjadikan pemuda tersebut sebagai tempat berkeluh-kesahnya.

Yah, seperti saat ini, misalnya.

"Aku sedang bahagia." Lisa tersenyum-senyum sendiri sembari mencuci piring. Di telinganya terdapat sepasang earbuds yang terhubung dengan ponselnya yang diletakkan di atas meja makan.

Suara kekeh kecil mengudara dari seberang sana. Iya, sebuah suara yang sudah terbiasa Lisa dengar nyaris satu bulan belakangan ini. Laki-laki yang dipanggil J itu kemudian melontarkan tanya, "Oh, ya? Kenapa?"

"Kau masih ingat 'kan dengan Jaehyun--tetangga sebelah kamarku yang sebelumnya pernah aku ceritakan padamu?"

"Emm, ya. Aku ingat," kata J. "Ada apa dengannya?"

Lisa sungguh-sungguh tak bisa menyembunyikan perasaannya yang berbunga-bunga hingga gadis tersebut terus menerus menyunggingkan senyum. "Kami akan menonton film bersama malam ini," ujarnya seraya mengeringkan tangannya dengan serbet. Bertepatan dengan itu, oven-nya berbunyi. Ia segera menggunakan sarung tangan dan mengeluarkan seloyang kukis kacang dari dalamnya sembari melanjutkan singkat, "Di apartemenku."

Untuk sesaat, tak ada suara yang terdengar dari sisi J. Pemuda itu seolah bungkam hingga menciptakan tanya dari belah bibir Lisa. "J? Kau masih di--"

Tut ... Tut ...

Sambungan telepon diputus oleh J.

Lisa mengerutkan dahi karena bingung. Namun mengingat masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan untuk mempersiapkan acara menonton film kali ini, maka gadis itu sama sekali tak ambil pusing.

Membereskan sofa dan meja, menata makanan, membuat minuman, dan memilih beberapa film terbaik yang ia punya. Lisa bahkan sama sekali tak menyadari ketika ponselnya kembali berdenting beberapa kali, sebagai pertanda adanya pesan masuk disana.

J
Jangan bawa Jaehyun ke apartemenmu.

J
Laki-laki itu berbahaya.

J
Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, Lalisa ...

JAku benar-benar mengkhawatirkanmu, Lalisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cryptic | lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang