***
Yuri tersenyum membaca sebuah pesan yang baru saja dikirim oleh Dokter pribadinya. Meski penyakit Yuri sudah sangat jarang kambuh, namun sang Dokter masih sering memingatkannya untuk datang dan memeriksakan diri.
Gadis itu kembali meletakan ponsel miliknya, bersamaan dengan itu suara ketuka pintu mengejutkannya.
"Masuk."
Terdengar suara pintu yang terbuka, mata Yuri berbinar saat mendapati jika sang adiklah yang datang. "Sayang, kemarilah."
Eun Bi melangkah seraya membawa sebuah paper bag besar di tangannya. "Aku kira tidak akan melihat Eonnie, aku dengar jika akan ada rapat penting makanya aku segera kemari." oceh gadis itu seraya duduk di sofa.
Yuri yang sudah bangkit kini berjalan mendekatinya. "Memangnya ada hal penting apa?"
"Ini, aku ingin memberikan hadia." Eun Bi mengulurkan paper bag yang tadi dia bawa.
"Apa ini sayang?"
"Itu barang yang Eonnie mau, aku memberikannya sebagai suap."
"Suap? Untuk apa?" jemari Yuri meraih benda itu dan membukannya. Dia tersenyum saat mendapati sebuah tas tangan berwarna biru tua. "Eun Bi-ya, ini..."
"Ya, itu dari brand favorit Eonnie. Aku memesannya secara khusus, apa Eonnie suka?"
Yuri mengangguk cepat seraya menatap sang adik. "Em, sangat suka. Gommawoyo Eun Bi-ya. Dan ya, kau belum menjawab, untuk apa kau memberi Eonnie tas ini?"
"Sebagai suap karena Eonnie merelakanku untuk menikah lebih dulu."
Seketika Yuri tertawa, dia tak habis pikir akan penuturan sang adik. "Walau Eonnie tak memberimu izin, kau tetap akan menikah bukan?"
Eun Bi tersenyum menjawab. Ya, meski ditentang dia tetap akan menikah dengan Minho yang memang sudah lama dia sukai.
Yuri kembali melirik benda tersebut, memasukannya kembali ke dalam kotak. Gerakan tangan itu seketika terhenti saat Yuri hendak memasukannya kembali ke dalam paper bag.
Seolah kembali tertarik ke masa lalu, Yuri kini melihat kilasan di mana dirinya sedang duduk bersama seseorang. Sosok itu tersenyum seraya melihat gaun cantik yang baru saja dia keluarkan dari kotak.
Jemari Yuri seketika memegang kepalanya membuat Eun Bi terkejut. "Ada apa Eonnie? Apa yang salah?"
"Eun Bi-ya..."
"Ne?"
"Kepala Eonnie sakit..."
Eun Bi mendekati sang kakak segera, menggenggam jemarinya yang terlihat bergetar. "Eonnie kita ke rumah sakit sekarang ya."
"Ani..." lirihnya masih dengan rintihan.
Apa aku boleh meminta Siwon Oppa?
Apa yang kau katakan Nak?
Yuri kembali merasakan nyeri di kepalanya dan bahkan kini dadanya terasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely My Destiny ( Complete )
FanfictionPertunangan antara Yuri dan Siwon sudah diatur sejak mereka masih anak-anak. Penyatuan keduanya dilakukan karena keluarga Siwon yang berhutang budi pada Ayah Yuri di masa lalu. Namun Siwon tidak pernah mau menganggap Yuri ataupun memperhatikannya d...