02. Keanggunan Sang Putri

6.3K 343 1
                                    

Satu kata yang wajib dikeluarkan dari mulut manusia mengenai kecantikan yang dimiliki Zaheera adalah menakjubkan. Putri berkulit putih itu sungguh cantik mengenakan gaun berwarna merah marun, dipadukan bagian atas yang sedikit terbuka meninggalkan kesan dewasa bagi Zaheera. Ia sudah tidak pantas menggunakan gaun putih polos tanpa desain apa pun.

Zaheera berjalan menuju aula istana dengan ditemani pendampingnya yang sudah setia dan begitu sabar menghadapi kenakalannya. Mata Annalisa tidak lepas dari kecantikan yang dimiliki tuan putrinya ini.

"Jangan melihatku seperti itu!" seru Zaheera ketika menyadari Annalisa terus memperhatikannya.

"Hamba mohon maaf, Tuan Putri, hamba begitu terpana dengan kecantikan Anda." Aku Annalisa.

"Ah, biasa saja," sanggah Zaheera sedikit malu.

Zaheera mendengar derap langkah seseorang dari belakang. Semakin lama semakin dekat. Ia pikir orang itu adalah Daniel, ternyata seorang pria tak dikenal berjalan melintasi Zaheera dengan tidak sopan, tidak membungkuk atau memberi salam penghormatan kepadanya. Sungguh tidak punya adab.

Pria itu menggunakan pakaian serba hitam dengan jubah menjuntai ke bawah sehingga bisa menyapu lantai. Dirinya tidak terlihat seperti pengawal atau bangsawan dengan penampilan seperti itu.

"Anna, apa kau melihat pria itu?" tanya Zaheera menunjuk pria tidak sopan tadi.

Annalisa mengikuti arah telunjuk Zaheera, ia mengerutkan dahi ketika tidak menemukan pria yang dimaksud Zaheera, dirinya hanya menemukan pengawal istana yang membungkuk ketika Zaheera lewat.

"Hamba mohon maaf, Yang Mulia Putri, hamba tidak menemukan siapa pun," jawab Annalisa pada akhirnya.

Zaheera menoleh kepada Annalisa sebentar dan melihat ke arah pria itu. Mana mungkin pendampingnya ini tidak melihat pria yang berjalan tidak jauh dari mereka. Bahkan Zaheera mendengar langkah pria itu begitu menggema di lorong istana. 

"Apa kau mendengar langkah kaki selain kita?" tanya Zaheera lagi.

"Hamba juga tidak mendengar langkah kaki siapa pun terkecuali langkah kaki Tuan Putri dan hamba," jawab Annalisa.

Ya sudahlah! Terserah!

Akhirnya Zaheera mengabaikan pria itu dan fokus dengan jalannya. Namun, meski begitu, Zaheera tidak habis pikir kenapa hanya dirinya yang bisa melihat pria itu? Kenapa pendampingnya tidak? Tidak mungkin kalau Annalisa berbohong.  Annalisa adalah orang jujur dan bertanggung jawab sehingga diangkat menjadi pendamping Zaheera meski awalnya seorang dayang.

****

Semua mata melihat kagum pada putri bergaun merah marun ini. Gadis yang selalu menggunakan baju putih polos ini terlihat anggun dan dewasa menggunakan gaun indah itu. Dengan dipadukan kulit putih bersih terang alami semakin membuatnya menjadi pusat perhatian.

Daniel tersenyum kagum kepada adiknya ini. Di balik kepribadiannya yang nakal dan sulit diatur, ternyata Zaheera begitu cantik, cantik alamiah yang tidak perlu neko-neko. Ia mendekati adiknya yang telah selesai menuruni anak tangga lalu menjulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Zaheera.

"Kau memang sudah tidak pantas menggunakan baju putih polos, Zaheera," ucal Daniel sambil terkekeh.

"Sudah aku bilang apa? Aku bukan anak kecil."

Daniel dan Zaheera kini telah sampai di dekat Ayah dan Ibunya. Zaheera berdiri layaknya seorang wanita dewasa. Anastasya tersenyum melihat keanggunan yang dimiliki putrinya. Karakter dan semua kelakuan Zaheera menurun darinya. Anastasya ketika masih seusia Zaheera juga seorang putri yang nakal dan keras kepala. Dirinya sudah merasakan hukuman dari ringan sampai berat dari kedua orang tua. Tak heran jika kini anaknya seperti dirinya.

"Kau cantik," bisik Alexander kepada putrinya. 

"Terima kasih, Ayah," balas Zaheera ikut berbisik.

"Karena kau cantik jadi kau terbebas dari hukuman," bisik Anastasya yang mendapat balasan dengusan dari putrinya.

Zaheera mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru aula istana. Semua mata tertuju padanya. Ada yang tersenyum dan dirinya pun membalas senyuman mereka. Gaun para putri ini sungguh indah dan menawan. Baju yang dikenakan para pangeran pun tak kalah indah dan menawan. Ralat! Ada satu orang pria yang mengenakan pakaian serba hitam dengan jubah menjuntai ke bawah tengah berdiri di tengah ramainya pesta kerajaan ini.

Zaheera terus memperhatikan pria itu, pria dengan penampilan menakutkan, kulit putih pucat dengan bibir sedikit kemerahan, mata tajam seperti mata elang, badan tinggi tegap nan gagah, ia tampan, tetapi tertutupi dengan penampilannya yang menakutkan.

"Kau sedang memperhatikan siapa?" tanya Daniel ketika menyadari adiknya sedang memicingkan mata.

"Apa kau melihat pria berbaju hitam itu?" tanya Zaheera sambil menunjuk pria menakutkan itu dengan isyarat tubuh.

Daniel mencari-cari pria yang dimaksud adiknya ini, tetapi tidak menemukannya. Para pangeran menggunakan pakaian berwarna, tidak ada seorang pun yang mengenakan baju berwarna hitam terkecuali pengawal.

Daniel menggeleng.

"Masa, sih? Dia menggunakan jubah panjang." Zaheera menjelaskan penampilan pria itu lebih detail.

Lagi-lagi Daniel menggeleng karena memang tidak menemukan pria berpenampilan seperti itu.

"Kau tengah berhalusinasi. Makanya jangan nakal dan jangan keras kepala, kau harus menuruti aturan buku panduan itu, kau harus menuruti ayah dan ibu." Daniel menjeda kalimatnya, ia berfikir akan menakuti adiknya agar dapat mengurangi kenakalan dan kekeraskepalaannya. "Kau diikuti oleh malaikat jahat karena kenakalanmu ini dan sebentar lagi kau akan dibawa olehnya ke lembah hitam menakutkan. Di sana kau akan diberi pelajaran yang amat pedih," lanjutnya.

"Apa kau kira aku putri penakut, Daniel. Tidak ada yang namanya malaikat jahat, semua malaikat itu baik. Kau yang tengah berhalusinasi!" serang Zaheera.

"Kalau benar adanya, bagaimana?"

"Tidak ada, Daniel," kukuh putri berambut cokelat tetap keras kepala.

Daniel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena gagal menakuti Zaheera. Adik keras kepala grutu Daniel.

****

Selamat membaca.
Jangan lupa tersenyum ☺️

The King Of Devils(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang