Bab 6 - Siaran Pertama Nada

1.4K 102 1
                                    

"Sudah siap, Damara?" Alka yang baru selesai siaran pagi menepuk pundak Nada.

Nada dipanggil dengan nama panggungnya yang dia cetuskan baru saja. Karena semua penyiar di Bintang Bersinar juga memiliki nama panggung.

Dan, itu bisa digunakan atau tetap menggunakan nama aslinya. Nada menarik napas---memakai headphone dan mendekatkan wajah dan mulutnya ke microfon.

Sudah jam sepuluh, waktunya ganti program.

"Halo! Teman bintang, kali ini bersama Damara di sini. Ya, Damara adalah penyiar baru yang akan menemani teman bintang di ruang dengar bersama program Idola Masa Kini dari Bintang Bersinar FM." Nada berbicara dengan luwes tanpa terbata-bata.

"Satu buah lagu dulu ya, sahabat. Alan Walker dengan lagu Faded, selamat mendengarkan." Kemudian Nada menekan lagu tersebut yang ada komputer di depannya.

Dan, satu ruangan ini juga mendengarkan lagu yang sama dengan para penikmat radio di rumah. Setiap tujuh menit sekali Nada bercuap-cuap kembali---dengan selingan informasi-informasi terbaru tentang artis-artis luar.

"Nah, kali ini sahabat yang mau kirim salam atau request lagu. Damara sudah tunggu nih, ayok gass!" Nada membayangkan dia berbicara langsung dengan teman-teman sebayanya.

Kemudian dia tenggelam dengan euforia menjadi penyiar baru di radio Bintang Bersinar FM.

---

Dewa sedang menemani seorang pria melihat-lihat tempat strategis yang ada di lantai dua.  Lantai dua---adalah tempat aneka sepatu dan baju-baju dari usia anak-anak hingga dewasa.

"Nah, kalau di tempat ini dulu. Strategis sekali, Pak. Karena banyak orang lalu lalang. Dekat juga dengan eskalator." Dewa menunjuk ke arah eskalator di depannya. 

"Untuk harganya?" Pria berkemeja kotak-kotak itu bertanya lagi.

"Untuk harga sewanya sekitar ini, Pak." Dewa menunjukan sebuah rincian harga sewa di lantai dua.

Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri pria berusia sekitar empatpuluh tahun ini, Dewa menatap perempuan itu dan terkejut.

Perempuan itu yang menjatuhkan minum tepat di celana bagian bawahnya dulu, untungnya tidak basah semua. Dia mengenakan rok panjang dengan atasan baju berwarna putih.

Apa perempuan ini baru melamar kerja? Batin Dewa.

Perempuan itu mengangguk ke arah Dewa. Dewa juga membalas anggukan itu, kemudian perempuan itu berdiri tepat di samping pria calon penyewa ini.

"Pa, maaf tadi macet sekali," Perempuan itu berbicara santun. Papa? Berarti dia adalah anak dari pria ini.

"Tidak masalah, Saqila." Dewa girang, karena dia tahu nama perempuan yang dilihatnya kemarin.

Dunia itu sempit ya? Batin Dewa. Dia lalu berbicara dengan pria itu untuk mencari kesepakatan.

---

Disela-sela siaran Nada, dia juga bisa makan dan minum walau lagi-lagi waktunya singkat. Tetapi dia sangat menyukai pekerjaan barunya ini---sangat seru.

Nada sedang duduk sambil memakan nasi goreng hitam bekalnya yang dia siapkan sendiri tadi pagi.

Selepas siaran dia berencana mampir ke rumah orangtuanya---Nada sangat rindu menjahili adik kesayangannya itu.

"Nada," Adit masuk. Dia mendapat jadwal siaran malam.

"Ya, Dit. Seru banget ya jadi penyiar radio!" Nada tersenyum sumringah kepada Adit.

Adit mengenakan kaos santai---ya, karena ini siaran radio kata Bu Alma. Para penyiar tidak harus memakai pakaian yang ribet. Biasa asal sopan.

Adit menaruh tas dan jaket yang dia bawa. Ketika hendak berbicara. Nada mengangkat tangannya--- karena waktunya menyapa pendengar dalam program Berdendang.

"Ada Seruni, di kawasan Malang Selatan. Minta dibawakan lagu Lesti Kejora - Kulepas Dengan Ikhlas. Hayooo, Mbak Seruni mau ngelepasin siapa? Kalau mantan sih harus dilepasin Mbak, supaya tidak membuat sakit hati terus-terusan." Nada berbicara diselingi tawa ringan yang keluar dari bibirnya.

Adit yang duduk di sofa dekat Nada mengudara ini juga ikut senyum sendiri.

---

Dewa baru saja sampai di rumah, dia melepas sepatunya dan duduk di ruang tamu. Hari ini sangat letih sekali, karena ada tiga orang yang ingin mencari tempat untuk usahanya.

Dia melepas tiga kancing bajunya yang paling atas, kemudian membuka gawai dan mencari kontak Nada.

Sadewa: Sayang, kamu pulang jam berapa?

Terkirim, tetapi Nada tidak langsung membalas.

Dewa kemudian mencari aplikasi pemutar radio secara daring, dan benar saja. Istrinya sedang menutup program yang dia bawa.

"Saya Fernada pamit! Sampai bertemu lagi sahabat," begitulah suara Nada yang didengarkan Dewa dari rumah.

---

Nada menandaskan minuman dalam botol yang dia simpan di tas---hari ini siaran selesai. Nada tidak jadi berkunjung ke rumah orangtuanya---sebab Dewa sudah menghubungi dirinya.

Padahal ada sesuatu yang ingin diceritakan kepada mereka, perihal Dewa tadi malam di kamarnya.

Tetapi dia urungkan---Nada akan mampir ketika dia mendapatkan jadwal siaran pagi atau malam saja.

Nada: Aku sebentar lagi pulang.

After the Sacred Marriage [Dewasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang