33. Rindu.

2.4K 127 3
                                    

"Apa kau percaya bahwa aku dapat meraih bintang?" tanya sang kakak pada adiknya.

Adiknya menggeleng tak percaya.

"Coba kau perhatikan bintang yang berkelip di atas sana!" perintah kakaknya sembari menunjuk langit hitam bertabur bintang.

"Ya, sudah."

"Indah bukan?"

"Hmmm."

"Bagiku, tak ada yang lebih indah dibandingkan kamu, Zaheera," ungkap sang kakak seraya mengecup kasih kening Zaheera.

Zaheera tersenyum bahagia mendapat kakak yang begitu menyayanginya.

"Daniel?" panggil Zaheera memecah keheningan.

"Hmmm?"

"Jangan mati sebelum aku mati!" pinta Zaheera seraya menatap kakaknya sendu.

"Kau ini bicara apa?" hardik Daniel.

"Aku tidak tahu apa aku sanggup ditinggal olehmu atau tidak," balas Zaheera sembari memeluk sang kakak erat.

"Jangan menyalahi keputusan Tuhan, Zaheera!" tegur Daniel.

Putri berkulit putih itu menangis setiap mengingat kakaknya yang kini telah pulang ke pangkuan Tuhan. Ternyata Tuhan memutuskan untuk mengambil Daniel duluan untuk segera diadili kejahatannya baik yang disengaja atau tidak, kemudian setelah beberapa ribu tahun mendatang Daniel akan dihidupkan kembali dalam identitas yang berbeda.

Zaheera beranjak dari tempat duduknya dan menyusuri hamparan rumput hijau. Embusan angin menerpa wajah cantiknya yang tengah dibanjiri air mata. Rasa dingin seketika menjalari tubuh karena waktu musim dingin sudah dekat.

Putri berambut cokelat itu mendudukkan dirinya di dekat gundukan bunga liar berwarna merah tua. Bau harum dari bunga itu mampu membuatnya sedikit tenang.

"Saat debut nanti, pakaianmu adalah ini," ujar Anastasya sembari memperlihatkan gaun berwarna merah tua.

"Wah, bagus sekali, ibu," balas Zaheera antusias seraya mengambil gaun itu dan langsung menyimpannya di lemari.

Anastasya dan Annalisa hanya terkekeh melihat tingkah putri cantik itu.

"Saat pernikahanmu nanti, aku sendirilah yang akan meriasmu. Kau adalah putri mahkota jika Daniel tiada, kau akan menjadi ibu bagi rakyat Earth," ungkap sang ibu.

Air mata kembali mengalir deras. Emosinya memuncak saat mengingat ibu, ayah, dan pendampingnya. Juga mengingat bahwa dirinya adalah putri mahkota, ia adalah ibu bagi rakyatnya. Bagaimana keadaan kerajaan tanpa kehadiran pemimpin?

Zaheera merasakan tangan kekar melingkar di pinggang, pundaknya terasa berat, telinganya terasa geli karena napas dari orang itu.

"Maafkan aku atas kematian mereka semua," bisik Crishtoff, menyesali perbuatannya.

Tangisan Zaheera semakin kuat. Dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Crishtoff memeluk tubuh Zaheera erat dan membiarkan putri cantik ini menangis sepuasnya. Mengapa dirinya tak mendengarkan ucapan Lygon dulu? Mengapa bukti itu datang terlambat setelah semua ini terjadi? Mengapa dirinya begitu mempercayai ucapan Lamia? Mengapa ia tidak mencari kebenaran yang sebenar-benarnya? Crishtoff menyesal karena hanya mempercayai tulisan tangan ibunya.

"Aku rindu mereka," lirih Zaheera setelah menyeka air mata.

"Aku tahu."

"Aku benci dan cinta padamu dalam waktu yang sama," ungkap Zaheera seraya menangis kembali.

The King Of Devils(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang